Berawal dari sebuah kisah, kisah legenda di masa lampau.
Tentang masyarakat Romawi dengan dewanya, tentang Valentine yang mati dibunuh Claudius.
Munculah sebuah tradisi, tradisi perayaan kasih sayang dengan nama Valentine's Day, 14 Februari setiap tahunnya.
Sungguh itu hanya merupakan tipu daya belaka.
Suatu upaya pembenaran terhadap kemaksiatan.
Alasan untuk mereka yang ingin mengumbar syahwat.
Dan melampiaskan segala hasrat.
Ironis memang, di negara ini, Indonesia
dengan mayoritas Islam agamanya.
Valentine masih menjadi sebuah perayaan, bahkan ritual bagi anak muda, mengatasnamakan globalisasi dan kebebasan.
Mereka dengan bangga merayakannya.
Berpesta, berhura-hura hingga lupa diri dan agama.
Bertindak liar tanpa batas, tak ada aturan.
Ketika ego menjadi acuan dan nafsu terbebas lepas tanpa arah.
mereka pun menjadi hina, sehina-hinanya binatang.
Dan seakan melihat peluang, produk komersil pun ikut serta memeriahkan acara.
Mereka ikut serta mengompori semua kegitan.
Bahkan secara jelas dan sadar, mereka membuat acara khusus, memfasilitasi itu semua.
Mengajak, membujuk dengan nama Valentine, dengan nama cinta.
Hanya melihat untung, tidak melihat dampak.
Sungguh kita sangat merugi, kawan.
kita telah menyerupai mereka, kaum Romawi kuno nan animis sebagai panutan.
Disaat kita telah menjadi Islam, dengan segala kesempurnaanya.
dan Muhammad sebagai rasul kita.
kita justru menggadaikan harga diri kita atas nama cinta, diatas ritual yang bukan bersumber dari agama kita.
Kita merugi, itu bukan cinta.
Itu hanya nafsu belaka, itu hanya godaan dunia fana.
Let's wake up, dude! Stand up and make a change.
peace and cheers!
Komentar
Posting Komentar