Langsung ke konten utama

Memaknai peristiwa (1)

AHAD, 18 SEPTEMBER 2016
06.00 WIB

Mendalami ajaran Islam dengan terus memperbanyak ilmu, melalui membaca ataupun mendengarkan ceramah/kajian, maka akan semakin menyadarkan kita bahwa hidup tak akan pernah lepas dari ujian. Bahkan kehidupan bahagia itu pada hakikatnya bukan sebuah kehidupan yang tidak pernah mengalami suatu ujian. Ujian akan selalu datang silih berganti menghampiri setiap manusia, siapapun dia.

Ujian datang dalam berbagai bentuk. Perihal besar atau kecil ujian yang datang menerjang, itu sungguh relatif, terlebih dalam sudut pandang seorang Muslim. Karena ujian sangat tergantung dengan respon yang diberikan. Bila respon yang dikedepankan ketika ujian datang adalah respon positif maka ujian tak akan berarti apa-apa. Dan berlaku seballiknya, bila respon yang timbul adalah rentetan sikap negatif maka ujian akan menjadi besar dengan sendirinya.

Di dalam salah satu perspektif agama Islam, ujian adalah sebuah cara bagi Allah Swt. untuk melihat sejauh mana keimanan hamba-hamba-Nya. Dengan kata lain, ujian dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat di level mana keimanan seorang Muslim itu berada. Sehingga ujian yang diberikan oleh Allah Swt. kepada setiap hamba-Nya akan sangat sesuai dengan tingkat keimanannya masing-masing. Semakin tinggi keimanannya maka akan semakin berat ujian yang akan diterima, akan tetapi seperti apa yang telah saya sebutkan di awal paragraf, besar/kecil ujian itu relatif. Bahkan bagi mereka dengan keimanan tinggi tak ada ujian yang lebih besar dari keyakinan mereka bahwa Allah Swt. akan selalu membantu mereka.

Pada intinya, Allah Swt. tidak akan pernah memberikan ujian melebihi dari kemampuan yang dimiliki oleh hamba-Nya. Itu janji-Nya, dan Allah Swt. tidak pernah ingkar terhadap segala apa yang telah Dia ikrarkan.

Oleh karena itu, ketika kini saya sedang mengalami atau merasakan sakitnya sebuah penolakan. Sebuah situasi ketika satu cita-cita belum mampu terwujudkan, saya harus bisa untuk melewati kondisi ini dengan baik. Karena saya yakin ini adalah salah satu bentuk ujian yang Allah Swt. berikan. Saya pun semakin yakin bahwa Allah Swt. memang selalu menepati janji-Nya, karena saya yang memang belum lama mencoba “berhijrah”, tentu masih dengan keimanan yang masih sangat rendah dan rentan menghilang, ujian yang diberikan-Nya pun masih dalam tahapan perasaan. Pergolakan batin. Dengan ujian seperti ini pun, seakan-akan dunia runtuh di depan saya!

Tapi kita harus kembali ke konsep awal, bahwa ini adalah kesempatan bagi saya untuk bisa naik tingkat dalam urusan keimanan. Bukan justru keimanan itu hilang tak berbekas.

Kecewa, sedih, tentu saya rasakan. Dan itu wajar terjadi. Tapi saya kemudian mencoba mengimbangi dengan memikirkan hikmah-hikmah yang ada. Banyak hal yang memang harus saya perbaiki. Standar saya terlalu tinggi tapi lupa dengan kualitas diri yang dimiliki.

Pada intinya, saya harus bisa melewati ini dengan sangat baik, karena ujian adalah tentang bagaimana kita mampu untuk menghadapinya tanpa kehilangan keimanan yang telah kita miliki.
Allahu’allam

#PMA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang...