Langsung ke konten utama

Atas Nama Ideologi (Jilid 2)

Artikel ini mulai ditulis pada hari Kamis tanggal 10 Sya’ban 1444 H yang bertepatan dengan tanggal 2 Maret 2023 Masehi, pukul 09.01 WIB.

 

Bissmillah wa shallatu was sallam ala rasulillah.

 

Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat, segala puji bagi Allah yang dengan kenikmatan-Nya menjadi sempurna segala amal saleh.

 

Salah satu nikmat yang kami rasakan adalah ketika harapan dan cita-cita bisa dikabulkan oleh Allah ta’ala. Cita-cita itu adalah kami ingin pindah tempat kerja dari Jakarta ke Sumedang, agar kami bisa tinggal berdekatan dengan orang tua, yang alhamdulillah, masih diberikan umur panjang.

 

Kami tidak ingin termasuk ke dalam hamba Allah yang Rasul shallallahu alaihi wa sallam sebut sebagai orang yang mendapat kehinaan karena tidak bisa masuk surga padahal dia mendapati orang tuanya dalam keadaan renta.

 

Maka dengan segala keterbatasan yang kami miliki, kami merasa bahwa kami tidak bisa berbakti kepada orang tua melalui sarana harta, maka kami ingin mencoba berbakti dengan selalu hadir berdekatan dengan mereka. Setiap hari bisa berinteraksi dengan mereka, sehingga kami bisa mendapatkan peluang lebih besar untuk semaksimal mungkin melayani mereka, biidznillahi ta’ala.

 

Apakah itu menjadi satu-satunya alasan bagi kami untuk pindah ke Sumedang?

 

Jujur, hal di atas bukan menjadi satu-satunya alasan, masih ada beberapa alasan lainnya. Tapi, insyaallah, alasan di atas kami coba patrikan dalam hati sebagai prinsip utama kami memilih jalan ini.

 

Karena kami tidak ingin goyah dan menyesal atau bahkan berubah haluan di tengah jalan, kami berusaha menancapkan pondasi prinsip sekuat mungkin sehingga pilihan yang kami buat hari ini mampu kami pertanggungjawabkan dengan indah di hari nanti.

 

Apalagi di zaman sekarang, dengan mudah dan cepatnya kita saling berbagi informasi, maka mudah juga bagi kita untuk berubah pikiran kemudian mengikuti kebanyakan.

 

Kami tidak ingin menghakimi, semua orang berhak memilih jalan hidup dan prinsipnya masing-masing. Mengejar uang, mengejar jabatan, atau apapun itu, semua menjadi hak masing-masing karena toh di akhirnya semua akan bertanggung jawab untuk dirinya sendiri.

 

Kami hanya sedang bercerita, semoga bisa memberi inspirasi. Karena setelah kurang lebih delapan tahun bekerja di Ibu Kota, rasa-rasanya terlalu egois bila kami hidup tidak meninggalkan jejak kebaikan.

 

Dan beberapa pelajaran hidup selama delapan tahun itu akhirnya menuntun kami untuk memilih dan berusaha menjalankan prinsip hidup untuk maksimal beribadah kepada Allah ta’ala.

 

Konsekuensi prinsip tersebut adalah apapun yang Allah takdirkan datang kepada kami, kami coba untuk syukuri dan sabar menjalaninya. Kami pun mencoba selalu mengutamakan janji pahala daripada nikmatnya keindahan dunia.

 

Maka ya, kami memilih pindah ke Sumedang, tepatnya di PPSDM Regional Bandung, karena ingin tinggal berdekatan dengan orang tua. Dengan jarak tempuh yang relatif dekat dan beban kerja yang insyaallah tidak akan terlalu berat, maka kami akan memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan keluarga, biidznillah. Dan semoga, yang akan kami lakukan ini bisa ikhlas karena Allah ta’ala sehingga dinilai pahala disisi-Nya.

Semoga Allah mudahkan urusan kita semua.

 

allahu’alam.

 

Selesai ditulis pada hari hari Kamis tanggal 10 Sya’ban 1444 H yang bertepatan dengan tanggal 2 Maret 2023 Masehi, pukul 14.00 WIB.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang