Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Tulisan ringan : Kritikan dan Motivasi

RABU, 23 APRIL 2014 17.27 WIB “Kebiasaan-kebiasaan Inspiratif KH. Ahmad Dahlan & KH. Hasyim Asy’ari” , memang bukan merupakan buku yang bisa saya kategorikan sebagai sebuah buku yang “sangat baik”. Buku yang mencoba untuk memaparkan segala kebiasaan-kebiasaan dari 2 (dua) tokoh Muslim yang sangat berpengaruh hingga saat ini. Karena kedua tokoh itu mendirikan masing-masing sebuah organisasi, yang sampai dengan saat ini menjadi organisasi Islam terbesar yang ada di Indonesia. Lebih dari sekedar organisasi, Muhammadiyah dan NU, sangat mewarnai kehidupan beragama bahkan telah menjadi “label” untuk setiap ritual agama Islam yang ada di Indonesia. Fakta itu lebih dari cukup untuk kemudian mengangkat segala kebiasaan dari keduanya untuk dituangkan dalam sebuah buku dengan harapan mampu untuk memberikan inspirasi dan tauladan bagi kita yang kini sekarang hidup beberapa tahun setelah kepergian mereka. Akan tetapi bagi saya pribadi, buku itu tidak cukup dalam untuk mengupas segala kebiasaan

Sekedar menambah masukan, kawan!

SABTU, 26 APRIL 2014 17.33 WIB Ada perbincangan menarik antara sahabat saya Budi ( http://teriakanjiwabudiana.blogspot.com/2014/04/indonesia-sistem-banci.html ) , dan Zulfikri Armada ( http://catatanpamong.blogspot.com/2014/04/indonesia-demokrasi-konstitusional-atau.html ). Perdebatan yang saya pikir sehat karena dilakukan melalui cara yang sehat dan saya pikir cukup akademis. Sebelum saya pun ikut serta dalam perbincangan atau sebut saja itu sebagai sebuah perdebatan atau sebuah masukan pemikiran dari mahasiswa yang ada di Indonesia, saya akan terlebih dahulu menyodorkan beberapa tulisan yang telah saya buat, yang sedikit banyaknya juga bersinggungan dengan pembahasan dalam tulisan kedua manusia kritis di atas, yakni Pancasilaias atau Sekularis ? dan Isra Mi’raj dan Tegaknya Khilafah . Apa sebenarnya yang mereka perdebatkan? Sungguh yang mereka perdebatkan adalah sebuah tema yang tidak bisa dikatakan remeh temeh, apalagi bila hal itu dikaitkan dengan posisi kami yang dididik secara