Langsung ke konten utama

Politik dan Teknokratisme

Selasa, 22 April 2025

08.25 WIB


Bissmillah wa shallatu wa sallam ala rasulillah


Namun, di balik imajinasi itu, ada pekerjaan besar bersifat teknis, administratif, dan sering kali tak tampak: menyusun regulasi, mengelola anggaran, merancang sistem, memastikan kebijakan berjalan. Inilah tugas utama teknokrat (baca:BIROKRAT): mengonkretkan imajinasi kebahagiaan menjadi kebijakan nyata dan terukur.

Kompas, 22 April 2025


Pada harian Kompas (22/04/2025) kolom Opini terdapat sebuah artikel dengan judul "Matinya Teknokratisme dalam Pragmatisme Politik Prabowo". Artikel tersebut ditulis oleh Yanuar Nugroho, Dosen STF Driyarkara, Jakarta; Visiting Senior Fellow ISEAS-Singapura; Anggota AIPI; Deputi II Kepala Staf Kepresidenan RI 2015-2019.


Artikel-artikel seperti itu yang membuat kami masih merasa perlu untuk berlangganan dan membaca koran di setiap harinya. Kami yang saat ini bekerja di dalam dunia birokrasi, mempunyai beban moril untuk juga mengetahui dan memahami situasi serta kondisi pemerintahan yang ada di Indonesia. 

Walaupun hal itu tidak berhubungan langsung dengan jabatan yang saat ini kami miliki, akan tetapi informasi berbasis ilmiah sangat membantu kami untuk semakin memperdalam pengetahuan sehingga memiliki banyak perspektif ketika menghadapi sebuah permasalahan.


Membaca informasi yang telah dianalisis dengan banyak teori ilmiah lebih memberikan manfaat daripada sekadar membaca berita yang hanya menyampaikan fakta tanpa analisis. Oleh karena itu, kami sangat selektif dalam memilih bahan bacaan. Karena disadari atau tidak, setiap informasi yang telah kita baca atau lihat maka hal itu akan memberikan dampak pada pemikiran kita kedepannya.


Kembali pada artikel dengan judul "Matinya Teknokratisme dalam Pragmatisme Politik Prabowo". Di dalam artikel tersebut, penulis memberikan kritik terhadapa beberapa kebijakan yang saat ini dijalankan oleh Pemerintahan Pak Prabowo, yaitu (1) Makan Bergizi Gratis (MBG); (2) Janji tiga juta rumah gratis untuk rakyat miskin; (3) penyiapan food estate;dan (4) janji menyediakan jutaan lapangan kerja.


Empat program diatas menjadi dasar bagi penulis untuk memberikan kritik kepada pemerintahan Pak Prabowo. Menurut penulis, Pemerintahan Pak Prabowo dinilai "lumpuh" menghadapi berbagai situasi tersebut. Selanjutnya, penulis menyebutkan 4 (empat) alasan kenapa Pemerintahan Pak Prabowo "lumpuh".

1)  erosi peran teknokrat dan teknokrasi dalam perancangan dan eksekusi kebijakan strategis;

2)  terjadi politisasi dan personalisasi kekuasaan;

3)  tampak jelas simbolik matinya paradigma perencanaan;dan

4)  marjinalisasi institusi perencana dan penguatan politik transaksional.


Menurut hemat kami, keempat alasan diatas pada akhirnya bermuara pada kecilnya peran teknorat dalam pemerintahan Pak Prabowo. 

Apa itu teknorat?

Berdasarkan KBBI, teknorat adalah cendekiawan yang berkiprah dalam pemerintahan. Akan tetapi dalam konteks tulisan diatas dan juga konteks pembicaraan dalam dunia birokrasi, kata teknorat biasanya merujuk pada birokrat (Pegawai ASN) yang ada di dalam tubuh birokrasi.


Sehingga penulis kemudian menyebutkan definisi teknokratisme, dalam arti idealnya, adalah praktik pengambilan kebijakan berbasis pada keahlian, bukti ilmiah, dan rasionalitas institusional. Bagi penulis, peran teknokrat bukan sekadar menjalankan perintah politik, melainkan juga menyusun peta jalan untuk menjembatani antara visi dan realisasi. Teknokrat harus bisa mengajukan skenario, risiko, dan parameter keberhasilan terhadap program populis dari masing-masing pejabat negara yang berasal dari aktor politik.


Adapun realita yang terjadi saat ini, teknokrat hanya sekadar pelaksana teknis. Ketika teknokrat hanya jadi pelaksana teknis dan bukan perancang kebijakan strategis, yang hilang adalah visi jangka panjang dan kohesivitas sistemik dalam pembangunan nasional.


Fakta tersebut, kurang terlibatnya dan tidak berjalannya peran teknokrat dalam proses pembuatan serta pelaksanaan kebijakan, membuat beberapa program pemerintahan Pak Prabowo tidak atau belum berjalan maksimal.


Menghadapi persoalan tersebut, selanjutnya penulis menawarkan beberapa solusi. Solusi utamanya jelas, yaitu Pemerintahan Pak Prabowo harus mulai mengajak teknokrat dalam setiap proses pengambilan kebijakan. 

Adapun langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan, yaitu yang pertama penulis memberikan solusi bagi para teknokrat itu sendiri. Para teknokrat harus belajar memahami realitas politik dan menyesuaikan gaya komunikasi mereka tanpa kehilangan integritas keilmuannya. 

Seringnya, teknokrat mampu menyusun dokumen kebijakan tapi tidak mampu untuk menjelaskan dengan baik apa isi dokumen tersebut. Di sisi lain, para pejabat negara tidak memiliki banyak waktu dan kesabaran untuk bisa membaca secara utuh keseluruhan dokumen yang telah disusun oleh teknokrat.


Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan oleh penulis merupakan solusi sekaligus kritikan bagi mayoritas teknokrat yang tidak menguasai cara berkomunikasi yang baik. Teknokrat harus mulai belajar cara berkomunikasi yang efektif, belajar bagaimana cara presentasi yang baik sehingga bisa mengambil hati para pejabat negara.


Kemudian, penulis juga menyampaikan solusi bagi para pejabat negara yang berperan sebagai penentu sebuah kebijakan publik. Mereka perlu lebih terbuka terhadap masukan dan kritik berbasis data. Sehingga di satu sisi, teknokrat harus bisa menyampaikan pesan dengan cara yang baik dan di sisi yang lain pejabat negara juga harus sudah menyiapkan diri untuk selalu mau dan mampu menerima kritikan asalkan itu berbasis data yang ilmiah.


Pada akhirnya artikel yang semisal dengan ini, yaitu artikel yang menyampaikan masalah, kemudian dilakukan analisis berbasis teori. Selanjutnya menyampaikan penawaran solusi, adalah sebuah artikel yang sangat dibutuhkan dalam proses berjalannya sebuah pemerintahan.

Artikel ilmiah adalah sebuah wasilah agar masyarakat mampu berpikir kritis dengan landasan yang benar. Menyampaikan kritik yang membangun. Memberikan sumbangsih nyata terhadap permasalahan yang ada. Semoga Allah mudahkan bagi kita untuk bisa memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa Indonesia, sesuai dengan peran yang kita miliki masing-masing.


Wallahu'allam

Selesai ditulis pada tangal 23 April 2025 pukul 09.01 WIB. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Iri bercita rasa positif

Pada hari Jumat, tanggal 11, bulan Januari, tahun 2013, pada khutbah Jumat hari itu, disampaikan beberapa wasiat, disampaikan sebuah pesan yang menurut saya sungguh sangat bermakna, sungguh sangat berguna bagi kehidupan Muslim pada khususnya dan Manusia lain pada umumnya dan bukankah setiap pesan agama itu akan selalu bermakna?   Sidang Jumat pada hari itu bertemakan Tujuh Wasiat Rasulullah. Bahwasanya dalam hadits Qudsi dikemukakan tujuh sikap hidup yang hendaknya tercermin dalam perilaku seorang Muslim, baik sebagai individu ataupun sebagai anggota masyarakat.  Ketujuh sikap itu adalah :  1. Mencintai fakir miskin dan selalu mendekati mereka;  2. selalu melihat kepada orang-orang yang ada di bawah, dan tidak selalu melihat yang ada di atas;  3. menyambung kekeluargaan, sekalipun tidak menyukainya;  4. tidak bertanya hal-hal yang tidak layak ditanyakan tentang seseorang;  5. menyampaikan yang haq walaupun terasa pahit;  6....