Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2011

KAMPUS DAERAH DAN SEMANGAT PERUBAHAN

”Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja IPDN menetapkan : Kampus IPDN Manado, Kampus IPDN Makassar, Kampus IPDN Pekanbaru, dan Kampus IPDN Bukittinggi, yang selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 892.1¬829 Tahun 2009 ditetapkan lokasi pembangunan kampus IPDN di daerah yaitu: di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, dan di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat, serta pada saat ini sedang dipersiapkan pengembangan Kampus IPDN di Pontianak di Provinsi Kalimantan Barat, Kampus IPDN di Mataram di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kampus IPDN di Jayapura Provinsi Papua.” Itulah dasar hukum diadakannya kampus daerah di lembaga pendidikan tinggi kepamong prajaan IPDN. Ada banyak sebab kenapa pemerintah dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan kebijakan untuk membuka kampus-kampus di daerah. Salah satu yang pasti dan paling lo

Catatan ringan : keluhan dan harapan

Sebuah masa telah terlewati dan kini saya telah memasuki masa, sebuah fase baru dalam kehidupan ini. Tak terasa memang, tapi inilah keadaannya. Kini, saya telah menjadi seorang praja, Muda Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri Angkatan XXI, sebuah Perguruan Tinggi Kedinasan pencetak aparatur pemerintahan. IPDN merupakan PTK di bawah lingkungan Kementerian Dalam Negeri. Bukan hal yang mudah memang untuk bisa masuk dan akhirnya dilantik menjadi seorang Muda Praja. Setidaknya ada lima tes yang harus dilewati untuk bisa masuk ke IPDN. Dimulai dari Psikotest, tes kesehatan, tes kesamaptaan, tes akademik dan Pantukhir. Seperti kebanyakan orang lainnya, saya pun tidak hanya berpangku tangan atau hanya mengandalkan IPDN sebagai tujuan tempat kuliah. Prinsip Hope for the best and prepare for the worst, sangat cocok dan harus kita terapkan di setiap pilihan yang akan kita buat. Begitu juga dalam hal ini. Saya mencoba menyiapkan pilihan lainnya sebagai bentuk usaha saya dalam menata masa depan

Valentine's Day

Berawal dari sebuah kisah, kisah legenda di masa lampau. Tentang masyarakat Romawi dengan dewanya, tentang Valentine yang mati dibunuh Claudius. Munculah sebuah tradisi, tradisi perayaan kasih sayang dengan nama Valentine's Day, 14 Februari setiap tahunnya. Sungguh itu hanya merupakan tipu daya belaka. Suatu upaya pembenaran terhadap kemaksiatan. Alasan untuk mereka yang ingin mengumbar syahwat. Dan melampiaskan segala hasrat. Ironis memang, di negara ini, Indonesia dengan mayoritas Islam agamanya. Valentine masih menjadi sebuah perayaan, bahkan ritual bagi anak muda, mengatasnamakan globalisasi dan kebebasan. Mereka dengan bangga merayakannya. Berpesta, berhura-hura hingga lupa diri dan agama. Bertindak liar tanpa batas, tak ada aturan. Ketika ego menjadi acuan dan nafsu terbebas lepas tanpa arah. mereka pun menjadi hina, sehina-hinanya binatang. Dan seakan melihat peluang, produk komersil pun ikut serta memeriahkan acara. Mereka ikut serta mengompori semua kegitan. Bahkan secara