SABTU, 13 DESEMBER 2014
19.05 WIB
Setelah membaca buku dengan judul Neraka Guantanamo : Kisah Derita Seorang Muslim di Penjara Khusus Teroris AS. Saya semakin meyakini bahwa warga Amerika Serikat (AS), khususnya para elite politik di sana, mempunyai kecenderungan untuk merasa paranoid atau ketakutan berlebih pada sebuah kaum.
Sebelumnya saya juga telah membaca buku Malcom-X dan juga menonton sebuah film yang diangkat dari kisah nyata berjudul 12 Years a Slave. Pada buku dan film yang saya tonton itu, tergambar dengan jelas bahwa rakyat AS sangat takut dengan kaum kulit hitam, sehingga mereka “membenarkan” untuk melakukan diskriminasi bahkan penindasan secara nyata kepada kaum kulit hitam pada saat itu.
Tak pernah ada penjelasan logis ataupun sejarah yang yang dapat membenarkan tindakan AS atas perlakukan diskriminasi mereka terhadap kaum kulit hitam. Akan tetapi, hal itu mereka lakukan selain ketakutan berlebih mereka kepada kaum kulit hitam juga dikarenakan mereka merasa bahwa kaum kulit putih memiliki derajat lebih tinggi daripada kaum kulit hitam.
Kemudian ketika kini saya telah membaca sepenuhnya buku Neraka Guantanamo, saya kembali memiliki kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan AS kepada kaum Muslim didasari pada sebuah ketakutan berlebihan tak berdasar. Adapun isu terorisme merupakan sebuah kamuflase yang mereka sematkan pada kaum Muslim. Sehingga atas nama pemberantasan sekaligus pencegahan segala bentuk tindakan terorisme, mereka bisa dengan sangat mudah untuk menindas dan menyerang kaum Muslim.
Sebuah ketakutan yang kini dikemas dalam sebuah kemasan yang lebih rapih. Bila dulu penindasan mereka terhadap kaum kulit hitam dilakukan begitu saja sehingga akhirnya bisa runtuh dan kini kaum kulit putih dan kaum kulit hitam bisa hidup berdampingan. Kini ketakutan mereka terhadap kaum Muslim mereka kemas dengan isu terorisme sehingga meraka (AS) mendapat dukungan dari banyak pihak bahkan dari kaum Muslim itu sendiri untuk menindas kaum Muslim lainnya!
Buku Neraka Guantanamo merupakan terjemahan dari buku yang berjudul Enemy Combatan : A British Muslim’s Journey to Guantanamo and Back. Buku tersebut merupakan karya dari korban yang mampu selamat dari jeratan Penjara Guantanamo, yakni Moazzam Begg. Di dalam penulisan buku itu Moazzam Begg dibantu oleh Victoria Brittain.
Buku dengan tebal 389 halaman itu terdiri 14 bab. Buku ini saya katakan sebuah otobiografi pendek seorang Moazzam Begg. Otobiografi karena buku itu ditulis atau setidaknya langsung menggunakan sudut pandang Moazzam Begg sebagai subjek dan aktor utama di dalamnya, dan pendek karena hanya berkisah pada masa-masa kelam dia berada di penjara Guantanamo.
Walaupun di bab-bab awal terlebih dahulu diceritakan kisah hidup Moazzam Begg di kala muda, asal usul keluarga, apa yang dia lakukan untuk menghidupi keluarganya, dan bagaimana turun-naik imannya sebagai seorang Muslim yang tumbuh besar di negara Inggris.
Hal-hal itu menjadi sangat relevan untuk terlebih dahulu Moazzam Begg ceritakan karena akan membuat para pembaca paham bahwa pada kemudian AS menangkap dan menuduhkan bahwa Moazzam Begg adalah bagian dari sebuah jaringan terorisme adalah omong kosong dan tak mempunyai dasar apapun.
Moazzam Begg dengan gambling menceritakan bahwa sampai pada akhirnya dia dikeluarkan dan dinyatakan bebas, AS tak pernah mampu untuk menunjukan satu bukti pun bahwa Moazzam Begg merupakan seorang teroris atau setidaknya terlibat dalam salah satu jaringan teroris di dunia.
Sehingga kurang lebih 3 (tiga) tahun Moazzam Begg di tahan di penjara Guantanamo, dia harus mengalami ketakutan dan kebingungan karena tak pernah bisa mengetahui alasan dan memililki dasar yang kuat kenapa dia harus ditangkap oleh Militer AS.
Pada akhirnya Moazzam Begg masih beruntung karena bisa untuk menghirup udara bebas setalah mengalami serangkaian ketakutan dan ketidakjelasan akan kehidupan di dalam penjara Guantanmo. Dan pada akhirnya Moazzam Begg mampu untuk membuka mata dunia terhadap apa yang dilakukan AS kepada kaum Muslim.
Karena sesungguhnya teroris itu adalah AS. Mereka mengkampanyekan perang terhadap terorisme dengan cara yang jauh lebih buruk dari terorisme itu sendiri. Dan hal itu-lah yang menjadi terror baru bagi masyarakat dunia.
#PMA
19.05 WIB
Setelah membaca buku dengan judul Neraka Guantanamo : Kisah Derita Seorang Muslim di Penjara Khusus Teroris AS. Saya semakin meyakini bahwa warga Amerika Serikat (AS), khususnya para elite politik di sana, mempunyai kecenderungan untuk merasa paranoid atau ketakutan berlebih pada sebuah kaum.
Sebelumnya saya juga telah membaca buku Malcom-X dan juga menonton sebuah film yang diangkat dari kisah nyata berjudul 12 Years a Slave. Pada buku dan film yang saya tonton itu, tergambar dengan jelas bahwa rakyat AS sangat takut dengan kaum kulit hitam, sehingga mereka “membenarkan” untuk melakukan diskriminasi bahkan penindasan secara nyata kepada kaum kulit hitam pada saat itu.
Tak pernah ada penjelasan logis ataupun sejarah yang yang dapat membenarkan tindakan AS atas perlakukan diskriminasi mereka terhadap kaum kulit hitam. Akan tetapi, hal itu mereka lakukan selain ketakutan berlebih mereka kepada kaum kulit hitam juga dikarenakan mereka merasa bahwa kaum kulit putih memiliki derajat lebih tinggi daripada kaum kulit hitam.
Kemudian ketika kini saya telah membaca sepenuhnya buku Neraka Guantanamo, saya kembali memiliki kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan AS kepada kaum Muslim didasari pada sebuah ketakutan berlebihan tak berdasar. Adapun isu terorisme merupakan sebuah kamuflase yang mereka sematkan pada kaum Muslim. Sehingga atas nama pemberantasan sekaligus pencegahan segala bentuk tindakan terorisme, mereka bisa dengan sangat mudah untuk menindas dan menyerang kaum Muslim.
Sebuah ketakutan yang kini dikemas dalam sebuah kemasan yang lebih rapih. Bila dulu penindasan mereka terhadap kaum kulit hitam dilakukan begitu saja sehingga akhirnya bisa runtuh dan kini kaum kulit putih dan kaum kulit hitam bisa hidup berdampingan. Kini ketakutan mereka terhadap kaum Muslim mereka kemas dengan isu terorisme sehingga meraka (AS) mendapat dukungan dari banyak pihak bahkan dari kaum Muslim itu sendiri untuk menindas kaum Muslim lainnya!
Buku Neraka Guantanamo merupakan terjemahan dari buku yang berjudul Enemy Combatan : A British Muslim’s Journey to Guantanamo and Back. Buku tersebut merupakan karya dari korban yang mampu selamat dari jeratan Penjara Guantanamo, yakni Moazzam Begg. Di dalam penulisan buku itu Moazzam Begg dibantu oleh Victoria Brittain.
Buku dengan tebal 389 halaman itu terdiri 14 bab. Buku ini saya katakan sebuah otobiografi pendek seorang Moazzam Begg. Otobiografi karena buku itu ditulis atau setidaknya langsung menggunakan sudut pandang Moazzam Begg sebagai subjek dan aktor utama di dalamnya, dan pendek karena hanya berkisah pada masa-masa kelam dia berada di penjara Guantanamo.
Walaupun di bab-bab awal terlebih dahulu diceritakan kisah hidup Moazzam Begg di kala muda, asal usul keluarga, apa yang dia lakukan untuk menghidupi keluarganya, dan bagaimana turun-naik imannya sebagai seorang Muslim yang tumbuh besar di negara Inggris.
Hal-hal itu menjadi sangat relevan untuk terlebih dahulu Moazzam Begg ceritakan karena akan membuat para pembaca paham bahwa pada kemudian AS menangkap dan menuduhkan bahwa Moazzam Begg adalah bagian dari sebuah jaringan terorisme adalah omong kosong dan tak mempunyai dasar apapun.
Moazzam Begg dengan gambling menceritakan bahwa sampai pada akhirnya dia dikeluarkan dan dinyatakan bebas, AS tak pernah mampu untuk menunjukan satu bukti pun bahwa Moazzam Begg merupakan seorang teroris atau setidaknya terlibat dalam salah satu jaringan teroris di dunia.
Sehingga kurang lebih 3 (tiga) tahun Moazzam Begg di tahan di penjara Guantanamo, dia harus mengalami ketakutan dan kebingungan karena tak pernah bisa mengetahui alasan dan memililki dasar yang kuat kenapa dia harus ditangkap oleh Militer AS.
Pada akhirnya Moazzam Begg masih beruntung karena bisa untuk menghirup udara bebas setalah mengalami serangkaian ketakutan dan ketidakjelasan akan kehidupan di dalam penjara Guantanmo. Dan pada akhirnya Moazzam Begg mampu untuk membuka mata dunia terhadap apa yang dilakukan AS kepada kaum Muslim.
Karena sesungguhnya teroris itu adalah AS. Mereka mengkampanyekan perang terhadap terorisme dengan cara yang jauh lebih buruk dari terorisme itu sendiri. Dan hal itu-lah yang menjadi terror baru bagi masyarakat dunia.
#PMA
Emang parah amerika tu adima !! makanya saya memutuskan pindah kewarganegaraan menjadi warga negara indonesia !! trims !
BalasHapus