Langsung ke konten utama

17/18 Maret 2011

RABU, 18 MARET 2015
09.30 WIB

Kembali dengan besar hati saya akui bahwasanya saya sangat buruk dalam urusan mengingat sebuah tanggal atau hal-hal yang berkenaan dengan mengingat angka juga nama. Sehingga maafkan apabila kemudian saya seperti tak peduli atau cuek dengan kondisi seremonial yang ada di sekitar.

Hal itu kembali terjadi ketika kemarin, hari Selasa, tanggal 17, bulan Maret, tahun 2015, saya tak mampu untuk mengingat bahwa pada tanggal dan bulan yang sama pada tahun 2011 merupakan hari pertama saya dan beberapa rekan angkatan XXI lainnya menginjakan kaki di IPDN Kampus Kalimantan Barat. 

Tapi sungguh hal itu masih menjadi perdebatan dalam diri saya, karena ketika saya membuka "arsip" tulisan yang ada di blog ini, saya mendapati justru tanggal pertama saya dan rekan lainnya berada di IPDN Kampus Kalimantan Barat adalah tanggal 18, bulan Maret, tahun 2011. Bukan tanggal 17 Maret! (baca : Takkan Terhenti Disini)

Tapi sudah-lah, biarkan itu menjadi perdebatan yang hanya saya rasakan sendiri. 17 ataupun 18 Maret, hanya sebuah tanda. Substansinya adalah mengenai momen mengawali segala sesuatu yang ada di IPDN Kampus Kalimantan Barat.

Saya menjadi bagian dari angkatan pelopor, angkatan pembuka di sebuah kampus baru, jauh dari keramaian dan jauh dari segala fasilitas yang biasanya ada tersedia di IPDN Kampus Pusat (Jatinangor).

Apabila dihitung secara matematis, maka IPDN Kampus Kalimantan Barat kini telah berusia 4 (empat) tahun. Usia yang sangat muda untuk ukuran sebuah kampus.

Banyak harapan tentu saya panjatkan untuk kebaikan serta kesuksesan IPDN Kampus Kalimantan Barat walaupun sebenarnya Kampus Kalimantan Barat hanya bagian dari IPDN sehingga segala doa untuk kebaikan dan kesuksesan harus juga (serta terlebih dahulu diucapkan) kepada IPDN secara keseluruhan.

Sebagai angkatan pertama yang ada di IPDN Kampus Kalimantan Barat, saya meyakini setiap pribadi angkatan XXI (yang ditugaskan untuk mengenyam pendidikan disana) memiliki cerita dan kesan yang sangat mendalam serta unik satu sama lainnya.

Kami boleh sedikit membanggakan diri dari rekan-rekan kami yang berada di kampus lainnya. Karena praktis angkatan XXI yang menjadi angkatan perintis di Kampus baru adalah Kampus NTB, Kampus Papua dan kami, Kampus Kalimantan Barat.

Alasan kenapa saya katakan kami sebagai angkatan perintis bisa sedikit membanggakan diri adalah karena kami harus memulai segala sesuatunya dari nol.

Ya, aturan yang digunakan memang sama, satu aturan dan satu payung hukum pelaksanaan kehidupan kampus yang ada di IPDN. Akan tetapi, melaksanakan segala aturan tersebut kami harus juga menyesuaikan dengan kondisi kampus yang ada.

Karena aturan yang ada di IPDN, yang berlaku pada angkatan kami, dibuat berdasarkan kondisi yang ada di Jatinangor, belum dan tidak melihat situasi dan kondisi yang ada di Kampus Daerah. Sehingga ketika akan dilaksanakan atau diterapkan di kampus daerah, dengan segala keterbatasan (karena Kampus Daerah, seperti halnya Kampus Kalimantan Barat masih menggunakan bangunan sementara).

Disitu-lah letak kesulitan kami sebagai angkatan pertama. Di awal-awal bulan, kami disibukan dengan segala macam bentuk adaptasi. Tata kehidupan praja sehari-hari di dalam kampus harus kami sesuaikan dengan cepat. Dinamis tapi tetap mengedepankan aturan yang berlaku.

Ya, itu-lah alasan kenapa saya berani menyebutkan bahwa sebagai angkatan perintis di IPDN Kampus Kalimantan Barat, kami boleh sedikit berbangga hati.

Banyak hal yang kami mulai bangun di sana, mungkin sedikit yang berbentuk fisik. Tapi yakin-lah bangunan itu berbentuk sebuah kebiasaan, sebuah budaya. Sehingga tata kehidupan praja di IPDN Kampus Kalimantan Barat bisa berjalan dengan baik.

Memang tidak semata karena angkatan kami, tapi juga berkat bantuan serta bimbingan pembina yang ada di sana saat itu. Jadi ketika saya menyebutkan angkatan perintis, maknai itu tidak sebatas pada peserta didik tapi juga setiap orang di dalamnya. Semua sangat berperan karena menjadi tonggak awal terciptanya kebudayaan IPDN Kampus Kalimantan Barat.

Anda mungkin tersenyum kecil membaca kata "kebudayaan" karena itu terlalu berarti besar, tapi maafkan saya, saya mungkin terlalu bersemangat.

Bagi saya secara pribadi, sungguh IPDN Kampus Kalimantan Barat memang sangat berkesan. Disana saya mendapati segala potensi baik mampu saya tampilkan. Idealisme, dan juga segala ide. 

Tak hanya kebanggaan. Tapi hal-hal yang memalukan pun terjadi disana. Menampilkan emosi di khalayak luas adalah salah satu contohnya.

ahh, betapa indah waktu itu.

Kini mungkin junior-junior yang berada di IPDN Kampus Kalimantan Barat tak peduli dengan apa yang kami lakukan di saat awal. Dan hal itu menyadarkan saya bahwa pada akhirnya kita tak akan menjadi apa-apa, orang-orang tak peduli dengan apa yang ada di masa lalu.

Just a memory! #PMA
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang