Langsung ke konten utama

Episode Kedua: Berbicara tentang Kepribadian

Selasa, 9 Desember 2025

06.30 WIB


Bissmillah wa shallatu salam ala rasulillah



Konsekuensi kita hidup bermasyarakat adalah kita harus bisa bersabar menghadapi berbagai macam kepribadian orang lain. Sebagaimana kita tidak mungkin bisa merasa cocok dengan semua orang, maka itu juga yang dirasakan oleh orang lain terhadap kita. 


Beragam karakter yang kita temui, maka itu adalah hikmah sekaligus ujian yang harus kita lewati. Hikmah ketika kita bisa bertemu dengan orang yang sesuai dengan yang kita harapkan serta menjadi sebuah ujian ketika kita harus bersama dengan mereka yang tidak kita sukai wataknya.


Pertama dan yang utama, kita harus bisa menentukan batas yang jelas antara urusan personal dan urusan profesional (https://noorzandhislife.blogspot.com/2024/09/antara-personal-dan-profesional-jangan.html). Ini menjadi sesuatu yang penting untuk kita tetapkan sebagai tolak ukur perilaku kita terhadap orang lain. 


Karena prinsipnya adalah kita hanya bisa mengontrol apa yang menjadi kewenangan kita. Tindakan atau perilaku atau respon orang lain terhadap kita adalah sesuatu hal yang di luar kewenangan kita. Apa yang bisa kontrol adalah respon kita terhadap orang lain. Pastikan kita tidak dzalim terhadap orang lain. Sehingga kita harus bertindak adil dan adil itu adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Maka kita harus bisa menentukan garis antara urusan personal dan profesional.

***


Selanjutnya, masing-masing dari kita tentu punya sebuah harapan. Harapan ideal yang ingin dicapai dalam sebuah posisi tertentu. Maka bila memang pada saat ini kita belum mampu untuk mewujudkannya, minimalnya kita tuliskan dulu setiap kondisi ideal yang ingin kita capai itu. Mudah-mudahan hal-hal baik itu dicatat menjadi sebuah amal baik dan bila memang ada rezekinya kita bisa untuk merealisasikan semuanya. (https://noorzandhislife.blogspot.com/2025/07/jiwa-kepemimpinan-yang-baik-bagian.html)

***


Sebagai seorang Muslim, kita harus bisa melihat sebuah musibah lebih dari sekadar perspektif sebab akibat ilmiah. Lebih dari itu, setiap musibah harus bisa memberikan dampak keimanan. Kita harus instropeksi diri terhadap apa yang telah kita lakukan. Tidak harus dalam skala besar, hal-hal mikro yang terjadi di sekitar kita. Itu adalah bentuk teguran dari Allah agar kita bisa senantiasa memperbaiki diri. Salah satunya, sudahkah kita pastikan apa yang kita dapatkan itu dari sumber yang halal?


Tidak bermaksud menjadi hakim bagi agama orang lain tapi tentu semua dari kita bebas untuk memiliki prinsip hidup yang dia yakini dan berusaha maksimal untuk mengerjakannya. Selaras dengan itu, semoga di tahun 2026 Masehi, menjadi momentum bagi kami benar-benar memastikan bahwa apa yang akan kami dapatkan itu halal adanya. Walau dengan itu, kami harus hidup apa adanya. Semoga Allah mudahkan. 

***


Sekelumit gambaran dari apa yang kami bicarakan, silahkan mendengarkan.

Terima kasih.

https://youtu.be/qAE_dA94o9Q


Wallahu'allam.

Selesai ditulis pada hari Selasa, 9 Desember 2025 pada pukul 06.46 WIB 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jiwa Kepemimpinan yang Baik (Bagian Ketujuh)

AHAD, 10 MUHARAM 1447 H // 6 JULI 2025 12.41 WIB Bissmillah wa shallatu wa sallam ala rasulillah Jiwa Kepemimpinan yang Baik (Bagian Pertama)  1. Membagi tugas. 2. Menjadi mentor. Jiwa Kepemimpinan yang Baik (Bagian Kedua)  3. Pengambilan Keputusan (Decision-making). Jiwa Kepemimpinan yang Baik (Bagian Ketiga)  4. Tidak Terlalu Membutuhkan pada Bawahan. Jiwa Kepemimpinan yang Baik (Bagian Keempat)  5. Jujur. Jiwa Kepemimpinan yang Baik (Bagian Kelima)  6. Menciptakan dan/atau membangun sebuah iklim birokrasi/proses kerja sesuai dengan yang dia inginkan/ucapkan/janjikan. Jiwa Kepemimpinan yang Baik (Bagian Keenam)  7. Teladan Pimpinan dan Konsistensi Penerapan Aturan Jiwa Kepemimpinan yang Baik (Bagian Ketujuh) 8. Regenerasi Di dalam sebuah organisasi yang baik harus memiliki pembagian tugas yang jelas sehingga masing-masing orang yang ada di dalam organisasi tersebut bisa melakukan identifikasi serta bertindak sesuai dengan tugas yang telah mereka miliki. ...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...