![]() |
http://www.pa-bengkulukota.go.id/main/foto_info/IDUL%20FITRI%201434%20H.jpg |
Rabu, 7 Agustus 2013
13.48 WIB
Sangat terinspirasi oleh sebuah "kicauan" kawan di situs jejaring sosial mini bernama twitter. Dengan nama akun @sandhaoctavia, dia berceloteh : "sebenarnya sih bukan hari kemenangan soalnya gw masih kalah sama hawa nafsu, jadi ya Allah pertemukan lagi dg ramadhan musim dpan"
Sebenarnya masih banyak lagi kicauan bernada serupa. Menyesali ramadhan yang akan berlalu. Berharap bertemu dengan ramadhan tahun depan. Atau sedih karena akan meninggalkan ramadhan. Bahagia karena bertemu syawal.
Nyatanya di detik-detik akhir seperti ini, dan dengan semakin maraknya jejaring sosial, dan semakin candunya anak manusia pada gadget. Maka semua orang pun semakin berlomba untuk merangkai kata, melukiskan maaf, saling berlomba mendapatkan banyak perhatian.
Tak jadi masalah, sepanjang mampu untuk mendekatkan yang jauh. Menjadi masalah ketika justru menjauhkan yang dekat.
Intinya, saya pun ikut terlibat dalam perasaan seperti itu. Rasa sesal yang sebenarnya tidak akan bernilai apapun. Rasa sesal yang sebenarnya bisa untuk dihindari. Tapi entah kenapa terus menjadi pilihan.
Ramadhan tahun ini lagi, lagi, lagi, dan lagi tak mampu untuk menjadi jauh lebih baik dari ramadhan yang telah lalu. Tidak juga stagnan, tapi tidak juga bertambah baik.
Indikatornya, ya seperti kicauan tadi, saya masih terlampau sering menyerahkan pada hawa nafsu. Segala apapun bentuk hawa nafsu! Tak ada batasan.
Saya semakin tersudut ketika menyadari bahwa apa yang kita lakukan di bulan ramadhan adalah bentuk cerminan sejati diri kita. Ya, di bulan ini, pada hakikatnya, semua setan dibelenggu oleh Allah. Dan tatkala, kita tetap menjalankan perbuatan dosa, maka itu adalah murni diri kita yang menjalankannya. Jangan lagi salahkan setan!
Maka ketika di bulan yang suci ini, diri ini masih dengan santainya mampu untuk mengerjakan dosa, maaf bukannya pesimis atau skeptis, tapi apa jadinya kita di bulan-bulan yang lain? ketika setan dengan bebasnya berlalu lalang?
Tapi Allah pernah menjanjikan bahwa Dia seperti apa yang kita pikirkan atau dalam bahasa sederhananya ketika kita terus berpikir buruk maka buruk-lah jadinya dan begitu sebaliknya.
Islam sangat tidak menyukai suudzon (berpikiran buruk) bahkan kepada orang jahat sekalipun, Islam sangat menganjurkan khusnudzan (berpikiran baik) karena segalanya bermuara pada pikiran.
Karena bukankah pikiran itu menentukan apa yang kita ucapkan. Apa yang kita ucapkan akan menjadi apa yang kita lakukan. Apa yang kita lakukan terus menerus akan menjadi kebiasaan kita. Lalu kebiasaan kita akan membentuk karakter kita dan karakter kita-lah yang akan menentukan nasib akhir kita.
dan semua bermula pada pikiran 'kan?
Jadi, okay, ramadhan ini lagi, lagi, lagi, dan lagi kita, ahh bukan! mungkin hanya saya, yang kalah oleh hawa nafsu. Dan bla bla bla, keluhan lainnya.
Mari sudahi segala penyesalahan dan keluhan itu, kita palingkan dan sesegera mungkin fokus pada saat ini untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik.
Langkah awal itu dengan syukuri apa yang ada saat ini, yang terbesar jelas nyawa di kandung badan. Dengan segala dosa yang ada, Allah masih berkenan memberikan nyawa, maka Allah mempunyai rencana yang indah untuk kita (ini khusnudzan namanya!), maka segera ambil moment itu!
Jadi-lah apa sesuai dengan potensi baik yang kita miliki!
Well, in the end, menjadi sangat percuma apabila menyambut hari yang fitri ini, masih terdapat kerikil diantara kita semua. Tidak hanya karena Allah membenci orang yang memutuskan silaturahmi, tapi lebih dari itu, silaturahmi adalah inti dari segala kehidupan kita di dunia.
Kenapa? karena bisa apa kita apabila sendiri?
Jadi, taqabbalahu minna wa minkum, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 Hijriah.
Mohon maafkan saya baik lahir maupun batin.
#PMA all day, guys!
dan oh iya, bagi anda yang melaksanakan shaum ramadhan mengikuti perhitungan Pemerintah (melalui sidang itsbat, menggunakan metode rukyat) maka 1 Syawal 1434 H, masih belum dipastikan dilaksanakan pada esok hari, Kamis 8 Agustus 2013. Akan tetapi apabila anda (seperti juga saya) melaksanakan shaum ramadhan berdasarkan perhitungan hisab sebagaimana yang dilakukan oleh Ormas Muhammadiyah, maka 1 Syawal 1434 H sudah ditetapkan jatuh pada esok hari, yakni Kamis 8 Agustus 2013.
Jadi, mohon konsisten dengan apa yang telah kita yakini. Jangan hanya mengambil apa yang enak menurut nafsu kita, tapi kita harus bisa menjalani segala konsekuensi dari apa yang telah kita pilih. Dan diatas itu semua, kalaupun ada perbedaan, mari tetap mengutamakan ukhuwah islamiyah.
Gema Takbir Menyapa Semesta,
BalasHapusMembesarkan dan Mengagungkan Yang Maha Esa nan Maha Suci,
Bersihkan Hati Kembali Fitri di Hari Kemenangan,
Terkadang Mata Salah Melihat dan Mulut Salah Berucap,
Hati kadang salah menduga serta Sikap Khilaf dalam Berprilaku,
Bila Ada Salah Kata, Khilaf Perbuatan dan Sikap,
Bila Ada Salah Baca dan Salah Komentar,
Mohon Dimaafkan Lahir dan Batin,
Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1434 H
blogwalking,, sekalian mau ngucapin,,
BalasHapusselamat hari raya idul fitri,,, minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin,,,
makanya, buat sy, perjuangan hakiki itu adalah perjuangan mendamaikan nafsu dan melawan godaan syaitan setelah ramadhan. dan setelah ramadhan itu tentu lebih berat godaannya
BalasHapussalam kemerdekaan :-)
BalasHapus