Langsung ke konten utama

Manipulasi dan Kepantasan



Pada hari ini, Kamis 24 Desember 2009, siswa/siswi SMA Negeri 1 Sumedang mendapatkan laporan hasil belajar mereka selama enam bulan di semester ganjil dalam sebuah buku bernama Rapot. Ada yang senang, ada yang puas, ada yang kecewa dan bahkan ada yang menangis dibuatnya. Dan ternyata kesedihan atau pun kesenangan itu tak berhenti hanya di sekolah saja, tapi terus berlanjut di dunia maya, di situs jejaring sosial tepatnya. Banyak orang yang mencurahkan semua perasaan mereka, yang kebanyakan dari mereka yang merasa tidak puas dengan hasil yang mereka terima, ke dalam status. Tak ada yang melarang mereka untuk melakukan itu, itu jelas merupakan hak mereka masing-masing untuk mencurahkan perasaan yang sedang mereka alami. Walaupun terkadang, bahasa yang mereka gunakan sangat tidak pantas karena cenderung kasar, tapi sekali lagi, itu adalah sebuah ekspresi yang wajar dari orang-orang yang sedang sedih atau kecewa karena suatu hal. Menyalahkan orang lain atas apa yang mereka alami.

Setidaknya ada dua hal yang menjadi tema dari status mereka itu, manipulasi dan pantas.
Manipulasi adalah sebuah proses rekayasa dengan melakukan penambahan, pensembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau keseluruhan sebuah realitas, kenyataan, fakta-fakta ataupun sejarah yang dilakukan berdasarkan sistem perancangan sebuah tata sistem nilai, manipulasi adalah bagian penting dari tindakan penanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu.(http://id.wikipedia.org)
Bila kita melihat pengertian itu akan terkesan terlalu "berat" bila kita memasukan terhadap masalah ini, tapi bila kita melihat tiga kata awal dari pengertian itu, maka ini akan terdengar relevan. Manipulasi nilai atau sebuah proses rekayasa nilai, ya banyak orang yang mengatakan hal itu dan memang begitulah faktanya. Sebuah nilai memanglah bisa di rekayasa, ini sudah menjadi sebuah rahasia umum dan saya pribadi merasa kasihan kepada orang-orang yang masih menomorsatukan sebuah nilai yang tertera pada rapot. Yang terpenting adalah pemahaman kita akan pelajaran itu, karena apabila kita telah mengerti maka nilai bukanlah sesuatu hal yang sulit untuk diraih. Tapi apabila dari awal kita hanya mengejar sebuah nilai, maka kita pasti akan melupakan hal esensial kita sebagai seorang pelajar. Dan bila memang kita telah mengetahui dan menyadari bahwa nilai yang ada adalah sebuah manipulasi, lalu kenapa kita masih mempermasalahkannya?

Yang kedua adalah pantas. Berhubungan dengan masalah manipulasi tadi, banyak diantara kita yang kemudian bertanya-tanya, apakah dia pantas mendapatkan nilai itu?dan bahkan apakah kita sendiri pantas? Sejujurnya untuk menjawab pertanyaan itu, pribadi masing-masing lah yang bisa menjawabnya. Karena tak ada yang lebih mengetahui kemampuan diri kita masing-masing selain diri kita sendiri dan Allah tentunya. Tapi, bila memang kita tidak pantas akan sesutu hal maka kita tak akan pernah mendapatkan itu dan bila kita mendapatkan sesuatu, itu berarti kita memang pantas mendapatkannya. Lalu muncul pertanyaan, pantas dalam sudut pandang siapa? Tentu saja pantas menurut Allah, karena sekali lagi, manusia hanya berkewajiban untuk berikhtiar, berdo'a dan hasil adalah sesuatu hal yang diluar tanggung jawab kita, itu merupakan hak preogratif Allah. Dan segala hal yang kita dapatkan, apapun itu, itulah hal yang paling pantas menurut Allah untuk kita. Tak peduli sebarapa keras perjuangan kita atau bahkan seberapa malas usaha kita. Kita harus menyikapi itu sebijak mungkin dan berusaha untuk menikmati semuanya. Mungkin semua akan terasa mudah bila hasil nya sesuai dengan harapan kita, tapi lain cerita bila hasilnya jauh dari rencana kita. Tapi satu hal yang perlu kita ingat adalah kehidupan ini telah diatur oleh Allah sedemikian rupa dan kita hanya tinggal menjalani semua dengan sikap tawakal.

Jadi, apapun yang kita dapatkan sekarang, apakah itu sesuai dengan harapan kita ataupun tidak, tetaplah bersyukur kepada Allah dan tetap berkhusnudzan kepada-Nya. Tetap yakin dan percaya bahwa inilah yang terbaik untuk kita dan jadikan setiap yang terjadi itu sebgai semngat dan pengalaman untuk semakin kuat dalam menjalani hidup ini.

Cheers!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. ...