Langsung ke konten utama

Keadilan Sosial dalam Islam


SENIN, 08 FEBRUARI 2016
10.30 WIB

Ada 2 (dua) buku yang menurut pendapat saya sangat cocok dan akan memberikan pemahaman secara menyeluruh berkenaan dengan Islam.

Kedua buku tersebut tidak ditulis oleh penulis yang sama. Bahkan penulis kedua buku tersebut hidup di zaman yang berbeda. Akan tetapi keduanya memiliki alur yang sistematis sehingga kita bisa dengan mudah mencernanya.

Buku yang saya maksud adalah Beyond the Inspiration karya Ustadz Felix Siauw dan Keadilan Sosial dalam Islam yang ditulis oleh Prof. Dr. Hamka atau biasa dikenal dengan nama Buya Hamka.

Seperti yang telah saya sebutkan di awal, Ustadz Felix Siauw dan Prof. Hamka tidak hidup di zaman yang sama. Ust. Felix Siauw adalah cendekiawan Muslim dewasa ini sedangkan Prof. Hamka telah lama meninggal.

Jadi sebenarnya tak ada kaitan sedikitpun antara buku Beyond the Inspiration dengan buku Keadilan Sosial dalam Islam.

Secara garis besar, Beyond the Inspiration menuturkan tentang alasan hakiki dibalik kehidupan dan mengapa Islam harus menjadi landasannya. Buku tersebut memberikan fakta dan dalil secara sempurna, tidak hanya pemberian doktrin yang mengeyampingkan rasionalitas.

Ust. Felix Siauw paham bahwa agama tidak bisa diberikan dengan cara indoktrinasi. Beyond the Inspiration dengan lugas membuat orang yang membacanya untuk berpikir, beradu argumen, sehingga mereka menerima kebenaran Islam secara penuh dan sadar karena memang akal dan nuraninya menerima tanpa bantahan. Tidak menyisakan pertanyaan.

Adapun buku Keadilan Sosial dalam Islam mengupas tentang aturan-aturan yang harus dijalankan ketika seseorang telah mengakui Islam sebagai pedoman hidupnya. Aturan yang dibicarakan dalam buku tersebut berkenaan dengan aturan pokok. Bahwa Islam tidak hanya mengatur kehidupan umat Muslim, tetapi Islam mengatur keseluruhan kehidupan manusia.

Saya dapati buku ini menjadi buku yang penting untuk dibaca oleh banyak orang dewasa ini karena sungguh isu tentang pertentangan Islam dalam sebuah negara sangat hangat dibicarakan.

Pada titik itu-lah saya berani menyatakan bahwa kedua buku itu sangat cocok untuk dibaca secara berurutan. Karena kita harus terlebih dahulu yakin alasan kenapa kita harus memilih Islam. Setelah itu, barulah kita pahami aturan pokok yang diamanatkan Islam kepada umatnya. Sehingga pemahaman kita bisa terbentuk secara sistematis dan tak mudah goyah.

Saya sangat merekomendasikan kepada anda semua untuk bisa menyisihkan uang juga waktu membaca dan memahami kedua buku tersebut. 

Terkhusus  buku Prof. Hamka, teruntuk mereka yang selalu dengan antusias berteriak tentang bentuk pemerintahan Islam, buku Keadilan Sosial dalam Islam wajib untuk anda jadikan referensi tambahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang