Langsung ke konten utama

Pomade-review

SABTU, 4 JULI 2015
13.05 WIB


Saya masih akan berbicara mengenai pomade walaupun di tulisan sebelumnya saya telah panjang lebar berbicara tentang pomade.

Kali ini saya akan mencoba untuk menuliskan tentang pomade-review atau ulasan tentang sebuah pomade.

Pomade-review memang sesuatu yang tak akan bisa dilepaskan dari fenomena pomade yang kini tengah menanjak. Selayaknya produk lainnya, sebuah ulasan atau penilaian atau opini sangat diperlukan.

Diperlukan bagi konsumen untuk mencari referensi dan juga diperlukan untuk produsen sebagai salah satu upaya promosi. 

Oleh karena itu, dengan ekspansi media sosial yang masif, sangat menjamur pomade-review di sana-sini. 

Fenomena pomade, lalu pomade-review, akhirnya melahirkan pomade-reviewer

Pomade-reviewer adalah orang yang memberikan penilaian terhadap sebuah pomade.

Pomade-reviewer, seperti yang telah saya sebutkan diatas, dengan semakin banyaknya bentuk media sosial, membuat dewasa ini ada banyak pomade-reviewer. Sehingga banyak pilihan bagi kita, selaku konsumen, untuk bisa mencari referensi sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli sebuah pomade.

Akan tetapi kuantitas pomade-reviewer tidak berbanding lurus dengan kualitas pomade-review yang ada. 

Saya memang tak sempat untuk membaca setiap ulasan dari masing-masing pomade-reviewer, akan tetapi dari beberapa pomade-reviewer yang telah saya baca, saya bisa menyebutkan bahwa tidak semua dari mereka mengerti atau paham dengan apa yang sedang mereka lakukan.

Atau bahkan sebagian pomade-reviewer hanya berada di satu sisi, yakni sebagai salah satu upaya promosi. Mereka memberikan ulasan tidak berada dalam posisi netral, tapi mereka berada dalam posisi untuk "mempromosikan" pomade tersebut, yang kemudian dibungkus dalam sebuah tulisan pomade-review.

Atau ada juga pomade-reviewer yang "terpaksa" harus memberikan penilaian positif karena mereka mendapatkan pomade tersebut secara gratis. Walaupun mereka tidak secara khusus diminta untuk mempromosikan akan tetapi mereka akan merasa tidak nyaman apabila mereka harus berkata "sejujurnya" ketika mereka mendapatkan pomade-nya secara gratis.

Tiga kemungkinan itu sangat mungkin untuk kita dapati dari setiap ulasan yang kita temui. Sehingga kita tidak boleh langsung mempercayai satu ulasan begitu saja, terus mencari perbandingan adalah cara yang paling aman bagi kita untuk akhirnya bisa untuk menyimpulkan.

Akan tetapi bagi saya pribadi, penilaian pomade sebagai sebuah minyak rambut tidak akan pernah cukup hanya dengan sekedar membaca atau menonton sebuah video pomade-review

Pada akhirnya kualitas sebuah pomade akan sangat tergantung dengan jenis rambut dan selera yang kita miliki.

Ada kalanya sebuah pomade yang di mayoritas pomade-reviewer mendapat penilaian yang baik, akan menjadi sebuah produk yang tidak cocok kita gunakan, atau bahkan sebaliknya.

Karena cara terbaik untuk mengetahui apakah pomade itu bagus atau tidak, cocok atau tidak, adalah dengan langsung mencoba produk yang ada. 

Oleh karena itu, sebuah pomade-review tak boleh lebih kita jadikan hanya sebagai sebuah referensi. Tak lebih dan tak kurang.

Beberapa pomade-reviewer yang saya ketahui adalah The Pomp, The Pomade Rev, A Street Car Named Bacon, Camerona145, Ini Billy, Indo Greaser, Fuckjri, Tommy Gimbal, dan masih banyak lagi.

Dari beberapa pomade-reviewer yang saya sebutkan di atas, saya memberikan apresiasi lebih kepada The Pomp.

James Bui a.k.a. The Pomp, menurut pendapat saya, merupakan pomade-reviewer profesional. Saya katakan profesional karena dia mampu memberikan ulasan sebuah pomade baik dalam bentuk video ataupun tulisan, secara baik.

Dia mengulas sebuah pomade secara komprehensif. Setiap aspek mampu dia jabarkan secara lugas melalui bahasa yang saya rasa cukup berat.

Saya bahkan tak menyangka, sebuah produk minyak rambut, mampu untuk dia ulas sebegitu dalam dengan begitu banyak aspek yang menyertainya.

Setidaknya hal itu mengindikasikan bahwa dia tidak sekedar memberikan sebuah ulasan. Tapi dia begitu mendalaminya.

Anda bisa melihat blog/website yang dia kelola. Tampilan dan isi yang dia berikan sungguh tak bisa kita katakan "biasa". Pun dengan video yang dia upload di youtube. Video-video yang sungguh rapih dan nyaman untuk kita tonton.

Karena kebanyakan pomade-reviewer sepertinya hanya menggunakan kamera handphone dan proses editing seadanya. Akan tetapi The Pomp menampilkan semuanya dengan sangat baik atau mungkin saya katakan, sempurna!

The Pomp juga menjadi bukti lain bahwa di Amerika sana atau bahkan negara-negara maju lainnya, sebuah hal/kegiatan yang sebenarnya sangat sederhana menjadi sesuatu yang bisa untuk memberikan penghasilan.

Perasaan menghargai dan apresiasi masyarakat di sana sangat besar sehingga setiap orang berusaha untuk serius mendalami apa yang menjadi hobi baginya.

Sehingga tidak jarang, orang-orang yang berada di negara maju sangat enggan untuk bersikap mengikuti arus. Mereka selalu ingin "keluar" dari arus dan serius dengan hal itu. 

Berbeda halnya di negara kita, Indonesia, sebagai sebuah negara berkembang, mayoritas masyarakat kita masih belum memberikan apresiasi tinggi bagi sebuah hobi.

Oleh karenanya wajar apabila kemudian masyarakat kita cenderung nyaman mengikuti arus yang ada.

Mari kembali ke pembahasan awal. Berbeda dengan pomade-reviewer lainnya yang muncul setelah pomade mulai mendapatkan tempat di hati orang banyak. The Pomp memulai pomade-review jauh sebelum pomade menjamur seperti sekarang ini.

The Pomp tercatat pertama kali meng-upload video di situs youtube dengan judul How to Style a Pompadour with Thin & Straight Hair pada 4 Juni 2013.

Adapun fenomena pomade mulai menanjak pada awal tahun 2014 sampai sekarang ini.

Well, saya meminta maaf apabila beberapa data tidak tersajikan sesuai fakta yang ada. Setidaknya apa yang saya tulis ini berdasarkan pengetahuan yang saya miliki sampai dengan saat ini.

Oh iya, sebenarnya saya pun tertarik untuk juga memberikan review terhadap sebuah pomade akan tetapi bila kemudian sekarang saya memilih untuk melakukannya, saya khawatir saya hanya menjadi seseorang yang mengikuti trend semata. Dan saya pun merasa belum cukup "ilmu" untuk me-review sebuah pomade.

Saya mungkin akan me-review sebuah pomade dalam beberapa tahun kedepan setelah pomade tak lagi terkenal seperti sekarang ini.

#PMA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang