Langsung ke konten utama

I’m not complaining, I’m just saying


Karena bagi saya sebuah beban ketika tak mampu untuk bekerja maksimal sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi yang telah saya miliki. 
Sebuah rasa salah ketika telah melingkar tanda talikur di pundak kanan serta sebuah mangkuk tanda jabatan di dada ini, saya tak mampu untuk memberikan sebuah teladan atau sesuatu hal yang patut dikenang, untuk kemudian dijadikan dasar serta fondasi setiap kegiatan yang nantinya akan dilakukan di masa depan. 
Saya yakin perasaan ini tak hanya saya yang merasakan tapi juga dirasakan oleh setiap teman serta sahabat saya yang juga termasuk dalam organisasi keprajaan di kampus ini.  

Bagi saya pribadi khususnya, setelah berada pada posisi atau jabatan ini kurang lebih 1 (satu) tahun ( periode 2011-2012, saya dilantik pada tanggal 16-12-2011 dan untuk periode 2012-2013 dilantik pada tanggal 1-12-2012 ), saya harus dengan sangat jujur mengakui bahwa belum ada kegiatan atau acara yang mampu untuk kami banggakan dalam lingkup/skala luar kampus. Hampir semua kegiatan/acara yang telah mampu kami laksanakan hanya berkisar atau melibatkan hanya sivitas akademika kampus ini. Terkecuali untuk organisasi kerohanian Islam ataupun Nasrani yang mungkin sampai saat ini masih senantiasa konsisten menyelenggarakan berbagai macam kegiatan, baik secara ektern maupun intern, untuk memperingati setiap hari-hari besar keagamaan ( ritual keagamaan maupun sekedar hiburan semata ) walaupun harus juga diakui bahwa kegiatan yang diselenggarakan juga relatif stagnan atau monoton dan kalaupun dianggap sebuah keberhasilan, saya tak bisa untuk meng-klaim bahwa itu adalah hasil dari kerja keras saya atau setidaknya bisa mengatakan bahwa saya juga ikut serta dalam setiap kegiatan organisasi keagamaan tersebut karena saya memang tidak terlibat di dalamnya, sekalipun organisasi keagamaan itu “seharusnya” berada di bawah koordinasi saya atau kami, organisasi keprajaan. Tapi, sampai dengan detik ini, kami belum mampu untuk melaksanakan secara “kaffah” aturan organisasi yang telah dibuat, baik secara hierarkinya maupun koordinasinya. 

Seperti juga yang telah saya kemukakan dalam tulisan Bukan Permainan, kelemahan utama dan mendasar, atau lebih tepatnya pembelaan saya dari segala kekurangan organisasi keprajaan di kampus ini, berdasarkan murni apa yang saya rasakan serta perhatikan langsung adalah karena kurangnya dukungan serta pembinaan secara intensif dan menyeluruh dari Pembina ( Pengasuh biasa kami menyebutnya ). Tidak, saya tidak berarti menginginkan sebuah intervensi, karena bagaimanapun kami sudah berada pada level mahasiswa sehingga tak elok rasanya bila untuk urusan “kami sendiri”-pun kami masih harus digerakan oleh lembaga, tapi yang saya maksud di sini adalah pembinaan dalam arti mengarahkan dan memberi masukan serta arahan kepada kami dalam menjalankan organisasi keprajaan agar sesuai dengan segala aturan serta kebijakan lembaga dan juga Pembina yang ada. Sehingga apa yang menjadi keinginan dari kami tidak akan bertentangan dengan apa yang telah menjadi program serta kebijakan yang telah juga ditetapkan oleh para Pembina. 
Kami, selaku peserta didik, bagaimanapun juga harus taat dengan segala struktur, kultur, dan prosedur yang ada di lembaga tempat kami berada, dan karena kami adalah peserta didik, kami tak akan pernah tau “dapur” lembaga secara utuh dan disitu-lah saya pikir peran penting Pembina untuk kami, khususnya, yang berada dalam organisasi keprajaan, untuk bisa senantiasa berbuat, bertindak serta merencanakan suatu program kegiatan/acara yang sesuai dengan struktur, kultur dan prosedur lembaga. 

Ini penting karena kami bukan murni sekelompok mahasiswa, kami berseragam senantiasa terikat oleh segenap aturan. Ini penting agar tidak terjadi kesalahpahaman, tumpang tindih kegiatan, atau segala jenis tindakan tidak terkoordinasi lainnya. 

Jujur dengan kedaan kami yang seperti ini, dalam artian tidak “sebebas” mahasiswa pada umumnya, terkadang membuat kami atau saya khususnya menjadi ragu dalam bertindak dalam kaitannya untuk mengeksekusi sebuah rencana kegiatan yang telah tertuang dalam proposal kegiatan, terlebih untuk mencari setiap kekurangan dana yang kami butuhkan. 
Ya, kami mungkin kurang inisiatif, tapi ini bukan sepenuhnya karena kesalahan kami, atau sepenuhnya kami yang tidak kreatif serta inovatif, tapi sedikit banyaknya ini juga dikarenakan tidak ada pembinaan yang telah saya sebutkan pada paragraf sebelumnya. 

Pembinaan secara menyeluruh juga intensif, karena apabila pembinaan itu mampu untuk dilakukan secara baik dan terus menerus maka kami pun akan dengan sendirinya tau serta mengerti tindakan apa yang pertama kali harus kami lakukan ketika kami memeliki sebuah perencanaan kegiatan. Kami akan lebih mampu untuk bertindak sistematis serta realistis. 
Hal itu terlihat jelas ketika kami membuat sebuah kegiatan yang murni merupakan ide dari kami sendiri maka seringkali tindakan kami salah atau dianggap kurang tepat oleh Pembina karena memang kami tidak pernah diberitahu tahapan tindakan yang yang harus kami lakukan ketika kami mempunyai sebuah rencana kegiatan, tak ada prosedur resmi yang ditetapkan. Kemudian semua itu berbalik 180 derajat ketika ide itu ada di tangan Pembina dan kami hanya merupakan alat pelaksana, setiap kegiatan itu seperti lancar untuk terlaksanan karena memang Pembina telah mengetahui “cara” agar setiap kegiatan/acara bisa terlaksana dengan baik. 

Saat ini, setelah untuk kesekian kalinya, rencana kegiatan yang telah kami rencanakan tak bisa lagi untuk terlaksana, bahkan setelah kami juga membentuk panitia besar melibatkan setiap unsur yang ada di kampus ini, rencana kegiatan itu tak bisa untuk mendapatkan sebuah kepastian tapi pemandangan berbeda kemudian terlihat ketika sebuah ide kegiatan/acara yang sepenuhnya merupakan ide dari Pembina untuk memperingati suatu hari di bulan April, sungguh mulus terasa! 

Saya sungguh kecewa, tapi juga cepat berhenti untuk menyalahkan orang lain. Pun mengakui kesalahan serta menerima sendiri cacian dari ketidakmampuan menjalankan organisasi dengan baik, tak akan juga mampu membuat keadaan lebih baik. 

Well, at least four months left for me in this place, what can I do next? 

Belum ada kegiatan/acara yang mampu terkenang sepanjang masa, saya atau kami baru bisa sebatas berkoar menjanjikan serangkaian acara/kegiatan besar, mengumpulkan dalam sebentuk rapat panitia dan segala diskusi perencanaan lainnya, tapi saya masih miskin inisiatif masih juga belum mampu untuk menjabarkan segala perencanaan itu menjadi sebuah kegiatan/acara nyata di kampus ini. 

Saya tak bisa memungkiri, saya malu dengan kondisi ini dan saya minta maaf untuk setidaknya setiap janji kegiatan/acara yang tak mampu kami penuhi. Dan untuk kalian yang nantinya akan menggantikan setiap posisi yang kini kami tempati, sungguh kalian harus bisa lebih baik dari kami saat ini. Jangan pernah menjadikan patokan atau ukuran setiap ketidakberhasilan yang telah kami ukir di sini, tapi jadikanlah setiap impian serta misi besar kami yang belum terpenuhi itu sebagai juga semangat untuk kalian kelak nantinya. 
Ketika nanti kalian jauh lebih baik dari kami, sebisa mungkin saya tak akan kemudian iri hati pada kalian atau bahkan bersombong hati mengatakan bahwa kalian-lah hasil didikan kami, tidak, saya sendiri cukup tau diri, bila kalian lebih berhasil dari kami maka itu memang kalian yang berpotensi untuk itu. 

Saya mencoba untuk lebih mampu mengikhlaskan diri dengan segala kebaikan yang orang lain dapatkan juga ciptakan, sepanjang saya telah berusaha maksimal serta optimal. 

Sorry and stay #PMA..
please...

Komentar

  1. sebebas mahasiswa yang lain, apa memang demikian ya, karena sebenarnya kebebasan itu sifatnya mengikat agar kita saling menjaga hak kebebasan orang lain, jadi istilahnya bebas sepenuhnya itu hampir bisa dikatakan tidak ada,,,,dan suatu kegagalan selayaknya jadi pemicu kretaifitas kita dalam menghasilkan sesuatu, bila orang lain bisa, maka tentunya kita juga seharusnya bisa,,,walau cara yang ditempuh berbeda....salam :-)

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum,

    Apapun kendalanya, apapun kenyataan yang tidak sesuai harapan, jadikan pelajaran lur, jadikan dirimu lebih baik dari 10 detik yang lalu...
    semua ada hikmahnya, ambil positifnya walau hanya 0,1 persen..

    always #PMA *like you always said* :)

    BalasHapus
  3. @BlogS of Hariyanto : ahh...seandainya semua kata2 bijak bapak itu bisa dengan mudahnya untuk saya terapkan...

    @Iqbal Fauzi : waalaikum salam lur. Nhun lur, ngan kecewa weh eung! tp insya Allah berusaha utk selalu jadi lebih baik lur, silih doakeun weh nya! :)

    BalasHapus
  4. langsung saja ke blognya tomkuu sobat untuk ikutan GA-nya,
    http://tom-kuu.blogspot.com/2013/02/blogiveaway-bersama-tom-kuu_27.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang