Langsung ke konten utama

Contoh

MINGGU, 18 JANUARI 2015
10.40 WIB

Beberapa menit yang lalu saya baru saja membaca sebuah artikel yang sangat menarik dan sangat menggugah.

Artikel yang ditulis oleh seorang dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Muhadam Labolo, berjudul Mengenang Sartono, M. Jaffar, dan Indrarto. ( http://muhadamlabolo.blogspot.com/2015/01/sartono-jaffar-dan-indrarto-oleh.html )

Tulisan yang apabila boleh saya simpulkan bercerita tentang sebuah keteladanan dari seorang pemimpin. Keteladanan yang tak hanya bahkan tak pernah diucapkan tapi langsung nyata dilakukan dalam perbuatan sehari-hari.

Argumen yang beliau sampaikan dalam tulisan itu sungguh tak bisa untuk kita lawan atau sedikit saja kita sebut tak masuk di akal.

Sikap keteladanan dari seorang pemimpin adalah sebuah keharusan.

Karena keteladanan dalam berbuat baik, sederhana dan juga negarawanan tak mungkin bisa untuk ditularkan hanya sebatas tataran kebijakan atau aturan bahkan surat edaran.

Hal-hal yang berkaitan dengan sikap atau gaya hidup atau mental atau tabiat dalam menjalankan pemerintahan harus dilakukan dan dimplementasikan langsung, harus mampu dicontohkan, bukan juga sekedar dicitrakan.

Tapi dilakukan secara konsisten sehingga menjadi karakter. Tak perlu media, tak perlu publikasi, tak perlu tetekbengek aturan panjang lainnya, apabila telah dilakukan, telah menjadi kebiasaan dan berubah menjadi karakter pemimpin. Maka sikap yang baik, sederhana, dan negarawanan itu akan dicontoh serta diikuti oleh bawahan bahkan masyarakat secara luas lainnya. 

"Your action will speak louder than your words!"

Saya pikir tulisan Pak Muhadam Labolo adalah sebuah cerminan dari inti permasalahan yang ada saat ini.

Beberapa pemimpin yang ada diantara kita, baik di dunia politik maupun birokrasi, terjebak pada legalitas aturan semata dan beberapa lainnya hanya ingin melakukan pencitraan.

Mereka berpikir bahwa segala permasalahan itu harus diselesaikan dengan cara respresif dengan mengeluarkan sebuah kebijakan yang mempunyai unsur "mengancam".

Seharusnya hal-hal yang berkaitan dengan sikap atau mental atau tabiat diselesaikan dengan memberikan contoh nyata sikap atau mental atau tabiat yang seharusnya, baru kemudian diikuti dengan serangkaian kebijakan.

Saya akan berhenti mengatakan bahwa blusukan atau apapun namanya sebagai sebuah pencitraan apabila hal itu dilakukan di luar jam dinas dan tidak menggunakan secuil pun fasilitas kedinasan.

Tapi kini masyarakat kita dibingungkan dengan sikap pencitraan atau pembangunan karakter baik seutuhnya.

Jadi, appabila ingin melakukan revolusi mental atau meng-efisiensikan serta menyederhanakan kehidupan bangsa dan negara ini, tolong beri kami contoh nyata. Tolong contoh-kan kepada kami karakter baik itu seperti apa.

Yakin-lah, kami akan mengikuti karakter pemimpin kami.

#PMA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang...