Langsung ke konten utama

Bukan Permainan



Permendagri No. 36 tahun 2009 tentang Statuta
IPDN BAB XIX 
ORGANISASI PRAJA DAN DEWAN KEHORMATAN PRAJA /MAHASISWA 
Pasal 65 
(1) Di IPDN dibentuk Organisasi Praja sebagai wadah pengembangan minat, bakat, dan kepemimpinan Praja. 
(2) Ketentuan mengenai organisasi dan tata kerja organisasi praja diatur dengan peraturan Rektor. 
Pasal 66 
(1) Di IPDN dapat dibentuk Dewan Kehormatan Praja/Mahasiswa sebagai satuan organisasi independen yang bertugas memberikan pertimbangan kepada Rektor atas pelanggaran tata kehidupan praja. 
(2) Ketentuan mengenai organisasi dan tata kerja Dewan Kehormatan Praja dan Mahasiswa diatur dengan Peraturan Rektor. 

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI Nomor : 46 TAHUN 2009 Tanggal : 29 September 2009 Tentang : KEGIATAN PENGASUHAN PRAJA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI 
4.Organisasi Keprajaan dan Dewan Kehormatan Praja 
a.Organisasi Keprajaan 
1) organisasi Keprajaan, adalah organisasi senat kemahasiswaan perguruan tinggi kedinasan bagi praja, yang diselenggarakan dari, oleh, dan untuk praja di lingkungan institut pemerintahan dalam negeri dan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kegiatan kemahasiswaan dalam meningkatkan kreativitas, minat, bakat, seni dan kemampuan olah organisasi; 
2) organisasi Keprajaan praja bertujuan 
a) Memberikan gambaran dan kesempatan praktek berorganisasi guna mengembangkan kepemimpinan, kepelayanan dan kenegaraan; 
b) sebagai wadah dan penyalur aspirasi, potensi serta kegiatan praja yang bermanfaat dan mendukung tercapainya tujuan pendidikan; dan 
c) untuk memberi kesempatan menjalin hubungan sosial dengan lembaga pendidikan atau instansi lain di luar ipdn, baik di dalam maupun di luar negeri setelah memperoleh ijin tertulis dari rektor ipdn. 
3) struktur Organisasi Korps Praja dan tata kerja ditetapkan dengan peraturan Rektor.  

Saya setuju dengan sebuah statement yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional seseorang akan terbentuk dengan sangat baik juga matang seiring dengan kemampuan orang tersebut bersosialisasi dengan orang lain dalam sebuah komunitas atau organisasi. Tapi walaupun memang sudah lama saya setuju dengan argument seperti itu pada kenyataannya saya baru terlibat aktif, benar-benar berpartisipasi dalam sebuah organisasi ketika saya telah menjadi seorang mahasiswa ( praja ). Ketika saya masih duduk di bangku SMP dan juga SMA saya benar-benar tidak melihat suatu hal yang menarik dalam organisasi yang ada pada waktu itu walaupun secara nyata saya telah setuju dengan argument yang saya kemukakan di awal tadi. 
Ironi, bukan? 
Tapi semua hal baik tentang berpartisipasinya kita dalam sebuah organisasi tak mampu untuk saya rasakan secara penuh sekarang ini. Dalam bayangan saya ketika saya masih duduk di bangku SMP ataupun SMA, ketika saya melihat banyak teman saya yang aktif di dalam organisasi, mereka sungguh sangat sibuk, mempunyai keterampilan lebih dalam berkomunikasi dengan banyak orang, mempunyai pengalaman dalam melakukan koordinasi, membuat kegiatan, mengadakan rapat, evaluasi, dan segala hal lainnya yang tak mungkin untuk didapatkan dalam mata pelajaran sehari-hari dalam kelas. Walaupun memang harga yang harus mereka bayar ketika mereka aktif dalam organisasi mereka harus dengan besar hati agak meninggalkan pelajaran dalam kelas, mereka agak tertinggal, tapi sungguh hanya sedikit saja. 

Hal-hal seperti itu yang semakin memotivasi saya, semakin memantapkan hati ini untuk aktif dalam organisasi yang ada di perguruan tinggi tempat sekarang ini saya menuntut ilmu, terlebih dengan kenyataan bahwa masa depan saya telah terukir ( hampir ) pasti untuk masuk ke dalam sebuah sistem pemerintahan Indonesia yang penuh dengan budaya organisasi yang tak akan mungkin kita akan mengerti apabila kita tidak membiasakan dengan budaya tersebut. 
Apalagi organisasi kemahasiswaan di Perguruaan tinggi ini telah diselaraskan dengan struktur, kultur, dan prosedur yang ada dalam organisasi pemmerintahan tempat kita kerja nantinya sehingga tak ada alasan lagi bagi saya untuk mengelak dan tidak ikut berpartispasi dalam sebuah organisasi. 

Jauh api dari panggang, ya saya pikir pribahasa itu yang pantas untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam organisasi kemahasiswaan yang ada di tempat ini. 
Bagaimana tidak? 
Aturan telah ada, semuanya saya pikir telah jelas tertera di dalamnya, acuan ataupun contoh nyatanya pun telah jelas terpampang dalam pemerintahan yang ada di Indonesia tapi entah kenapa dalam implementasinya yang saya rasakan, ( murni pendapat saya pribadi ) organisasi ini tak lebih baik dari organisasi yang ada ketika saya duduk di bangku SMP atau SMA. Semuanya absurd
Apa yang ada di sini hanya unggul terlihat dari segi penampilan dengan segala atribut yang ada menyertainya, tapi dari segi pelaksanaan organisasi saya pikir sungguh sangat tidak mencerminkan kelas atau standar sekelompok orang mahasiswa. Ketika dengan sangat jelas pemerintahan kita menganut sebuah asas legalitas dalam menjalankan pemerintahannya justru kader-kader aparatnya dididik tidak terbiasa dengan asas legalitas. Saya pikir organsiasi ini bukan sebuah organisasi main-main, tapi sangat jelas telah diatur bahkan oleh sebuah peraturan menteri yang kemudian dijabarkan lebih lanjt dalam peraturan rektor. Tapi sekali lagi kita menunjukan bahwa kita sangat baik dalam membangun komitmen tapi buruk dalam pelaksanaan konsistensi. 

Ini masalahnya : jenjang pendidikan bukan tanpa alasan dibuat dengan cara berjenjang, bertingkat, dan berkelanjutan, tentu itu semua menyesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik di dalamnya. Jadi ketika di SMP atau di SMA bayangan sebuah organisasi itu mampu uuntuk begitu sibuknya, begitu sangat hebatnya dalam menjalin koordinasi dan membuat sebuah kegiatan besar, maka seharusnya organisasi yang ada dalam perguruan tinggi bisa bahkan harus lebih dari itu. Tapi yang ada adalah semua berjalan hanya berdasarkan perintah lisan yang setiap orang, setiap harinya bisa berubah dengan cepat, tak ada mekanisme atau tahapan yang jelas bagi pengurus organisasi ketika akan menjalankan sebuah kegiatan sehingga ketika pada satu titik pengurus organisasi itu berinisitaif untuk membuat kegiatan/acara, mereka justru dipersalahkan. 

Lalu dalam kesempatan ini pun saya akan mengemukakan ketidaksetujuan saya terhadap kalimat yang mengatakan bahwa yang terpenting dalam merencanakan dan menjalankan sebuah program/kegiatan atau acara adalah kreatifitas, damn what a bullshit!! 
Ya, itu penting, tapi tolong lihat realita, kreatifitas tanpa adanya dana dalam sebentuk uang, maka juga tak akan berarti apa-apa. Dan itu juga yang kami alami di sini, ketika rencana itu mampu untuk tersusun sistematis tapi harus hancur berlebur sangat berantakan dalam tahapan pelaksanaan karena tak ada dana untuk menjalankanyya. Tapi hal yang terpedih dari semua itu, lebih pedih dari tidak adanya dana untuk menunjang jalannya suatu kegiatan adalah ketika tak ada dukungan positif, tak ada antuasiasme dari segenap unsur yang ada dalam tempat akan diselenggarakannya acara/kegiatan itu. 

Bila semua itu tak ada? Untuk apa organisasi itu ada?
damn!

but whatever, just enjoy it and keep PMA! :) 

Komentar

  1. sama lur kya di kampus sini jg, soal dana sulitnya minta ampun, tapi alhamdullilah dapet sumbangan purna sama sponsor... tetep semangat dulur !

    BalasHapus
  2. masalah dana memang sangat urgent dalam menunjang segala aktifitas, tapi haraus diingat..bahwa dana hanyalah salah satu unsur penunjang..dan kalau berbicara soal kreatifitas..maka dalam mencari dana untuk kegiatan pun..harus benar-benar kreatif...selain berharap dana sumbangan dari pihak kampus...juga bisa dicari sumber pendanaan lainnya diluar kampus, bahkan tentunya dengan ide kreatifitas yang lurabiasa dari para mahasiswa tentunya bisa menghasilkan dana yang juga luarbiasa...dan kegiatan tak akan batal hanya karena dana, karena sebenarnya kegiiatan tersebut hanya terpending sementara...sampai dananya mencukupi untuk melaksanakannnya :-)

    BalasHapus
  3. @Iqbal dan BlogS of Hariyanto : itu-lah kenapa saya bilang bahwa yang terpedih itu adalah bukan ketika tidak ada bantuan dana, tapi justru ketika tak ada bantuan moril! dalam artian, dana memang bisa dicari dan didapatkan dari berbagai pihak terutama sponsor, tapi di lembaga kami ini, kami tidak bisa bebas untuk mencari dana tanpa ada izin tertulis hitam di atas putih dengan dibubuhi oleh beberapa garis tanda tangan pimpinan!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang