Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Ibu Rumah Tangga part. 2

JUM'AT, 21 RABI'UL AKHIR 1440 H // 28 DESEMBER 2018 13.55 WIB PENGANTAR Tulisan ini merupakan sebuah tulisan yang saya buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Semester 1 Magister Administrasi Publik (MAP) Fisipol UGM. Mata kuliahnya adalah Ekonomi untuk Kebijakan Publik dengan dosen pengampu Prof. Muhadjir Darwin. Mulanya beliau memberikan tantangan pada setiap mahasiswa yang beliau ajar pada semester tersebut untuk bisa membuat sebuah tulisan ilmiah yang ringan atau populer untuk bisa diterbitkan di sebuah koran (dalam bentuk cetak bukan online ), baik koran skala lokal maupun nasional. Awalnya beliau hanya mau menerima tulisan yang telah berhasil dimuat di koran tapi pada akhirnya beliau pun berbaik hati untuk menerima semua tulisan mahasiswanya, walaupun tulisan itu belum masuk koran. Adapun tulisan itu harus mampu memuat tema tentang Ekonomi secara umum atau tema mata kuliah Ekonomi untuk Kebijakan Publik yang telah dibahas di dalam kelas, seperti

Tugas Negara yang Terlupakan

SENIN, 18 RABIUL AWWAL 1440 H // 26 NOVEMBER 2018 10.11 WIB Tidak ada negara yang tidak memiliki tujuan. Sebagai sebuah organisasi besar dengan anggota yang berjumlah jutaan, terlalu naïf apabila negara berjalan tanpa visi yang ingin diwujudkan. Oleh karena itu, Indonesia di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan secara tegas bahwa salah satu tujuan utama yang ingin dan harus dilaksanakan oleh negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Ya, Indonesia adalah sebuah negara kesejahteraan ( welfare state ). Sehingga segala misi yang ditetapkan, siapapun kepala negara dan kepala pemerintahannya, harus mencerminkan usaha dan upaya merealisasikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemudian kita pun lantas bertanya, apa itu kesejahteraan? Mendudukan konsep kesejahteraan memang bukan sebuah perkara mudah karena para ahli pun berbeda pendapat dalam memberikan definisinya. Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dapat diru

Nekat!

KAMIS, 27 DZULQADAH 1439 H // 9 AGUSTUS 2018 20.09 WIB Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, BONDHO NEKAT Saya mencoba mencari arti dari padanan kata Bondho Nekat melalui google.com , tapi saya tidak menemukan sebuah artikel yang bisa untuk dijadikan rujukan atau referensi yang akurat.  Mayoritas artikel yang ada di halaman depan mesin pencari ( google.com ) menampilkan artikel yang membahas tentang sepak bola dan mengasosiasikan Bondho Nekat kepada bonek , sebuah komunitas pendukung sepak bola tim Persebaya. Akan tetapi benang merah yang dapat saya ambil adalah Bondho Nekat mempunyai makna yaitu keyakinan yang tinggi tanpa modal yang berarti, berani menembus rintangan/tantangan untuk hal-hal yang positif.  Jadi izinkan saya menggunakan istilah Bondho Nekat dalam artikel ini untuk menamakan sebuah niat yang tinggi dalam menjalankan sesuatu yang positif dengan resiko negatif yang akan didapatkan di kemudian hari. DUNIA BUKAN SURGA, BUKAN JUGA NERAKA Tering

Tata Usaha.

KAMIS, 8 RAMADHAN 1439 H // 24 MEI 2018 07.00 WIB I nsyaallahu ta'ala , pada tanggal 1 bulan Juni tahun 2018 nanti, saya akan genap 4 (empat) tahun menyandang status sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau dewasa ini berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), profesi kami para PNS yang bekerja di Instansi Pemerintah (pusat maupun daerah) dinamakan dengan Pegawai ASN.  Belum banyak asam-garam yang saya alami selama kurun waktu tersebut, baik secara keilmuaan saya sebagai seorang Pegawai ASN maupun kedalaman pengalaman dalam berorganisasi dan bersosialisasi dalam sebuah struktur pemerintahan. Apa yang saya lakukan masih dalam koridor menjalan normatif aturan serta perintah/arahan pimpinan. Belum ada gebrakan atau inovasi sensional yang saya berikan pada negara ini. Menjalankan rutinitas tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi) sehari-hari sebagai seorang staf/pelaksana adalah kegiatan wajib yang kini saya jalani kurang leb

Sisi lain.

Selasa, 1 Syaban 1439 H // 17 April 2018 08.30 WIB   Kehidupan dunia memang hanya akan berputar pada 2 (dua) keadaan. Antara kita bersyukur atau bersabar.    Berputar antara kebahagiaan yang membuat kita bersyukur karenanya atau sebaliknya, sebuah kesedihan akan datangnya musibah yang memaksa kita bersabar menjalaninya.   Dunia ini bukan surga sehingga tak mungkin segala sesuatunya terus indah penuh gelak tawa bahagia. Tapi dunia ini pun bukan neraka, yang setiap harinya kesedihan melanda dihiasi tangis beriring sakit.   Maka tak heran bila ada pepatah yang mengatakan bahwa setelah jalan menanjak pasti ada turunan. Hal itu tidak bertentangan dengan syariat karena Allah, rabbul alamin telah berfirman, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh : 5-6)   Berkenaan dengan ayat di atas, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan, “Kata al ‘usr (kesulitan) menggunakan alif-lam