Langsung ke konten utama

Pomade : Identitas atau Trend ?


KAMIS, 27 MARET 2014
10.22 WIB

 

for your information :
Tulisan ini didasari oleh beberapa tulisan yang terdapat dalam situs, http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_rambut, http://kustomfest.com/magic-ink-magz-konten-kustom-kulture/, http://id.wikipedia.org/wiki/Rockabilly, http://en.wikipedia.org/wiki/Pomade, http://aghamisme.blogspot.com/2014/02/pomade-gaya-rambut-klasik-tetep-asik.html, jadi bila ada kesamaan kata atau kalimat hal itu jelas merupakan kesengajaan dan dalam hal ini saya berada dalam posisi “mengutip”, bukan “menjiplak”. 
Terima kasih.

Saya mungkin bukan orang yang mengetahui banyak hal tentang segala sesuatu yang ada di dunia ini. Terkadang saya hanya tau sedikit dan bahkan seringnya saya tak tau sama sekali. Tapi setidaknya saya selalu berusaha mencari tau, terus belajar, terus banyak mendengar dan bertukar pendapat, sehingga pada akhirnya saya bisa untuk menjadi tau, mengerti, dan memahami.

Saya selalu berusaha untuk tidak menutup diri, membuka pikiran dan hati saya untuk segala ilmu dan pengetahuan, dari siapapun dan apapun itu.

Hal sederhana untuk merealisasikan itu adalah dengan memulai dari hal yang sederhana. Oleh karenanya, saya memulai dengan selalu mencari tau segala sesuatu yang sedang, akan, dan telah saya lakukan.

Saya tak ingin bodoh, dan tak ingin juga dibodohi. Saya tau kemampuan saya terbatas tapi itu bukan alasan untuk selalu menjadi pengikut dengan loyalitas tanpa batas. 

Saya harus tau apakah itu benar, apakah itu salah, apakah itu pantas untuk dikerjakan, apakah itu pantas untuk diikuti. Karena pada akhirnya diri kita sendiri yang akan bertanggung jawab dengan apa yang kita tentukan.

Maka walaupun itu berkenaan dengan hal sederhana bahkan tak penting sekalipun, saya harus tau. Karena sekali lagi saya tak ingin menjadi bodoh!

Kaitannya dengan itu, akhir-akhir ini saya melakukan sedikit pencarian mengenai sebuah “gaya” dalam berpenampilan yang mulai saya sukai.

Sebuah gaya dalam menata rambut, sebuah gaya menggunakan pomade.

Bila ditarik lagi ke belakang, saya tak asing dalam menata rambut menggunakan minyak rambut. Dulu, ketika saya masih duduk di bangku SMP, saya merupakan orang yang selalu menata rambut menggunakan minyak rambut jenis gel. Tapi hal itu kemudian saya tinggalkan setelah saya duduk di bangku SMA.

Dan hal itu kembali mengundang minat saya ketika saya melihat gaya rambut yang digunakan oleh salah satu kakak senior saya yang kini telah bekerja di salah satu pemerintah daerah di Indonesia. Sebuah gaya rambut klimis nan rapi.

Awalnya saya mengira bahwa itu hanya merupakan penggunaan minyak rambut yang tak jauh berbeda dari yang saya gunakan ketika SMP. Tapi ternyata itu bukan merupakan minyak rambut jenis gel, melainkan minyak rambut jenis pomade.

Well, what the hell is pomade?

Pomade secara sederhana merupakan salah satu jenis dari minyak rambut yang ada sekarang ini. Minyak rambut bisa berupa minyak, gel, krim dan pomade itu sendiri.

Perbedaan mendasar antara pomade dan ketiga jenis minyak rambut lainnya adalah terletak dari bahan dasar yang digunakan. Pomade berbahan dasar minyak kelapa, lanolin, wax, dan parfum serta tidak mengandung alkohol sementara gel cenderung menggunakan alkohol. Adapun minyak (hair tonic) berbentuk cair, sedangkan krim (hair cream) memiliki krim berzat enteng dan tidak kaku.

Bahan dasar yang dimiliki pomade membuat gaya rambut khas pomade adalah rapih dan tersisir. Pomade juga membuat rambut tampak keras, berminyak, dan mengkilap. Salah satu kekurangan pomade adalah pomade agak sulit untuk dihilangkan dari rambut karena seperti yang telah disebutkan di awal, pomade berbahan dasar oil atau minyak.

Pomade berasal dari bahasa Perancis yang berarti Pommade "salep", itu sendiri timbul dari pomum Latin ("buah, apel") melalui Pomata Italia dari pomo, yang berarti "apel", karena resep salep asli berisi apel tumbuk.

Satu hal yang membuat pomade berbeda dengan jenis minyak rambut lainnya adalah ternyata pomade memiliki sejarah yang cukup unik sehingga akhirnya bisa menjadi sebuah gaya menata rambut yang terus bertahan hingga sekarang ini.

Sejarah seperti apa?

Sejarah pomade yang bisa saya temukan adalah seperti yang dituliskan oleh satu pentolan grup musik asal Bali, Superman Is Dead (SID), Jrx. 

Jrx mengatakan bahwa semenjak Elvis dan berakhirnya era 50-an, satu-satunya skena yang loyal mempertahankan pomade sebagai identitas mereka adalah skena rockabilly dan kustom-kulture. Ditengah gempuran flower-generation/hippies (60-70 an), masivnya era glam-rock 80-an serta alternative rock 90-an, mereka (skena rockabilly/kustom-kulture) tetap loyal dengan pomade.

Paragraf tersebut berarti bahwa gaya rambut pomade merupakan gaya rambut yang identik atau pertama kali dipopulerkan oleh rockabilly dan kustom-kulture.

Rocakabilly merupakan salah satu gaya paling awal dan paling berpengaruh dalam musik rock n' roll yang muncul pada tahun 1950-an.

Rocakabilly merupakan jenis musik dengan irama blues dengan beat country serta lirik berisi luapan emosi secara terang-terangan. Musik rockabilly disukai remaja karena lekat dengan citra pemberontak, seksualitas, dan kebebasan dari belenggu formalitas yang diciptakan orang tua dan tokoh masyarakat. Dan gaya rambut pomade merupakan lambang untuk itu semua, sebuah gaya rock ‘n roll.

Adapun kustom-kultur adalah neologisme (kata bentukan baru), digunakan untuk menggambarkan karya seni, kendaraan, gaya rambut, dan mode dari mereka yang menyetir dan membangun mobil kustom dan sepeda motor di Amerika Serikat di mulai tahun 1950 sampai hari ini.

Melalui perkembangan-nya kustom-kultur terbagi-bagi, diantaranya hot rod, rat rod, custom bike, chopper, pinstriper, lowrider, lobrow, punk rock, rockabilly, barber, skateboard, bmx  dan juga tattoo, dan masih banyak yang lain.

Berdasarkan argumen tersebut bisa dikatakan bahwa sebenarnya rockabilly dewasa ini merupakan bagian dari kustom-kultur.

Sehingga sejarah pomade bisa disimpulkan merupakan sebuah identitas dari music rockabilly, sebuah gaya rock ‘n roll. Bukan sebuah gaya menata rambut yang timbul dengan sendirinya, atau hanya ada seiring berjalannya trend. Lebih dari itu pomade merupakan sebuah identitas.

Melihat sejarah seperti itu maka kritikan dilontarkan Jrx terhadap perkembangan pomade dewasa ini. 

Jrx berujar bahwa ketika pomade menjadi trend seperti saat ini, orang-orang, termasuk beberapa produsen pomade lokal tidak menghargai "proses" kenapa pomade bisa sepopuler sekarang. Mereka tahunya cuma "oh, ini trend baru untuk terlihat keren". Dangkal sekali. Dengan attitude seperti itu, ketika trend ini berakhir, mereka akan ganti gaya dengan mudahnya. Tipikal sekali.
 
Dengan adanya indikasi popstars mainstream yg mulai di-endorse pomade lokal, dua tahun dari sekarang, anak-anak muda mungkin akan berpikir pomade dipopulerkan oleh band-band Melayu kacangan. Dimana loyalitasnya? Dimana penghargaan untuk perjuangan skena rockabilly/kustom-kulture yang membuat pomade se-populer sekarang? Hargai proses, bukan hasil. Berhentilah menjadi generasi instan yang gak mau tahu sejarah. Dangkal itu menjijikkan.

Hal itu bisa terjadi karena, masih menurut Jrx, di era 80-an perlahan culture rockabilly/kustom-kulture memasuki ranah punkrock, mulai-lah beberapa punkrockers memakai pomade dan berambut klimis.

Lalu diawal 2000-an, di California mulai dibuka beberapa tattoo shop dengan konsep barber shop yang merupakan perpaduan dari kultur rockabilly, kustom-kulture dan punkrock. Rupanya, konsep baru (barber and tattoo shop) ini menjadi fenomena hingga akhirnya menjamur di negara-negara lain seperti Eropa, Jepang dan terakhir Asia. Dari sana muncul-lah akhirnya trend baru dimana semua orang mulai menganggap pomade, barber shop dan getleman's look adalah the "new cool".

Saya setuju bahwa pemahaman dangkal itu menjijikan dan merubah sejarah itu lebih menjijikan. Saya pun sangat setuju kita harus sangat teramat menghargai proses dan tidak pernah berusaha untuk menjadi generasi instant.

Maka saya pun sangat memahami perasaan Jrx, karena apabila untuk hal sesederhana ini, sejarah pomade, masyarakat kita bisa dengan begitu saja melupakan oleh sekedar mengikuti perkembangan zaman dan trend masa kini. Bayangkan untuk hal-hal besar dan rumit lainnya!

Bagi saya pribadi, saya memang bukan merupakan rocakabilly atau bagian dari kustom-kultur. Saya hanya seseorang yang menyukai dengan tampilan rapih, klimis dan berkelas tapi dengan tidak menghilangkan kesan garang.

Hal itu saya pikir bisa saya dapatkan ketika saya menggunakan pomade dalam menata rambut yang saya miliki. Maka dengan alasan itu, saya akan menggunakan pomade. Terlepas dari apakah pomade itu sebuah trend atau tidak lagi menadi sebuah trend, selama itu mendukung prinsip yang saya miliki dan sukai, maka saya akan tetap menggunakannya.

So, tentukan gayamu, tidak berdasarkan apa yang sedang ada sekarang ini, tapi dasari-lah itu semua dengan prinsip yang kita miliki.

Stay #PMA!

Komentar

  1. Cukuplah mie saja yang instant, jangan kita !

    bagi saya pribadi, gaya itu seperti body language. ada banyak "ungkapan" di dalam gaya. jangan sekedar ikut-ikutan tanpa tahu, apa yang akan orang tafsirkan dengan melihat gaya kita.

    cmiiw

    BalasHapus
  2. Pomade bisa menghasilkan rambut yang klimis dan terkesan rapih

    BalasHapus
  3. Kalo kebanyakan pake pomade jg gak baik. bisa bikin rambut ketombean loh
    Cara merawat rambut aga tidak berketombe

    BalasHapus
  4. Padahal jaman saya smp/sma (sekitar thn 97-2004) gaya rambut klimis dikatain cupu, lha kok skrg ngetrend 🤣

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang