Langsung ke konten utama

Teroris itu Media dan Kita!

JUMAT, 15 JANUARI 2016
07.30 WIB
 
"Teror, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan."
 
Ketenangan dan kenyamanan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Ibu Kota Jakarta, dalam menjalani rutinitas sehari-hari harus terusik oleh peristiwa ledakan di Pos Polisi (Pospol) Sarinah.
 
Peristiwa tersebut terjadi pada hari Kamis, tanggal 14, bulan Januari, tahun 2016, sekitar pukul 10.00 WIB.
 
Kronologi ledakan berdasarkan pernyataan resmi dari Kapolda Metro Jaya, Irjen. Tito Karnavian, yang saya kutip dari merdeka.com, dijelaskan bahwa serangan pertama kali terjadi di Starbuck Cafe pada pukul 10.00 WIB.
 
Seorang pelaku melakukan bom bunuh diri yang mengakibatkan sejumlah pengunjung terluka.
 
Hal itu membuat para pengunjung panik dan berlari ke luar kafe. Akan tetapi di luar kafe ternyata telah menunggu 2 (dua) orang yang kemudian melakukan penembakan dan mengenai 2 (dua) Warga Negara Asing (WNA).
 
Lalu 2 (dua) orang lainnya menyerang Pospol Sarinah dan meledakan bom bunuh diri.
 
Setelah peledakan di Pospol tersebut, Polisi langsung menuju lokasi, dan terjadi serangan dengan tembakan dan bom rakitan tangan.
 
Baku tembak terjadi selama 15 menit sebelum akhirnya mereda. Polisi mengepung lokasi selama kurang lebih 20-30 menit dan akhirnya memastikan lokasi aman.
 
Pernyataan resmi dari pihak yang berwenang tentang kronologis peristiwa yang sebenarnya terjadi selain memberikan informasi resmi dan valid juga mampu untuk mematahkan segala bentuk informasi palsu dan bermacam spekulasi lainnya.
 
Saya pribadi sangat bersyukur ketika di salah satu media berita televisi yang menyiarkan secara langsung peristiwa peledakan, lengkap disertai dengan komentator selayaknya pertandingan olahraga, seorang Pejabat di lingkungan Kepolisian dengan sangat tegas meyebutkan bahwa peledakan hanya terjadi di Sarinah. Tidak ada peledakan lainnya!
 
Karena di situasi panik sesaat setelah peledakan banyak bermunculan informasi yang menyatakan bahwa telah terjadi peledakan di beberapa tempat lain yakni Cikini, Kuningan, Slipi, bahkan ada kabar yang memberitakan ada seseorang yang berkeliling di kawasan Jakarta dengan membawa senjata siap untuk menembaki masyarakat.
 
Apa yang ingin saya tulis dan sampaikan di sini adalah Media, media berita televisi dan internet, dan Kita, melalui media sosial, telah bersama-sama menyukseskan tujuan dari para pelaku teror.
 
Kenapa?
Karena bukankah tujuan dan maksud teroris adalah untuk menciptakan sensasi agar masyarakat luas memperhatikan apa yang mereka kerjakan?
 
Apa yang mereka kerjakan?
Mereka mengerjakan sebuah usaha yang menciptakan ketakutan.
 
Media dan Kita telah berhasil melakukan itu. Media dan Kita telah bersama-sama, secara sadar ataupun tidak, menyebarkan ketakutan.
 
Media membuat kita terus fokus hanya pada peristiwa peledakan dengan mengeksploitasi pemberitaan tersebut secara kurang proporsional.
 
Kita, terus berbagi gambar berkaitan dengan peledekan tanpa sensor, mem-forward semua informasi tanpa kejelasan sumber dan kevalidan data.
 
Ya, kita menciptakan dan membuat teror itu lebih besar dari apa yang teroris telah lakukan.
 
Di dunia sekarang, ketika jumlah "likes" dan banyaknya "comment" adalah segalanya, terkadang membuat kita terlupa akan keharusan terlebih dahulu mengroscek kebenaran data dan kelayakan moral dari konten yang akan kita bagi.
 
Saya sebagai salah satu dari sekian banyak orang yang menjalani rutinitas di tengah keramaian hiruk pikuk Jakarta, sangat terganggu dengan segala informasi yang berterbangan liar di dunia maya.
 
Saya mencoba tak terpengaruh tapi semua informasi itu datang bertubi-tubi merecoki. Sehingga sulit untuk tidak terpengaruh.
 
So, please be smart!
#PMA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang