Langsung ke konten utama

Musibah

KAMIS, 2 RABI'UL AWWAL 1438 H / 1 DESEMBER 2016
17.15 WIB

"Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)."
As-Syura, ayat 30 

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa musibah yang menimpa kalian tidak lain adalah disebabkan karena dosa yang kalian dahulu perbuat. Dan Allah memaafkan kesalahan-kesalahan kalian tersebut. Dia bukan hanya tidak menyiksa kalian, namun Allah langsung memaafkan dosa yang kalian perbuat."

"Kalau anda melihat seseorang didzalimi/disakiti oleh manusia, lalu dia tidak mengembalikan kasus itu kepada dirinya sendiri, tidak mengevaluasi diri, tidak mengaudit diri dan tidak menyalahkan kesalahan/dosa-dosanya kemudian tidak ber-istigfar, maka ini-lah musibah yang sesungguhnya."
Ucapan Syaikhul Islam lbnu Taimiyyah rahimahullah yang dinukil oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri pada kajian/ceramah Islam, dengan judul "Ketika Pesona Taman Surga Mulai Memudar"

***

Apa sih musibah?

Saya akan kemukakan dua pendapat untuk memberikan gambaran apa yang dimaksud dengan musibah. Berdasarkan Tafsir Al Qurthubi, musibah adalah segala sesuatu yang menyusahkan/menyakiti seseorang yang menimpa dirinya.

Adapun menurut KBBI, musibah diartikan sebagai kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa dan malapetaka (bencana).

Dari dua definisi di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa musibah pada hakikatnya adalah segala bentuk peristiwa yang tidak sesuai dengan keinginan/harapan.

Respon yang kemudian biasa muncul adalah kecewa. Bila hanya sekedar kecewa, itu hal yang sangat manusiawi. Tapi bila kekecewaan itu diiringi oleh beberapa sikap negatif, semisal marah, menyalahkan orang lain, dan berbagai ekspresi yang semisalnya, maka musibah yang terjadi menjadi sebuah pintu gerbang bagi keburukan.

Lho? Memangnya musibah bisa mendatangkan kebaikan?

Ya, Insya Allah sebuah musibah justru bisa menjadi awal dari banyaknya kebaikan. Hal itu bisa didapatkan apabila kita konsisten dalam menjadikan Islam sebagai pedoman hidup serta menempatkan Islam sebagai prioritas dalam kehidupan.

Di dalam konsep Islam (koreksi dan maafkan saya bila ada kekeliruan/kesalahan), setiap musibah baik yang bersifat fisik ataupun psikis, harus dijadikan sebagai sarana untuk menginstropeksi atau evaluasi diri.

Karena konsep Islam menyatakan bahwa kita akan memetik buah dari setiap perilaku yang telah kita tanam. Tak peduli apakah perilaku itu kita lakukan secara sadar atau tidak, semuanya akan mendapatkan konsekuensi. Sehingga Islam "memaksa" umatnya untuk senantiasa peka, tanggap, dan mawas diri dengan apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan.

Berkaitan dengan musibah, maka Islam tidak pernah merekomendasikan umatnya untuk menyalahkan orang lain atau marah, Islam justru menginginkan kita untuk berpikir dan memeriksa secara utuh menyeluruh apa yang telah kita lakukan. Konsep seperti itu mengajari untuk bersikap ksatria. Kita-lah yang menjalani kehidupan jadi kita yang harus mengambil tanggung jawab secara penuh terhadap semua yang terjadi di dalamnya.

Jadi kebaikan yang akan didapat ketika musibah datang adalah kita bisa menjadikan moment tersebut untuk mengevaluasi diri. Karena mungkin saja tanpa adanya musibah kita terlena begitu saja menjalani kehidupan. Kita lupa untuk menginstropeksi diri, mungkin ada dosa yang kita rutinkan atau beberapa sikap yang melukai orang lain. Atau bahkan bila tanpa datangnya musibah kita terlalu nyaman menjalani kehidupan dan meninggalkan beberapa perintah Allah Ta'ala.

Maka dengan adanya musibah kita pun bisa menyadari betapa lemahnya kita sebagai manusia dan Allah Ta'ala adalah sandaran yang selalu bisa kita andalkan. 
Wallahu'alam.

***

Saya katakan di awal, konsep hidup di atas tak akan bisa diterima bila Islam belum melekat di dalam hati. Karena dalam keadaan tertekan ketika musibah datang, maka sebuah konsep berpikir menyalahkan diri sendiri adalah sebuah konsep yang tak masuk di akal.

Bagaimana mungkin kita yang sedang disakiti oleh seseorang, dan kita harus menyalahkan diri sendiri? Bukankah telah jelas pelakunya?

Ya, bila mengedepankan rasa dan akal manusia, maka tak akan bisa diterima. Tapi bila indahnya Iman dan nikmatnya Islam telah menggenggam erat seluruh jiwa raga, wahyu Allah Ta'ala di dalam Al-Qur'an serta sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, walaupun tidak bisa kita mengerti secara akal atau bahkan bertentangan dengan realitas yang ada, Sami'na Wa Athona.  

Demi Allah, Al-Qur'an tidak akan pernah salah dan Hadits Shahih tidak mungkin bohong! 

Bila dilihat dalam sudut pandang yang lebih luas, maka sebenarnya Islam mengajarkan sebuah pola hidup positif. Islam mengajak manusia untuk hidup secara optimis. Islam tidak ingin manusia salah dalam bersikap terutama dalam kondisi yang tidak sesuai dengan harapan.

Bahwa berpikir dan mencari solusi adalah hal yang harus dikedepankan bukan sibuk mencari dan menyalahkan orang lain atau menumpahkan emosi. Karena mari kita renungkan bersama, apakah dengan melempar tanggung jawab, mengeluh, marah, dan berbagai ekspresi yang semisalnya, kemudian sebuah musibah itu akan selesai?

Kita tentu akan sepakat mengatakan bahwa musibah tak akan bisa menghilang atau reda bila hanya dihadapi dengan emosi. Dan itu-lah sikap yang diinginkan oleh Islam.

Hanya saja manusia ketika berada dalam posisi tertekan, berada dalam situasi yang tidak dia inginkan maka nafsu seketika menguasainya. Dan sungguh tak ada hukum bagi mereka yang emosi.

Sehingga sebelum emosi mengambil alih kewarasan, maka Islam masuk didalamnya, mengatur sedemikian rupa hingga kita menyadari bahwa emosi itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah. 

***

Sungguh menulis rangkaian kalimat ini lebih mudah saya lakukan daripada  mengimplemntasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Hakikat ilmu dan berbagai nasihat dari guru adalah untuk menghilangkan kebodohan dan memperbaiki diri menjadi lebih baik. Bukan untuk dijadikan retorika di berbagai macam media sosial.

Berkenaan dengan itu, saya yang masih sangat bodoh dan masih sangat membutuhkan banyak nasihat memutuskan untuk me-reset beberapa media sosial yang saya miliki (Line, Twitter, dan Instagram).

Karena sekali lagi hakikat ilmu adalah implementasi, bukan publikasi. Semoga Allah Ta'ala memudahkan kita semua untuk mencari dan mendapatkan ilmu serta mengamalkan apa yang telah kita dapatkan. Aamiin.

#PMA    

Komentar

  1. Sebab hakikat ilmu adalah implementasi, bukan publikasi.
    Paragraf pamungkasnya luarbiasa mengispirasi. Mari sma2 beljar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siaap! Ayo kak, semangat belajar, semangat berubah!! Saling mendoakan kak.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang...