Langsung ke konten utama

Katanya demi keadilan politik

"Saudara Roy Suryo saat ini adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari Dapil Yogyakarta, dan yang bersangkutan saya pandang cakap untuk mengemban tugas sebagai Menpora. Saya juga sudah mempertimbangkan integritas dan kapasitas yang bersangkutan untuk menjadi Menpora," 
Presiden SBY 

"Saya sampaikan ke presiden ke wapres, saya bukan kompentensi paling tepat untuk kompetensi ini," 
Roy Suryo  

Kurang lebih sekitar 30 menit yang lalu, Presiden SBY secara resmi telah mengumumkan Pejabat definitif Menteri Pemuda dan Olahraga, Wakil Menteri ESDM, dan Kepala Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Akan tetapi satu nama yang sangat menarik dan mungkin juga sedikit banyaknya menimbulkan beragam tanya dibalut sejuta keraguan tentang Pejabat definitif Menteri Pemuda dan Olahraga pilihan Presiden SBY. 
Ya, "tiba-tiba" saja, Presiden SBY menunjuk seorang pakar telematika menjadi seorang Menteri Pemuda dan Olahraga, yaitu Drs. Roy Suryo Notodiprojo, M.Sc.,

Saya sungguh tidak bermaksud meragukan kemampuan seorang Presiden SBY dalam memilih para pembantunya sesuai dengan bidang tugas yang telah beliau tetapkan dan saya juga tidak bermaksud untuk menghina kapasitas Roy Suryo sebagai seorang pejabat politik, tapi saya sungguh ragu dengan kemampuan seorang Roy Suryo untuk mampu memimpin sebuah instansi pemerintahan, sebuah kementerian yang membawahi tugas kepemudaan dan olahraga. Karena masalah pemuda dan olahraga jelas bukan merupakan sebuah tugas yang bisa kita anggap remeh, bisa dengan begitu saja kita pandang sebelah mata sehingga bisa siapa saja menduduki posisi itu. 
Tidak, sungguh pemuda dan olahraga itu merupakan sebuah permasalahan yang kompleks dan dibutuhkan seseorang yang benar-benar mempunyai latar belakang pendidikan, keterampilan juga pengalaman dalam kaitannya dengan urusan kepemudaan dan olahraga. 

Lalu apabila sekarang kemudian Presiden SBY memilih Roy Suryo sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, maka saya pikir sangat wajar kita untuk mempertanyakannya dan mengkritisinya. Saya pribadi, belum mendengar dan belum mempunyai referensi berita yang menyebutkan bahwa seorang Roy Suryo pernah aktif dalam urusan olahraga atau pemuda pada umumnya. 
Roy Suryo sangat terkenal di mata masyarakat, saya khususnya, sebagai seseorang yang sering dimintai keterangan dan analisisnya berkenaan dengan permasalahan teknologi. Setelah kini Kementerian Pemuda dan Olahraga itu sedang diguncang oleh kasus Hambalang, lalu kisruh dualisme PSSI juga persiapan dalam menghadapi SEA GAMES, maka wajar apabila kemudian masyarakat pun berharap bahwa orang pilihan Presiden SBY untuk menjabat sebagai seorang Menteri Pemuda dan Olahraga adalah orang-orang yang memang memiliki kualifikasi untuk mengurusi bidang pemuda dan olahraga pada khususnya. 

Karena bagaimana mungkin seseorang bekerja dengan maksimal dan memberikan pelayanan yang optimal, bila seseorang tersebut bekerja di suatu tempat dengan ilmu yang tidak dia kenal? ( Analisis Masalah Kontemporer

Tapi apabila kemudian alasan politik yang menjadi alasan, itu sungguh di luar kuasa disiplin ilmu, sangat jauh di luar asas The Right Man on The Right Place. Ada satu artikel yang menarik yang mengulas mengenai kemungkinan besar alasan politik yang menjadi pertimbangan kenapa Presiden SBY memilih seorang Roy Suryo menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga, artikel tersebut menyebutkan bahwa sejumlah sumber di internal Partai Demokrat ( PD ) mengatakan Roy Suryo mewakili loyalis Andi Mallarangeng di tubuh PD. Diangkatnya Roy diyakini bisa menjaga harmoni antar kekuatan di PD. Lantaran baik Anas maupun Marzuki Alie juga mengusulkan jagonya sebagai pengganti Menpora.
Mengangkat Roy menjadi Menpora juga meningkatkan perhatian masyarakat Yogyakarta terhadap PD. Lantaran adik Sultan HB X, GBPH Prabukusumo, telah mundur dari PD, setelah adanya ketegangan dengan pemerintah seputar UU Keistimewaan Yogyakarta. Masuknya Roy diyakini memperbaiki pandangan masyarakat Yogya terhadap PD sebagai partai pemerintah, apalagi UUK DIY juga telah disahkan. 

Dalam artikel itu juga disebutkan pendapat salah satu pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indo Barometer, M Qodari, yang melihat pemilihan Roy Suryo sebagai Menpora memang didasari semangat membangun harmoni di internal PD. Kalau saja Menpora yang ditunjuk Presiden SBY selain dari kubu Andi Mallarangeng, maka diprediksi bisa muncul konflik internal yang menguras energi di tengah kesiapan PD menghadapi Pemilu 2014. Secara umur pun Roy Suryo masih berusia 44 tahun, masih cukup muda dan memiliki potensi. http://news.detik.com/read/2013/01/11/133927/2139603/10/menebak-alasan-sby-menunjuk-roy-suryo-jadi-menpora?991104topnews 

Sehingga ketika kemudian alasan politik yang menjadi pertimbangan maka jelas hal itu sungguh sangat bisa untuk dimengerti tapi pertanyaan saya kemudian, apakah sebegitu besar kepentingan politik sehingga harus mengeyampingkan kompetensi? bukankah di saat seseorang itu telah resmi menjadi seorang pejabat negara maka di saat itu juga orang itu harus mampu melepas segala keterikatannya terhadap kendaraan politik yang mengantarkannya? 
Ya, politik itu memang sebuah keniscayaan, ya, posisi menteri itu memang sebuah jabatan politik, dan ya Pemerintahan Presiden SBY pun tidak berdiri sendiri melainkan hasil sebuah koalisi besar sehingga dalam pemilihan posisi Menteri pun Presiden SBY acapkali menggunakan bahasa "demi keadilan politik" tapi sekali lagi saya bertanya, ketika "demi keadilan politik" itu ternyata juga harus mengorbankan kepentingan umum, harus menafikan kompetensi seseorang dengan jabatan yang akan diembannya, maka adilkah itu? wajarkah itu? 

Saya tidak skeptis, tidak juga pesimistis, saya tetap percaya dengan Pemerintahan Presiden SBY dan saya pun tidak termasuk orang yang suka melawan Pemerintah. Saya hanya mencoba untuk bertanya kenapa sembari mencoba memahami dan tidak pernah putus untuk percaya bahwa pada akhirnya kerja keras, kerja ihlas, kerja cerdas dan kerja tuntas akan mampu mengubah segalanya. 

PMA Always! :)

Komentar

  1. sejak dulu politik tidak pernah bikin keadilan,, yang ada bikin sengsara rakyat..

    BalasHapus
  2. salah tempat ini si roy suryo.

    BalasHapus
  3. @DeCyber Inc. : betul, tapi mau tidak mau kita harus selalu bersentuhan dengan politik.

    @Yusron Krista : betul pak, harusnya dia itu masuknya di menkominfo.

    BalasHapus
  4. oh ........ SBY emang gak sembarang milih orang ya. Terlebih lagi berdasarkan sisi politis

    BalasHapus
  5. @ini rizalarable : hehehe betul pak!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang