Selasa, 3 Desember 2024
10.40 WIB
Bissmillah walhamdulillah wa shallatu wa sallam ala rasulillah.
Maksiat yang membuat hidup terpuruk
https://www.youtube.com/watch?v=XhoE5nFlvSQ
Dewasa ini, walhamdulillah, diantara kebaikan dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi, yaitu mudahnya tersebar berita kebaikan. Dengan izin Allah ta'ala, selanjutnya dengan sebab banyaknya berita kebaikan itu, maka semakin banyak orang yang akhirnya tersentuh hatinya.
Mereka yang sudah merasa lelah mengejar dunia dan kemudian sekarang memutuskan untuk sepenuhnya kembali menjadi hamba Allah ta'ala.
Hal itu menjadi sebuah fenomena yang kini lazim kita temui, karena kini orang-orang yang berusaha untuk memperbaiki agamanya tidak lagi merasa sendiri. Dengan sebab hadirnya media sosial, mereka mulai berani untuk berubah ke arah lebih baik karena terwadahi oleh banyaknya komunitas yang bisa menjadi teman untuk berbagi.
Perubahan dari yang semula jauh dari nilai agama ke arah yang lebih baik, dalam arti, mencoba untuk semakin dekat dengan aturan agama, menimbulkan konsekuensi bahwa mereka terlanjur terjerumus ke dalam beberapa dosa, baik dosa kecil maupun besar.
Fakta di atas kemudian menimbulkan diskusi, ada yang merasa "beruntung" sudah terjeremus ke dalam dosa karena dengan itu mereka sudah "berpengalaman" dalam dosa, sehingga sudah mengetahui efek buruknya dan merasa tidak akan lagi "terkalahkan" oleh rasa penasaran.
Berdasarkan argument tersebut, kemudian muncul istilah bahwa "lebih baik" habiskan dulu "nakalmu" sebelum akhirnya "terlambat nakal" dan justru kembali terjatuh dalam kubangan dosa setelah mencoba berubah menjadi pribadi yang agamis.
Lebih baik menjadi mantan preman daripada menjadi mantan Ustaz.
Apakah benar seperti itu?
Walhamdulillah, diskusi di atas kemudian bisa terjawab oleh salah satu kajian yang disampaikan oleh Ustaz Firanda (sebagaimana link yang telah kami cantumkan pada awal tulisan). Pada menit ke 47:16, Ustaz Firanda menjelaskan bahwa salah satu dampak buruk dilakukannya maksiat adalah akan tersimpannya "file" atau kenangan akan maksiat tersebut.
Pengaruhnya apa?
Hal tersebut akan sangat rawan untuk kembali menyeruak ke permukaan pikiran. Akibat dari adanya kenangan dosa yang telah kita perbuat, maka iblis akan lebih mudah untuk menjerumuskan kita pada dosa yang sama di masa yang akan datang. Terlebih ketika kita masih ada dalam "dunia" yang sama.
Selanjutnya, Ustaz Firanda menekankan bahwa ketika kita diberikan taufik dan hidayah oleh Allah untuk tidak melakukan perbuatan dosa, maka kita harus mempertahankan itu. Karena kita tidak akan mempunyai kenangan apapun dari maksiat. Maka iblis akan "lebih sulit" untuk menggoda kita berbuat dosa, karena kita tidak dan belum mempunyai perasaan apapun terhadap perbuatan dosa itu.
Pada akhirnya, kita semua tidak tau kapan kita akan mati. Maka dalam situasi seperti ini, idealnya kita harus berbuat maksimal dalam ketaatan serta tidak pernah lelah untuk terus bertaubat.
Allahu'allam
Selesai ditulis pada hari Rabu, 4 Desember 2024 pada pukul 07.54 WIB.
Komentar
Posting Komentar