Langsung ke konten utama

Mohon Maaf.

KAMIS, 16 JULI 2015
15.55 WIB

Informasi terakhir yang saya dapatkan dari media online, berdasarkan pernyataan dari Kepala LAPAN, Lebaran tahun ini berpeluang jatuh pada hari Jumat, tanggal 17, bulan Juli, tahun 2015.

Akan tetapi pengumuman serta pernyataan sekaligus sikap resmi Pemerintah Indonesia, yang dalam hal ini, Kementerian Agama Republik Indonesia, baru akan dikeluarkan setelah terlebih dahulu dilaksanakan sidang itsbat.

Sidang Itsbat itu sendiri akan dilakukan pada pukul 17.00 WIB di Gedung Auditorium H.M. Rasjidi, Gedung Kementerian Agama, Jakarta.

Sidang tersebut direncanakan akan dihadiri oleh  150 orang perwakilan ormas Islam seluruh Indonesia. Adapun pengumuman resmi akan dilakukan setelah pelaksanaan Sholat Maghrib. Sehingga diharapkan sebelum pukul 19.00 WIB telah didapatkan kejelasan mengenai 1 Syawal 1436 H.

Akan tetapi bukan itu yang akan saya bahas dalam tulisan ini.

Kali ini saya akan mencoba untuk bercerita atau sekedar berbagi pengalaman untuk kemudian memberikan gambaran mengenai sikap saya berkenaan dengan fenomena ucapan selamat Idul Fitri disertai dengan permohonan maaf melalui media sosial.

Perkembangan teknologi tentu diharapkan bisa untuk memudahkan manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Akan tetapi kehadiran teknologi di kehidupan manusia walaupun mampu untuk membantu dan bahkan mempermudah sebuah pekerjaan, seharusnya tak lantas mengurangi dan menghilangkan esensi/susbtansi utama dari sebuah pekerjaan atau kebiasaan.

Dari sekian banyak teknologi yang ada, media sosial adalah yang paling banyak dipuji serta dicaci secara bersamaan. Media sosial lengkap dengan koneksitas tak terbatas yang ada sekarang jelas mampu untuk menghilangkan permasalahan jarak dan waktu dalam berkomunikasi.

Tapi di sisi lain, media sosial juga menyebabkan beberapa orang acuh terhadap orang-orang yang secara nyata ada di sekitarnya. Ketenaran dan kenalan di dunia maya dalam media sosial menjadi lebih penting (bagi sebagian orang) daripada harus berbicara dan bersosialisasi secara nyata dengan orang-orang yang di sekitarnya.

Tentu esensi komunikasi dalam kasus seperti yang saya sebutkan di atas telah hilang. Harusnya kehadiran teknologi itu mendekatkan kita yang terpisah jarak bukan justru menjauhkan kita yang secara jarak telah dekat. Tapi kenyataannya kini sebagian orang terlampau nyaman dengan dunia dalam media sosial.

Saya sungguh tak mengerti akan akibat jangka panjang apabila hal itu terus terjadi dan bahkan dilakukan oleh semua orang yang ada di dunia ini.

Koreksi jika saya salah, tapi sekali lagi, menurut saya, esensi dari komunikasi adalah bertatap muka, berbicara secara langsung, berinteraksi secara nyata. Ada emosi. 

Lalu apa hubungannya dengan ucapan selamat Idul Fitri dan permohonan maaf yang dilakukan melalui perantara media sosial?

Sebelum menjawab itu tentu harus diketahui terlebih dahulu esensi utama dari ucapan Selamat Idul Fitri dan permohonan maaf.

Ucapan Selamat Idul Fitri dan apalagi permohonan maaf tentu bersifat secara pribadi ke pribadi, terkecuali memang ucapan khusus dari sebuah korporasi dan tentu disampaikan secara umum ke khalayak luas. Mari kita fokus pada ucapan selamat idul fitri dan permohonaan maaf secara individu bukan korporasi.

Sehingga esensinya harus ditulis/diucapkan secara langsung dari satu orang ke orang lain, karena toh kesalahan kita ke A akan berbeda dengan kesalahan kita ke B, dan begitu seterusnya. Karena hakikatnya kita ingin meminta segala kesalahan kita dimaafkan oleh orang lain. 

Jadi, seharusnya pesan tersebut diketik secara khusus atau setidak-tidaknya tidak dilakukan dalam bentuk pesan berantai atau sekedar meng-copy paste

Karena apabila kita hanya sekedar mengirimkan pesan berantai atau sekedar meng-copy paste, akan sangat sulit untuk bisa dikatakan bahwa kita benar-benar berniat untuk meminta maaf. 

Maaf, saya tau bahwa niat adalah urusan langsung dengan Tuhan tapi coba-lah kita renungkan secara baik dan mendalam, ketika kita hanya mengirimkan pesan berantai atau meng-copy paste ucapan selamat idul fitri dan permohonan maaf ke semua kontak yang kita miliki, apakah kita benar-benar serius meminta maaf? Bahkan kita pun tak tau kepada siapa saja pesan itu terkirim. Kita hanya mengirimkannya ke "semua kontak" yang kita miliki.

Sekali lagi ini hanya cara pandang saya secara pribadi sehingga sangat layak anda tidak menyetujui.

Apapun itu, kepada semua yang menyempatkan untuk membaca tulisan ini, saya ucapkan Selamat Idul Fitri 1436 H, Taqabbalahu Minna Wa Minkum.

#PMA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang