Langsung ke konten utama

Orang Tua, kunci surga.

SENIN, 4 SYABAN 1438 H / 1 MEI 2017
12.55 WIB

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga”. (Hadits Riwayat Muslim 2551, Ahmad 2:254, 346)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, “Aamiin, aamiin, aamiin”.
Para sahabat bertanya, “Kenapa engkau berkata ‘Aamiin, aamiin, aamiin, Ya Rasulullah?' ”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata : ‘Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah aamiin!’ maka kukatakan, ‘Aamiin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah aamiin!’, maka aku berkata : ‘Aamiin’.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi. ‘Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah aamiin!’ maka kukatakan, ‘Aamiin”. ( Hadits Riwayat Bazzar dalama Majma’uz Zawaid 10/1675-166, Hakim 4/153 dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka’ab bin Ujrah, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 [Shahih Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah] )

Alhamdulillah, dewasa ini syiar agama sangat mudah kita dapatkan. Ilmu agama tidak lagi dianggap sebelah mata, bahkan lebih dari itu, ilmu agama sekarang ini telah menjadi sebuah gaya hidup. Menunjukan identitas Muslim tak lagi menjadi tabu. Memang, ada plus-minus dalam pesatnya perkembangan ilmu agama di Indonesia saat ini. Tapi mari ber-khusnudzan, insyaallah ta'ala ini adalah tanda bangkitnya Muslim yang ada di Indonesia. Aamiin!

Saya pribadi merasakan langsung nikmatnya segala kemudahan dalam mengakses ilmu agama dan atas izin Allah ta'ala, hidayah itu bisa menghampiri saya. Salah satu nikmat itu adalah berkenaan dengan kewajiban untuk berbakti pada orang tua. Satu hal yang sebenarnya bukan hal baru, terutama bagi adat ketimuran khas Indonesia yang sangat menjunjung tinggi sopan santun, terkhusus pada orang tua. Akan tetapi, bila tanpa ilmu agama, mustahil bagi saya untuk bisa mengetahui serta menyadari bahwa ternyata kedudukan berbakti bagi orang tua dalam perspektif agama Islam memiliki tingkatan yang sangat tinggi.

Tak tanggung-tanggung, Islam menempatkan kewajiban seorang anak untuk berbakti pada orang tua pada urutan kedua setelah perintah untuk mentauhidkan Allah ta'ala. Itu artinya berbuat dosa atau durhaka pada orang tua sama besarnya dengan berbuat syirik kepada Allah ta'ala. Dengan fakta seperti itu, rasa-rasanya hanya orang bodoh yang kemudian tidak mengindahkan orang tuanya atau bersikap acuh bahkan menyakitinya, baik secara langsung maupun tidak.

Mari kita bermain analogi, sebuah analogi yang saya dapatkan dari Ustadz Nuzul Dzikri hafizahullahuta'ala.
Katakanlah ada seorang pria yang di mata masyarakat luas termasuk orang yang lemah dan dianggap remeh. Qodarullah, pada suatu waktu dia berjalan beriringan dengan seorang Panglima TNI. Maka apakah orang-orang yang biasa mengganggunya, karena kelemahan dan anggapan remeh masyarakat, pada saat dia berjalan bersama Panglima TNI, akan tetap berani untuk mengganggunya? Jawaban rasional untuk kasus tersebut sangatlah jelas, tak akan ada yang berani mengganggu orang tersebut, setidak-tidaknya selama dia berjalan bersama Panglima TNI.

Maka ketika perintah mentaati dan berbakti pada orang tua, disejajarkan dengan perintah mentauhidkan Allah Jalla wa Alaa, maka hanya mereka yang sangat sangat bodoh, yang berani untuk melanggar perintah itu.

Tak heran bila Rasul shallallahu alaihi wa sallam sangat tegas menyatakan bahwa termasuk orang yang celaka bila diantara kita tak bisa masuk surga, padahal kedua orang tua atau salah satu diantaranya masih hidup bersama kita saat ini.

Subhanallah, kunci surga yang teramat dekat ada di depan kita, tapi betapa kita masih sering melupakan itu! Kita selalu berusaha mendapatkan surga dengan banyak jalan, tapi satu jalan yang sangat jelas tak kita manfaatkan.

Maka saya tak mau menjadi celaka, saya pun tak mau mendapat laknat. Alhamdulillah, kedua orang tua saya masih Allah ta'ala berikan kesempatan untuk hidup di dunia ini. Oleh karena itu, saya pun selalu menyempatkan diri menemui mereka di setiap libur akhir pekan. Tak lagu hanya 1 (satu) atau 2 (dua) kali di setiap bulannya.

Saya akui, tak banyak yang bisa saya lakukan. Tapi setidak-tidaknya untuk hadir secara langsung, mengobrol dan menghabiskan waktu di akhir pekan bersama mereka, saya harap bisa membuat mereka (orang tua saya) tau dan mengerti bahwa anaknya ini selalu berusaha untuk berbakti pada mereka.

Saya harus memanfaatkan ini semua, karena banyak diantara kita yang harus terpisah jauh dari kedua orang tuanya hingga tak mampu untuk pulang setiap pekan atau mereka yang saat ini telah menikah sehingga harus terbagi perhatiannya kepada istri dan anaknya. Maka saya yang tak berjarak jauh dengan orang tua dan masih belum menikah harus mampu memaksimalkan kesempatan ini semaksimal mungkin. Dan pada akhirnya semoga saya dan kita semua tidak termasuk orang yang celaka seperti apa yang rasul shallallahu alaihi wa sallam katakan dalam haditsnya.

Wallahu'allam.
#PMA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang