Artikel ini mulai ditulis pada hari Rabu tanggal 22 Zulkaidah 1443 H yang bertepatan dengan tanggal 22 Juni 2022 Masehi, pukul 11.10 WIB.
Bissmillah
walhamdulillah wa shallatu was sallam ala rasulillah.
5)
Jujur
Karakter
yang satu ini sebenarnya adalah karakter yang harus dimiliki oleh setiap orang,
baik dia seorang pemimpin ataupun seorang bawahan. Bahkan kejujuran sudah
seharusnya ditanamkan dalam pribadi setiap manusia. Jujur adalah modal dasar
bagi kita untuk menjalani hubungan baik dengan sesama.
Kemudian
sifat jujur semakin ditekankan bagi seorang pemimpin, karena seorang pemimpin mempunyai
tanggungjawab untuk menjadi teladan bagi bawahannya. Sehingga seorang pemimpin
yang mampu dikenal karena kejujurannya akan mudah memberi pengaruh pada
bawahannya. Karena dengan sikap jujurnya maka bawahan akan merasa “segan”
dengan pemimpin tersebut.
Pada
konteks artikel ini, makna jujur akan kami bawakan dalam ruang lingkup yang
jauh lebih sederhana. Idealnya seorang pemimpin harus berani dan memiliki visi yang
jelas serta terukur. Sikap berani dan bervisi itu mampu dia tuangkan dan
jelaskan pada bawahannya melalui lisan yang baik serta memotivasi.
Dengan
pemahaman seperti di atas, maka seorang pemimpin seharusnya berani untuk
menegur dan/atau memberi arahan tanpa harus membawa nama orang lain atau nama
pimpinan yang ada di atasnya. Ketika dia melihat bahawannya melakukan kesalahan
atau bekerja tidak sesuai yang dia inginkan/perintahkan, maka dia cukup tegur
secara langsung atas nama dirinya sendiri.
Contoh
kasus, seorang pemimpin eselon III menegur stafnya tapi dalam kalimat teguran
itu, pemimpin eselon III mengatakan bahwa dia melakukan tindakan itu (menegur
bahawan) karena atas dasar perintah dari eselon II. Berdasarkan hal tersebut,
maka seolah-olah yang marah adalah pemimpin eselon II.
Dari
contoh kasus di atas, maka dapat ditarik beberapa kemungkinan:
Pertama, kita asumsikan bahwa
yang marah adalah pemimpin eselon II bukan dia selaku pemimpin eselon III, maka
idealnya dia pun tetap harus menjaga marwah pemimpin eselon II, sehingga ketika
pemimpin eselon II menegurnya akibat kesalahan staf di bawahnya. Dia (pemimpin
eselon III) tidak perlu lagi membawa-bawa nama pemimpin eselon II. Cukup dia
langsung tegur bawahannya sesuai dengan kesalahannya, tidak perlu panjang lebar
menjelaskan asal muasal teguran tersebut.
Kedua, ternyata eselon II
tidak pernah memberikan teguran, artinya pemimpin eselon III itu hanya
mengarang (berbohong), maka pemimpin eselon III itu tidak percaya diri. Dia
tidak merasa mampu untuk mengarahkan bawahannya sehingga dia merasa perlu untuk
membawa nama pimpinan lain yang lebih tinggi sehingga diharapkan bahawannya
akan takut kemudian berubah.
Ketiga, pemimpin eselon III
itu ingin mencitrakan dirinya adalah seorang yang baik. Seorang pemimpin yang tidak
marah kepada bawahannya. Dan hal itu rasa-rasanya tidak mungkin untuk terjadi.
Setenang dan sepemaaf apapun seorang pemimpin, dia tetap harus mampu bersikap
tegas. Bukti dari sifat tegas adalah mau untuk menegur Ketika terjadi
kesalahan. Justru Ketika dia mendiamkan apapun yang terjadi dalam
organisasinya, maka itu bukti nyata bahwa dia belum layak menjadi seorang
pemimpin.
Maka
apapun kemungkinan yang sebenarnya terjadi, seorang pemimpin tidak pantas
berada di bawah ketiak orang lain. Seorang pemimpin harus bisa percaya diri dan
mempunyai keberanian untuk bersikap tegas. Dia harus bisa meraih rasa hormat
dan segan dari bawahannya dengan kejujuran dan ketegasan. Sehingga diharapkan
dia akan lebih mudah memimpin bawahan.
Allahu’allam.
Selesai ditulis pada hari Selasa tanggal 22 Zulkaidah 1443 H yang bertepatan dengan tanggal 22 Juni 2022 Masehi di meja kerja kantor, pukul 14.31 WIB.
Komentar
Posting Komentar