Industrialisasi dikenal sebagai sebuah konsep yang menekankan kepada inovasi penggunaan mesin dalam menggerakan produksi. Konsep ini berkembang pada abad pertengahan ketika terjadinya revolusi industri. Dewasa ini, industrialisasi berkaitan erat dengan ekonomi internasional. Karena salah satu fitur yang ada di dalam indutrialisasi adalah Foreign Direct Investment (FDI). Ekonomi internasional melalui FDI mendapatkan kritik yang cukup kuat, namun akhirnya muncul konsep Global Value Chains (GVC).
GVC merupakan jembatan antara orang yang percaya bahwa ekonomi internasional itu baik dan orang-orang yang tidak mempercayai kebaikan dalam ekonomi internasional. Dalam konsep GVC, industri tidak sekedar melihat keuntungan tapi mereka juga melihat peluang atau nilai sosial dan lingkungan di dalam industrinya. GVC diharapkan mampu untuk memberikan kesinambungan bagi lingkungan dan keuntungan perusahaan dengan tetap memperhatikan kehidupan sosial masyarakat. GVC menitikberatkan perhatiannya pada perusahaan multinasional, akan tetapi GVC pun bisa dilihat dari sebuah perusahaan lokal yang telah mampu untuk melakukan ekspor dan menerapkan standar internasional dalam proses ekspor yang mereka lakukan.
Pada umumnya diskusi GVC selalu ada pada industri manufaktur dan jarang masuk ke dalam industri pertanian. Karena industri pertanian di beberapa negara masuk ke dalam isu ketahanan pangan. Akan tetapi industri kelapa di Indonesia merupakan salah satu industri pertanian yang sudah bisa dikategorikan masuk ke dalam konsep GVC.
PT. Mega Innovasi Organik (PT. MIO) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di dalam industri kelapa di Indonesia, dengan fokus utama saat ini pada produksi organic coconut sugar (gula semut). Konsumen utama gula semut PT MIO berada di negara-negara Eropa sehingga PT. MIO fokus pada ekspor. PT. MIO tidak serta merta bisa melaksanakan proses ekspor apabila mereka tidak mendapatkan sertifikat dari beberapa lembaga pemberi sertifikat internasional, yaitu Central Union (CU) dan British Retail Consortium (BRC). Bahkan 2 (dua) tahun ini, PT. MIO telah terdaftar dalam Flo-Cert (lembaga Fairtrade Internasional).
PT. MIO merupakan contoh nyata bahwa konsep GVC melalui penerapan standar internasional mampu untuk memberikan nilai positif bagi produksi gula semut. Standar internasional yang coba diterapkan oleh PT. MIO adalah sebuah standar yang menyatakan bahwa produk gula semut mereka benar-benar produk yang organik, sehingga hal itu memunculkan proses industrial upgrading dalam bidang proses pengolahan gula semut, baik proses penanaman pohon kelapa maupun proses pembuatan gula semut dari nira kelapanya. Ada proses edukasi kepada para petani sehingga mereka memiliki kemampuan untuk bercocok tanam tanpa merusak lingkungan. Para petani pun mendapatkan jaminan harga beli nira dari PT. MIO dan hal itu memang telah disyaratkan oleh CU dan BRC. Sehingga upgrading dalam segi Industrial, Social (kesejahteraan), dan Environmental (produk organik) mampu untuk terwujud.
Pada sudut pandang kelestarian lingkungan pun industri kelapa mampu untuk menjadi solusi sebuah industri yang ramah lingkungan. Karena seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar, batang, daun, dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan manusia sehari-hari dan bernilai ekonomis. Oleh karena itu, industri kelapa sangat layak untuk mendapatkan perhatian yang besar karena telah mampu memenuhi syarat sustainability, baik dari segi lingkungan maupun keuntungan. Pemerintah harus gencar untuk menambah jumlah lahan bagi pohon kelapa. Pemerintah harus mulai mengurangi ketergantungan pada industri kelapa sawit yang telah terbukti merusak lingkungan walaupun mampu mendatangkan devisa yang tinggi.
Industri kelapa yang dilakukan oleh PT. MIO memberikan sebuah pelajaran yang cukup menarik sekaligus membuktikan bahwa sektor swasta sering kali lebih mampu untuk berkembang ketika kecilnya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah. Pernyataan tersebut memang terkesan sangat liberal tapi itu-lah kenyataan yang dihadapi oleh PT. MIO. PT. MIO mampu untuk terus bertahan di perdagangan internasional tanpa ada bantuan dari pemerintah kecuali bantuan dalam proses perizinan.
Peran pemerintah di dalam GVC memang diharapkan hanya menjadi sebuah fasilitator. Oleh karena itu, kedepannya diharapkan pemerintah mampu untuk memandang industri kelapa lebih baik lagi dengan cara memberikan stimulus atau insentif terhadap perusahaan yang bergerak di bidang kelapa untuk mampu mengolah dan memproduksi komoditas lain dari kelapa. Sehingga tidak hanya nira yang dimanfaatkan dan diolah dari pohon kelapa.
Pemerintah daerah bisa melakukan kebijakan pelatihan kepada petani untuk mengembangkan bagian lain dari pohon kelapa. Tidak hanya sekedar pelatihan, pemerintah daerah pun harus bisa melakukan link and match hasil olahan petani itu kepada dunia industri. Sehingga pemerintah harus bisa bertindak sebagai marketing bagi produk olahan kelapa. Adapun pemerintah pusat bisa melakukan intervensi dengan cara membantu melakukan perjanjian dengan negara lain sehingga ekspor bagi industri kelapa bisa berjalan dengan baik dan terus memberikan keuntungan. Negara Filipina merupakan contoh nyata dari adanya bantuan negara dalam melakukan perundingan dengan negara tujuan ekspor dan hal itu berdampak positif sehingga Filipina adalah eksportir terbesar minyak kelapa dan kopra di dunia.
Komentar
Posting Komentar