RABU, 09 MARET 2016
21.33 WIB
"Hai Abu Dzar! Saya liat engkau ini adalah seorang yang lemah. Saya cintai untuk engkau, apa yang saya cintai untuk diriku sendiri. Maka janganlah engkau memegang jabatan, walaupun untuk orang berdua, dan janganlah engkau mengurus harta anak yatim."
Maksud hadits di atas adalah berkenaan dengan pendapat Nabi SAW. tentang salah satu sahabat yang bernama Abu Dzar.
Terkisah Abu Dzar adalah seorang sahabat Nabi yang saleh, luas pandangan dan mempunyai nilai-nilai hidup yang tinggi. Akan teteapi Nabi berpendapat bahwa Abu Dzar tidak layak memegang jabatan negara. Menurut pendapat Nabi, Abu Dzar hanya layak menjadi ahli kritik kesalahan yang ada dalam negara.
Hadits tersebut memberikan banyak pelajaran untuk saya. Terutama dalam perkara menulis di media internet, blogger.
Ada beberapa "permasalahan" yang saya timbulkan karena isi dari tulisan yang saya curahkan di blog ini. Mungkin apa yang saya tuliskan itu benar. Mungkin juga tulisan itu saya niatkan baik untuk menjadi sebuah kritikan yang mencoba memberikan masukan.
Tapi kenyataannya, ketika justru permasalahan yang muncul ke permukaan, bukan justru sebuah perubahan. Maka cara ataupun isi yang saya tuliskan adalah salah.
Banyak hal yang saya korbankan dari tulisan-tulisan yang saya anggap atau saya niatkan sebagai sebuah tulisan kritikan. Diantaranya adalah ada hati dan perasaan yang terluka, ada pihak-pihak yang merasa diserang secara personal.
Hal-hal itu jelas berakibat pada tali silaturahim yang sebenarnya telah terjalin dengan baik. Semua hanya karena tulisan. Tulisan yang sebenarnya tak bernilai apapun.
Jadi terlalu banyak yang saya korbankan.
Saya harus kembali tersadar siapa saya sebenarnya. Saya bukan seseorang yang hidup dari menulis. Dan tulisan saya pun tidak memberikan perubahan apapun. Jadi saya harus bisa lebih bijak dalam memilih setiap tulisan. Terlebih ketika saya akan menampilkannya di dalam blog.
Saya pun bukan seorang kritikus, nyatanya saya adalah bagian dari aparatur negara. Jadi seharusnya saya bukan sibuk menulis dan memikirkan banyak kritikan sana-sini. Saya justru harus banyak memberikan kerja nyata.
Saya juga merasa, menulis banyak tulisan kritikan membuat saya lupa akan kemampuan sesungguhnya yang saya miliki. Menulis kritikan membuat saya merasa menguasai segalanya. Padahal saya teramat banyak kekurangan.
Saya masih terjebak dengan kehidupan monotan. Banyak kesempatan untuk saya mengembangkan diri. Tapi saya selalu menyalahkan keadaan, dan mencari pembenaran.
Banyak mimpi yang saya sematkan. Contohnya untuk mendapatkan beasiswa. Tapi untuk memenuhi segala persyaratan untuk mendapatkannya, saya merasa malas dan menyadari masih banyak hal harus saya perbaiki.
Saya bukan siapa-siapa, jadi saya harus mulai berhenti menulis selayaknya saya ini seseorang. Mulai fokus pada pengembangan diri, karena banyak impian yang ingin saya dapatkan masih sangat jauh dari genggaman.
Terima kasih.
#PMA
Komentar
Posting Komentar