Saya selalu yakin dengan kalimat yang berkata bahwa, “ semua ada saatnya, semua akan indah pada waktunya”.
Bagi saya segala sesuatu itu akan menjadi indah, akan terasa nilai manfaatnya apabila dalam kedaaan terbatas dan sesuai dengan porsi yang telah ditetapkan. Tidak melebihi, apalagi mengurangi. Saya mengartikan kalimat tadi sungguh sangat luas tapi tetap pada cakupan bahwa hidup itu memang butuh kesabaran, segala hal yang telah, sedang, dan akan terjadi itu tidak perlu untuk kita percepat, tak perlu juga kita perlambat, biarkan semua itu terjadi pada waktu yang memang telah ditetapkan untuknya.
Tapi jangan juga kita mengartikan ini semua dengan perspektif yang salah, yaitu tidak mau berusaha maksimal dan hanya berpangku tangan. Tidak demikian, apa yang ingin saya sampaikan adalah kita tak bisa untuk memiliki surat izin mengemudi sebelum kita menginjak usia 17 tahun tapi itu tidak berarti kita tak boleh belejar mengemudi, iya ‘kan?
Begitu halnya dengan apa yang sekarang ini sedang saya jalani, bukan saya tidak sedang bicara tentang pendidikan tapi saya hanya membicarakan tentang pelaksanaan praktek lapangan yang sedang dan akan segera berakhir ini. *take a deep breathe
( bila anda masih belum terlalu memahami apa yang dimaksud dengan praktek lapangan maka ada baiknya anda terlebih dahulu membaca postingan saya terdahulu yang berbicara banyak tentang apa itu praktek lapangan atau pl )
1 (satu) bulan, terhitung mulai tanggal 20 Februari s.d. 21 Maret 2013 merupakan suatu perjalanan waktu yang cukup lama apabila dilihat dari sudut pandang praktek ( bukan magang ) bagi peserta didik di tingkat 3 (tiga), yang bukan merupakan tingkat terakhir. Usia kami yang rata-rata masih berusia pada kisaran 20-an, disiplin ilmu yang juga masih begitu umum, serta tingkat pengalaman yang belum juga banyak membuat kami was-was untuk menjalani praktek lapangan ini, terlebih tempat kami praktek adalah satuan kerja perangkat daerah (skpd) di lingkungan pemerintah daerah kabupaten Pontianak.
Pemilihan kab. Pontianak menjadi tempat Praktik Lapangan III bagi satuan Nindya Praja angkatan XXI IPDN Kampus Kalimantan Barat tentu bukan tanpa alasan dan tujuan tertentu. Selain karena memang kesediaan dari pihak pemda juga masyarakat, tapi bagi IPDN dengan dipilihnya Kab. Ptk sebagai tempat PL ini juga berfungsi untuk lebih mendekatkan, memasyarakatkan IPDN kepada masyarakat juga pemda Kab. Ptk tentang keberadaan IPDN Karena Kampus definitif IPDN di pulau Kalimantan, Provinsi Kalimantan Barat khususnya, akan dibangun di wilayah Kab. Ptk, Sungai Purun tepatnya. Sehingga dengan begitu pembangunan kampus IPDN kelak mampu untuk berjalan lancar tanpa ada suatu masalah apapun.
Terlepas dari alasan politis itu, kami, saya, selaku peserta didik yang akan terjun langsung melaksanakan PL ini, tetap menyimpan beberapa kekhawatiran. 2 (dua) PL yang telah kami lewati, kami rasakan mampu untuk terlaksana dengan baik walaupun tak juga terlalu mulus.
Permasalahan yang kentara dalam pelaksanaan PL terdahulu adalah sulitnya bagi lembaga dan juga pemda untuk mencari induk semang. Pada pelaksanaannya pun, apa yang saya, kami, rasakan, tanggapan dari pemda maupun masyarakat sungguh sangat biasa dan tak terlalu antusias. Tidak, saya tidak bermaksud untuk diperlakukan istimewa hanya karena saya berseragam. Saya hanya ingin mengatakan bahwa kami ini masih dalam proses pendidikan, tanpa adanya lingkungan yang kondusif, penuh semangat, mana bisa kami belajar beradaptasi dengan baik?
Terserah apabila anda menyebut ini sebagai sebuah pembenaran alasan bual belaka.
Saya tak akan berbicara apa yang teman-teman saya rasakan karena saya yakin semua orang punya cerita dan kisahnya sendiri dengan segala versi “menarik” sesuai selera yang mereka miliki. Tapi, ini-lah yang saya rasakan, semua yang ada, semua respon yang mereka berikan sungguh sangat luar biasa.
Bahkan saya merasa malu dan berdosa dengan semua itu karena saya merasa saya tidak melakukan apa-apa, saya tidak lantas memberikan sebuah perubahan positif pada tempat yang saya naungi, saya bukan juga pembawa tawa sehingga orang tertawa bahagia, atau pembawa solusi sehingga orang terbebas dari masalah hidup yang meracuni. Tidak, saya sama sekali tidak seperti itu. Saya sungguh biasa, bahkan terlalu sangat biasa.
Saya sangat bersyukur dengan keluarga asuh (induk semang) yang saya dapatkan disini. Beliau sungguh baik, tak bisa untuk kemudian saya jelaskan terperinci. Semua itu semakin terlengkapi dengan keluarga besar beliau, sahabat serta seluruh warga yang ada dan tinggal di sekitar rumah beliau. Semua sangat ramah menerima saya dengan senyuman mengembang di wajah.
Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan tempat kerja Praktik di Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Pontianak. Di awal pengumuman sempat saya bergumam dan berpikir apa korelasinya ilmu yang saya dapatkan di kampus dengan tempat yang bernama dinas sosial, tenaga kerja, dan transmigrasi. Sempat saya begitu iri dengan teman-teman saya yang mendapatkan tugas di BKD dan juga SETDA yang menurut hemat saya begitu sesuai dengan apa yang saya pelajari. Tapi kemudian semua itu berubah 180 derajat ketika saya mendapatkan tugas untuk berada di bidang Hubinwasnaker. Sebuah suasana kerja yang santai, penuh canda tawa, tapi sama sekali tidak mengenyampingkan pelaksanaan tupoksi yang dimiliki oleh setiap orang di dalamnya. Saya tak pernah menyangka bisa begitu akrab dengan pegawai yang secara umur berada jauh di depan saya, saya begitu akrab. Mereka sangat ramah sehingga tak perlu waktu lama untuk saya bisa kemudian berbaur di dalam kantor itu.
Penerimaan dan sambutan dari pemerintah daerah, baik purna praja maupun pegawai lainnya, juga dari masyarakat umum sungguh sangat di luar apa yang saya bayangkan, mereka sungguh menerima kami dengan sangat tangan terbuka.
Ini mungkin klise, mungkin terdengar seperti gombal, tapi saya jatuh cinta dengan kota ini, walau memang kota ini seperti kota mati. Saya suka suasana seperti ini ketika bersepeda masih bisa dilakukan dengan begitu sangat nyamannya. Ketika malam datang menghampiri semua sunyi menemani lelapnya hari.
Maka tak heran bila kemudian saya berat untuk harus melangkah pergi melanjutkan lagi pendidikan dalam sebuah siklus kehidupan.
Akhirnya saya hanya mampu untuk merangkai kata ucapan Terima kasih banyak kepada : bang rudi beserta keluarga besar dan seluruh budak nusa indah lainnya ( bang ipin, bang very, bang buan, pak din, bang hen, dkk. ) terima kasih telah menjadi saudara baru bagi saya.
Terima kasih banyak pada seluruh pegawai di dinas sosial, tenaga kerja, dan transmigrasi Kab. Pontianak, khususnya Pak Burhan, Bu Tri, Bu Linda, Bu Tin, Bu Heni, Bang Zaka, Bang Hari, Bang Eko, Bang Eko ( Tinggi ), Bang Ruslan, Bang Tata, terima kasih banyak atas canda tawa dan keramahan serta pengalaman kerja maupun hidup yang telah secara langsung maupun tidak langsung diajarkan kepada saya.
Well, semua ini berkesan karena waktu kita terbatas, bila lantas tak terbatas saya tak yakin semuanya akan membekas. Saya hanya berharapa kita akan bertemu lagi, entah kapan, entah dimana, maafkan karena saya tak akan pernah bisa mampu untuk membalas segala kebaikan yang telah diberikan.
Saya hanya memohon agar bapak/ibu/abang/kakak/adik/rekan semua di mempawah tidak lantas melupakan saya walaupun banyak alasan bagi kalian untuk kemudian bisa melupakan saya, ingat-lah saya dengan segala hal apapun kalian bisa mengingat saya.
So long, mempawah..
Thnks fr th mmrs
Alhamdullilah, PL mu juga berkesan dulur :)
BalasHapushehe iya lur, :)
BalasHapusalhamdulillah ya kawan, akhirnya bisa juga menuntaskan Praktek Lapangannya sebagai bagian dari proses mengejar ilmu menuju puncaknya, yang intinya tetap kembali kepada habitat kita sebagai manusia yang akan selalu menjadi mahluk sosial..bisa bergaul dan berbagi dengan siapa saja setelah menyelesaikan pendidikan...salam :-)
BalasHapus@BlogS of Hariyanto : betul pak, itu adalah inti atau hakikat dari proses pendidikan yang dijalani. terima kasih pak. :)
BalasHapussemoga sukses.. oh ya, namaku tuh double "R", tolong ya diperbaiki...
BalasHapushihihi