![]() |
http://detikislam.com/wp-content/uploads/2013/02/konspirasi.jpg |
SENIN, 18-11-2013
09.14 WIB
Di dalam situs Wikipedia.org, disebutkan bahwa teori konspirasi atau teori persekongkolan adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh.
Masih menurut situs yang sama, disebutkan bahwa ada dua kubu utama penganut teori ini. Kelompok pertama adalah mereka yang hanya percaya bahwa segala hal mungkin terjadi apabila ada dukungan argumentasi yang kuat, fakta akurat, data ilmiah, pendapat yang bisa diverifikasi kebenarannya, tokoh-tokoh yang nyata, sejarah yang memang ada dan bukan mitos.
Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang percaya tanpa syarat alias mereka yang menganggap apapun yang terjadi sudah dirancang sedemikian rupa, yang acapkali menghubungkan dengan mitos, legenda, supranatural, dan sebagainya.
Teori konspirasi memang selalu menjadi pembahasan yang menarik dan tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan. Karena berbeda dengan teori lainnya yang ada di dunia ini, teori konspirasi merupakan kumpulan dari banyak teori. Dia tidak hidup atau berdiri sendiri, tapi justru hadir dengan terlebih dahulu adanya teori yang lain kemudian menggabungkan dengan teori lainnya yang juga telah ada.
Teori konspirasi itu seperti sebuah cerita. Bukan cerita pendek, tapi sebuah cerita dalam bentuk novel berhalaman tebal dan terus memiliki sekuel. Tak akan pernah habis!
Sepanjang satu teori dengan teori, atau satu kejadian dengan kejadian lain masih bisa untuk dihubungkan dan masih sangat masuk akal untuk dihubungkan dan yang paling penting adalah sepanjang masih ada orang yang menaruh kepercayaan di dalamnya, maka sepanjang dan sekompleks itu-lah teori konspirasi itu akan hadir.
Saya pun lama telah mengenal teori ini walaupun tidak juga menjadi begitu tertarik apalagi kemudian mampu untuk sepenuhnya memahami teori ini.
09.14 WIB
Di dalam situs Wikipedia.org, disebutkan bahwa teori konspirasi atau teori persekongkolan adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh.
Masih menurut situs yang sama, disebutkan bahwa ada dua kubu utama penganut teori ini. Kelompok pertama adalah mereka yang hanya percaya bahwa segala hal mungkin terjadi apabila ada dukungan argumentasi yang kuat, fakta akurat, data ilmiah, pendapat yang bisa diverifikasi kebenarannya, tokoh-tokoh yang nyata, sejarah yang memang ada dan bukan mitos.
Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang percaya tanpa syarat alias mereka yang menganggap apapun yang terjadi sudah dirancang sedemikian rupa, yang acapkali menghubungkan dengan mitos, legenda, supranatural, dan sebagainya.
Teori konspirasi memang selalu menjadi pembahasan yang menarik dan tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan. Karena berbeda dengan teori lainnya yang ada di dunia ini, teori konspirasi merupakan kumpulan dari banyak teori. Dia tidak hidup atau berdiri sendiri, tapi justru hadir dengan terlebih dahulu adanya teori yang lain kemudian menggabungkan dengan teori lainnya yang juga telah ada.
Teori konspirasi itu seperti sebuah cerita. Bukan cerita pendek, tapi sebuah cerita dalam bentuk novel berhalaman tebal dan terus memiliki sekuel. Tak akan pernah habis!
Sepanjang satu teori dengan teori, atau satu kejadian dengan kejadian lain masih bisa untuk dihubungkan dan masih sangat masuk akal untuk dihubungkan dan yang paling penting adalah sepanjang masih ada orang yang menaruh kepercayaan di dalamnya, maka sepanjang dan sekompleks itu-lah teori konspirasi itu akan hadir.
Saya pun lama telah mengenal teori ini walaupun tidak juga menjadi begitu tertarik apalagi kemudian mampu untuk sepenuhnya memahami teori ini.
Teori ini membingungkan, terkadang memuakan atau bahkan terlalu mengada-ngada. Bahkan menurut saya, teori ini sering kali tidak masuk di akal atau justru sangat terlalu masuk akal.
Teori ini seperti membuat para penganut atau yang mereka yang percaya terhadapnya, senantiasa selalu diajak untuk berpikir negatif kepada apapun yang terjadi. Selalu berpikir bahwa selalu ada udang di balik batu. Selalu ada makna yang tersirat dari apa yang tersurat. Membuat mereka paranoid.
Itu mungkin dalam bentuk ekstrim-nya.
Tapi coba-lah kita renungkan sejenak, kenapa kita tidak menjadi manusia yang hidup tenang dengan selalu berusaha berpikiran postif terhadap segala sesuatu yang ada dan terjadi. Tidak dalam artian pasrah, karena itu berkonotasi tidak mau berusaha dan hanya diam berpangku tangan.
Tapi lebih ke menyadari bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa untuk kita rubah sehingga kita memang harus sabar menerimanya dan ada beberapa hal lainnya yang memang bisa untuk kita rubah sehingga kita harus kuat serta istiqomah untuk mampu merubahnya.
Memang perlu sebuah kebijaksanaan untuk mampu bagi kita melihat perbedaan antara kedua hal tersebut.
Teori ini seperti membuat para penganut atau yang mereka yang percaya terhadapnya, senantiasa selalu diajak untuk berpikir negatif kepada apapun yang terjadi. Selalu berpikir bahwa selalu ada udang di balik batu. Selalu ada makna yang tersirat dari apa yang tersurat. Membuat mereka paranoid.
Itu mungkin dalam bentuk ekstrim-nya.
Tapi coba-lah kita renungkan sejenak, kenapa kita tidak menjadi manusia yang hidup tenang dengan selalu berusaha berpikiran postif terhadap segala sesuatu yang ada dan terjadi. Tidak dalam artian pasrah, karena itu berkonotasi tidak mau berusaha dan hanya diam berpangku tangan.
Tapi lebih ke menyadari bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa untuk kita rubah sehingga kita memang harus sabar menerimanya dan ada beberapa hal lainnya yang memang bisa untuk kita rubah sehingga kita harus kuat serta istiqomah untuk mampu merubahnya.
Memang perlu sebuah kebijaksanaan untuk mampu bagi kita melihat perbedaan antara kedua hal tersebut.
Dan saya meyakini bahwa kebijaksanaan untuk dapat melihat kedua perbedaan kejadian tadi tidak akan muncul apabila kita terus senantiasa berpikir negatif terhadap apa yang ada dan terjadi di sekitar. Kita harus bisa adil, menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
Hidup itu tentang sebuah keseimbangan, tidak bisa kita selalu berpikir negatif dan tidak bisa juga melulu positif. Karena terkadang kita harus juga bersikap waspada agar tidak teraniaya tapi juga harus mampu untuk positif untuk bisa hidup bahagia.
Maka pintar melihat dan membaca situasi serta terus berusaha menghadirkan sikap bijaksana dalam hidup kita merupakan cara yang cerdas agar diri kita bisa hidup dalam keseimbangan.
Maka apabila kita lihat teori konspirasi, maka rasanya kita hanya akan menjadi seseorang yang terus berpikir bahwa ada sebuah skenario jahat nan kelam di balik semua yang terjadi.
Tapi saya pun tidak menjadi seseorang yang skeptis ataupun taklid. Saya selalu berusaha untuk menjadi seseorang yang berpikirang terbuka dan mau untuk terus belajar. Sepanjang argument yang dikemukakan itu kuat dan masuk ke dalam logika, serta hati yang saya yakini, maka saya akan mengikutinya.
Saya pun tak ingin menjadi orang gampang merubah pendirian, seseorang yang dengan mudahnya berkata “oh iya” atau “iya iya” semata. Saya akan terus telusuri argument yang ada. Intinya, terus belajar, belajar, dan belajar.
Bila kita lihat dua kutub yang dikemukakan dalam situs Wikipedia tadi, maka bila memang kita masuk dalam penganut atau penyuka teori konspirasi maka jauh lebih baik apabila kita berada di kutub yang pertama.
Karena kelompok itu hanya akan percaya apabila disodorkan dengan argument yang kuat serta data ilmiah yang relevan, tidak sekedar hanya menyambungkan berbagai cerita menjadi satu rangkaian yang utuh dan sistematis.
Lalu apa inti yang ingin saya sampaikan dengan membahas sebuah teori yang sebenarnya saya pun tidak terlalu menguasai?
Hidup itu tentang sebuah keseimbangan, tidak bisa kita selalu berpikir negatif dan tidak bisa juga melulu positif. Karena terkadang kita harus juga bersikap waspada agar tidak teraniaya tapi juga harus mampu untuk positif untuk bisa hidup bahagia.
Maka pintar melihat dan membaca situasi serta terus berusaha menghadirkan sikap bijaksana dalam hidup kita merupakan cara yang cerdas agar diri kita bisa hidup dalam keseimbangan.
Maka apabila kita lihat teori konspirasi, maka rasanya kita hanya akan menjadi seseorang yang terus berpikir bahwa ada sebuah skenario jahat nan kelam di balik semua yang terjadi.
Tapi saya pun tidak menjadi seseorang yang skeptis ataupun taklid. Saya selalu berusaha untuk menjadi seseorang yang berpikirang terbuka dan mau untuk terus belajar. Sepanjang argument yang dikemukakan itu kuat dan masuk ke dalam logika, serta hati yang saya yakini, maka saya akan mengikutinya.
Saya pun tak ingin menjadi orang gampang merubah pendirian, seseorang yang dengan mudahnya berkata “oh iya” atau “iya iya” semata. Saya akan terus telusuri argument yang ada. Intinya, terus belajar, belajar, dan belajar.
Bila kita lihat dua kutub yang dikemukakan dalam situs Wikipedia tadi, maka bila memang kita masuk dalam penganut atau penyuka teori konspirasi maka jauh lebih baik apabila kita berada di kutub yang pertama.
Karena kelompok itu hanya akan percaya apabila disodorkan dengan argument yang kuat serta data ilmiah yang relevan, tidak sekedar hanya menyambungkan berbagai cerita menjadi satu rangkaian yang utuh dan sistematis.
Lalu apa inti yang ingin saya sampaikan dengan membahas sebuah teori yang sebenarnya saya pun tidak terlalu menguasai?
Saya hanya ingin kita semua, menjadi seseorang yang selalu berpikiran positif. Terkadang sesuatu hal terjadi begitu saja karena memang telah menjadi suratan takdir baginya untuk terjadi walaupun banyak hal terjadi untuk sebuah alasan. Tapi mari kita bijak untuk bisa menempatkan diri.
Saya pun ingin kita semua tidak menjadi manusia yang mudah percaya dan mudah terpengaruh. Kita harus punya pegangan dan pandangan hidup serta prinsip yang kuat. Kita harus meyakini sebuah nilai kebenaran yang hakiki serta mutlak. Dan hal itu tidak bisa terjadi apabila kita tidak mendasarinya dengan sesuatu yang kuat pula.
Oleh karena itu, untuk permasalahan benar dan salah, kita harus menyandarkannya pada apa yang diatur oleh Allah Swt, Tuhan Yang Mahaesa. Apa yang ada dan tercantum dalam Al-Qur’an serta Hadits Shahih Rasul-Nya.
Ya, intinya adalah itu. Apabila telah seperti itu, maka kita akan mudah untuk menentukan dan memilih mana argument yang kuat serta memilih mana argument yang akan kita yakini.
#PMA all day, guys!
Saya pun ingin kita semua tidak menjadi manusia yang mudah percaya dan mudah terpengaruh. Kita harus punya pegangan dan pandangan hidup serta prinsip yang kuat. Kita harus meyakini sebuah nilai kebenaran yang hakiki serta mutlak. Dan hal itu tidak bisa terjadi apabila kita tidak mendasarinya dengan sesuatu yang kuat pula.
Oleh karena itu, untuk permasalahan benar dan salah, kita harus menyandarkannya pada apa yang diatur oleh Allah Swt, Tuhan Yang Mahaesa. Apa yang ada dan tercantum dalam Al-Qur’an serta Hadits Shahih Rasul-Nya.
Ya, intinya adalah itu. Apabila telah seperti itu, maka kita akan mudah untuk menentukan dan memilih mana argument yang kuat serta memilih mana argument yang akan kita yakini.
#PMA all day, guys!
Komentar
Posting Komentar