Langsung ke konten utama

Jangan Bedakan Kaya atau Miskin!

http://assets.kompas.com/data/photo/2012/10/24/1441387620X310.jpg

Rabu, 22 Mei 2013
14.15 WIB


*catatan : Ini hanya sebuah tugas tapi saya pikir cukup relevan untuk saya posting di dalam blog. 
Sekedar berbagi sedikit ilmu tentang Strategi Pelayanan Publik serta kondisi yang ada di lingkungan saya sekarang ini berada. 
Bisa juga menjadi sebuah berita. Terserah-lah anda mau menyebut ini apa. 
Tapi saya harap, setidak-tidaknya ini bisa memberikan manfaat bagi anda semua. 
Memberikan pemahaman bahwa kita harus selalu "memperhatikan" apa yang telah, sedang, dan akan Pemerintah lakukan. 
Tidak apatis, tidak skeptis. Tapi tidak juga pesimistis.

Jadi, selamat membaca.
#PMA all day, guys! :)

Salah satu artikel yang terdapat/dimuat di Koran Tribun Pontianak edisi Sabtu, 27 April 2013, dengan judul Midji : Jangan Bedakan Kaya dan Miskin, memberitakan tentang peresmian instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Syarief Muhamad Al Kadrie, yang dilakukan oleh Walikota Pontianak, Sutarmidji. Pada sambutannya, Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, menyampaikan bahwa didirikannya RSUD Sultan Syarief Muhamad Al Kadrie merupakan salah satu wujud nyata dari penjabaran visinya dalam bidang kesehatan yaitu orang yang berobat ke sini datang meringis, pulang tersenyum. Karena di RSUD ini tidak mengenal sistem kelas dalam perawatannya sehingga diharapkan tidak akan ada diskriminasi terhadap pasien yang datang untuk berobat.
 
RSUD Sultan Syrief Muhamad Al Kadrie memang dirancang tanpa kelas sehingga sangat berbeda dengan rumah sakit umum lainnya. Pada prakteknya nanti, rumah sakit ini hanya akan memperlakukan pasien sesuai dengan jenis penyakit yang dideritanya. Sehingga tidak akan ada perbedaan perlakuaan pasien berdasarkan kaya atau miskin serta ruangan yang ditempatinya. Walikota menegaskan dan juga memberikan sebuah arahan langsung kepada seluruh pegawai yang ada di lingkungan RSUD untuk tidak pernah membedakan antara pasien kaya atau miskin.
 
Seperti yang telah kita ketahui bersama, fungsi dasar pemerintah mencakup 3 (tiga) hal, yaitu : Pelayanan, Pemberdayaan, dan Pembangunan (Prof. Ryas Rasyid). Kaitannya dengan artikel ini maka Pemerintah Kota Pontinak telah menjalankan salah satu fungsinya sebagai pemerintah yaitu melaksanakan fungsi pelayanan, yang dalam hal ini adalah pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan dasar yang harus diutamakan dan menjadi prioritas dalam pemenuhannya. Karena tanpa tingkat kesehatan yang baik, maka tidak akan mungkin masyarakat bisa menjalankan aktifitasnya dengan lancar bahkan kesehatan masuk ke dalam 3 (tiga) penilaian Indeks Pertumbuhan Manusia (IPM) selain dari pendidikan dan pendapatan.
 
Pemerintah dalam menjalankan fungsi pelayanan setidak-tidaknya didasari oleh 3 (tiga) paradigma, yaitu OPA, NPM, dan NPS. Ketiga paradigma ini tentu memiliki kelebihan serta kekurangannya masing-masing akan tetapi sesuai dengan karakteristik masing-masing paradigma tersebut, masing-masing paradigma itu akan pas atau sesuai apabila diterapkan pada salah satu bidang tertentu. 

Pelayanan kesehatan yang termasuk ke dalam sektor atau bidang kesejahteraan masyarakat maka akan cocok atau sesuai apabila menggunakan paradigma NPS atau New Public Service. Secara garis besarnya NPS berarti memperlakukan masyarakat sebagai warga Negara (citizen) , untuk mewujudkan nilai-nilai demokrasi. Sehingga menurut paradigma ini masyarakat mempunyai hak dan memang wajib untuk dilayani sebaik mungkin serta seoptimal mungkin tanpa adanya sebuah diskriminasi.
 
Di samping itu, pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah memang harus didasari oleh niat untuk menciptakan atau mencari sebanyak mungkin manfaat (benefit) bukan justru mencari sebuah keuntungan. Karena pelayanan publik yang dilakukan oleh institusi pemerintah harus bermotifkan sosial sesuai dengan visi dan misi serta mencari dukungan penuh dari masyarakat. Sehingga apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Pontianak di bawah kepemimpinan Sutarmidji dengan membangun RSUD berkonsep tanpa kelas jelas merupakan sebuah jalan yang sangat baik dilihat dari strategi pelayanan publik dalam sektor kesehatan.
 
Strategi seperti itu telah menjadi sebuah strategi yang bersifat teknis dan langsung bisa dirasakan oleh masyarakat. karena dengan tidak adanya kelas maka besar harapan serta kemungkinan pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat akan sama tanpa ada perbedaan harga. Akan tetapi, pemerintah kota Pontianak tetap harus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya dan juga melakukan evaluasi berkaitan dengan tarif yang dibebankan kepada masyarakat tidak mampu yang menderita penyakit yang memerlukan perawatan mahal. Tidak menutup kemungkinan akan ada masyarakat miskin yang menderita penyakit yang harus mendapatkan perawatan yang cukup mahal.
 
Seperti yang disebutkan di dalam berita tersebut, Wali Kota menjamin tidak akan ada diskriminasi terhadap pasien kaya atau miskin berdasarkan ruangan. Pasien hanya akan diberlakukan sesuai dengan jenis penyakitnya dan juga RSUD ini tidak akan memberikan pengobatan gratis. Berdasarkan dua pernyataan itu, dikhawatirkan masyarakat miskin memang tidak akan mendapatkan diskriminasi dalam hal ruangan tetapi mereka justru akan berat untuk membayar tagihan yang nantinya mereka terima.
 
Akan tetapi secara keseluruhan, ide dan konsep RSUD tanpa kelas memang merupakan sebuah strategi pelayanan publik yang sangat baik untuk setidaknya bisa meminimalisir terjadinya diskriminasi terhadap pasien kaya atau miskin. Dengan adanya konsep ini setidaknya masyarakat miskin sudah bisa terjamin akan mendapatkan sebuah pelayanan kesehatan yang sesuai dengan jenis penyakit yang mereka derita walaupun belum ada jaminan bagi mereka mampu membayar tagihan yang nantinya harus mereka bayar setelah mereka dinyatakan sembuh.

Komentar

  1. baguslah kalo kelas di rumah sakit itu sudah dihapus, tapi tetap saja kan ada biaya saat hendak berobat kesana, dan itulah yang sering memakan korban banyak..apalagi kalo rakyat awam...didalam kuitansinya bila da rincian, pastilah mereka bakal membelalakkan mata, karena banyak sekali biaya yang dikeluarkan, termasuk obat2 an yang luarbiasa banyakknya dan segala tete bengeknya, dan inilah yang jadi lahan basah para pelaku pungli di rumah sakit rumah sakit pemerintah...salam :-)

    BalasHapus
  2. Pemerintah harus menambah subsidi untuk kesehatan

    BalasHapus
  3. sebenarnya kan rumah sakit ini adalah "pilihan" terakhir, maksud saya lebih baik mencegah daripada mengobati, karena jangan kan orang miskin, orang kaya saja terkadang kesulitan dalam hal "biaya" pengobatan. seharusnya seluruh pihak juga perduli akan hal ini, misalnya penseleksian makanan yang beredar, sehat atau tidak... konsumsi air yang kita pakai dsb. tentunya bila kita pernah sakit, kita pasti ingin tahu penyebabnya, pencarian solusi akan penyebab sakit ini bukanlah rumah sakit, menurut saya sih begitu. terkadang masih kita lihat di televisi tentang makanan yang dicampur zat yang berbahaya dan beredar dengan gampang di tengah masyarakat, tulisan di koran atau media lainnya tentang air minum yang keruh, dan masih banyak lagi. tapi kita terlalu terfokus ke dalam hal bagaimana cara menyembuhkan, bukan cara mencegah. sosialisasi memang sudah dilakukan, tapi saya rasa itu tidak cukup. andai saja saya bisa berbicara dan didengar di elite atas, mungkin saya akan lebih memprioritaskan bagaimana cara kita mencegah, bukan mengobati, teknisnya bisa dengan peraturan yang bersifat memaksa, pemberian "makanan bergizi" untuk rumah tangga sangat miskin, bukan malah dikasih beras yang dilabeli miskin. kasian kan udah miskin dikasi beras pembagian yang tak jarang sudah dipangkas oleh si pembagi, tapi itulah yang terjadi. eh kok malah saya ngomong beras ya ?? kan awalnya kita diskusi rumah sakit...zzz, gak jelas diriku ini... hehehhe... sudahlah jangan didengar...zzz

    BalasHapus
  4. terima kasih banyak atas masukan dan bahan diskusi yang sungguh luar biasa.

    tak ada yang bisa saya tambahi karena sungguh segala komentar telah mampu untuk memberi tambahan baru dari tulisan saya. :)

    BalasHapus
  5. saya sudah mikir dua jam buat jawab, cuman dibales dengan beberapa kalimat, nasiiiib nasiiiib ... wkwkkw

    BalasHapus
  6. @Bang Harri : hehehe maaf bang, maaf dan ampun. soalnya koment nya udah lebih dari sempurna. utk apa lagi membuka forum baru? hhe :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang