Langsung ke konten utama

Tuan Raja

Gaya selayaknya seorang bos, seorang pemimpin tinggi kelas atas, duduk dengan emas menjadi alas, merasa bahwa dunia ia-lah yang punya dan ia jua-lah yang memberi batas.


Bertindak semaunya sendiri, membuat aturan mandiri, dan melanggar aturan yang telah gagah berdiri, sehingga menjadi lemah itu aturan ia pecundangi, karena saking hebatnya ego yang ia miliki atau mungkin karena memang dia itu anak hebat pemilik ini bumi.

Ia selalu ingin dilayani, ingin terus disuapi, disuguhi setiap hari, padahal bukan-lah anak mami, bukan juga anak yang terlahir tunggal sendiri, dan bahkan dengan penuh percaya diri dia mengklaim sebagai anak yang mandiri, mampu untuk hidup sendiri tanpa ada bantuan dari orang tua dan sanak family, tapi sikapnya sungguh tidak sedikit pun bisa untuk menghargai tapi ironinya ingin selalu untuk dihormati dan menang sendiri, menyuruh bila sedang dilanda sesuatu hal yang dia ingin penuhi dengan mimik muka anak bayi, polos tanpa dosa sangat suci.

Ketika ditolak ataupun diberi tau dan dinasihati, justru melawan balik melakukan serangan dengan kata-kata khas anak manja yang ingin selalu dituruti segala apa yang ia ingini, melakukan berbagai macam pembelaan dengan argumentasi di atas nama persahabatan sejati dan tolong menolong antar sesama makhluk bumi.

Oh, Tuhan, sungguh aku sangat muak, ingin untuk teriak dengan sejuta kata-kata menolak, tapi tak bisa karena mereka teman-teman ku semua, ku coba untuk terus mengingatkan, tapi tetap saja mereka menjadi bebal, ukuran teman sejati yang berikan adalah untuk selalu menolong dalam segala keadaan.

Terkadang saya heran bertanya-tanya sendiri, bisa-bisanya mereka hidup tenang seperti itu melanggar setiap aturan bumi dan bahkan aturan yag ada dalam agama yang mereka yakini.

Ketika ku datang megoreksi sekedar untuk saling mengingati, mereka justru malah marah membenci dan berujar penuh caci bahwa aku ini sok suci ataupun hanya tersenyum pasi dan menggerutu dalam hati karena tak enak sebagai seorang teman yang katanya sejati. Mereka bilang toh tidak sedang diawasi, toh libur ini hari, dan mumpung masih muda berenergi, mencari pengalaman untuk cerita saat tua nanti.

Ya, hidup anda maka hak anda untuk mengaturnya mau seperti apa, tapi tolong hargai dan hormati juga orang-orang yang ada di sekitar anda, hormati dan hargai aturan yang mengikat anda, jangan selalu ingin dihargai dan dihormati sendiri saja.

Padahal kita ini sedang menempuh sebuah pendidikan untuk menjadikan seorang pegawai negeri, dibiayai penuh oleh negeri, kita hanya tinggal membayar uang tingkah laku kita sendiri.

Seorang pegawai itu berarti harus melayani, tidak untuk dilayani apalagi memperkaya diri sendiri, tapi mereka belum mengerti, menganggap sikap yang baik itu bisa tumbuh sendiri secara cepat tanpa perlu dibiasakan dan dilatih sehari-hari.

Sungguh sebuah pemahaman yang sangat keliru, karena sikap itu perlu untuk kita biasakan agara nantinya bisa untuk terlembaga dengan baik dan terjaga walau penuh goncangan datang menghampiri.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang