Hmm...saya pernah mendengar sebuah ungkapan yang saya pribadi kurang begitu tahu dari mana dan siapa yang menggabungkan beberapa kalimat itu menjadi sebuah ungkapan, yang tak asing di telinga orang banyak umumnya dan para remaja khususnya. Kurang lebih ungkapan itu berbunyi : "Sebuah vas bunga yang telah pecah, walaupun diperbaiki sedemikian rupa tak akan bisa dan tak akan pernah bisa seindah dulu lagi".
Well..diantara kita mungkin akan mempunyai penafsiran yang berbeda dari ungkapan tersebut, karena seperti yang kita ketahui bersama, sebuah penafsiran setiap orang pada dasarnya memang akan berbeda tergantung sudut pandang dan persepsi yang mereka miliki, yang sangat berkaitan dengan pengalaman dan pendidikan yang mereka jalani. Tapi, yang paling sering kita dengar, biasanya ungkapan tadi sering digunakan bagi orang-orang atau mereka yang tak ingin kembali lagi terhadap mantan kekasihnya, yang menurut mereka telah menyakitinya dan tak ada kata maaf untuk itu.
Saya pribadi, termasuk orang yang kurang begitu setuju dengan ungkapan di atas. Ungkapan tadi seakan-akan lebih mementingkan sebuah hasil daripada sebuah proses. Padahal kehidupan yang kita semua jalani ini, bukanlah tentang hasil tapi tentang seberapa kuat dan kerasnya kita dalam menjalani sebuah proses kehidupan guna mencapai hasil itu sendiri. Bila kita lebih mementingkan hasil, maka kita akan cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil tersebut. Kita lambat laun akan dikuasai oleh hawa nafsu dan rasa egois dalam diri kita. Dan yang terjadi selanjutnya adalah kita tak lagi mengenal kata moral dan kelak agama hanya lah sebagai topeng belaka. Sayangnya, ruang dan waktu yang kita jalani sekarang membentuk kita seperti itu, membentuk kita untuk mendapatkan hasil yang instant.
Apa yang perlu kita sadari adalah Allah telah mengatur semuanya untuk kita. Kita semua telah mempunyai jalan cerita dan takdir nya masing-masing. Tak ada yang perlu kita takutkan lagi, karena Allah telah menyiapkan segalanya untuk kita. Kita hanya tinggal menjalani semuanya dengan sikap tawakal, sabar dan tak kenal putus asa. Kita sebagai manusia hanya berkewajiban untuk melakukan ikhtiar semaksimal mungkin dan berdo'a seraya beribadah yang sebenar-benarnya kepada Allah untuk mendapatkan ridho-Nya. Dan sisanya biarkanlah Allah yang mengaturnya untuk kita. Karena sesungguhnya, Allah lebih mengetahui mana yang terbaik bagi manusia. Karena Allah lah pencipta kita.
Mungkin memang, sebuah vas yang retak bahkan hancur berkeping-keping, tak akan seindah awalnya walaupun telah kita perbaiki. Tapi, pernahkah kita bayangkan sebelumnya, bagaimana sebuah proses yang sangat indah memperbaiki vas itu? Bagaimana kita menahan segala emosi kita dan mencoba untuk bersabar dalam merekatakan setiap kepingan vas yang ada dan di setiap belahan yang kita pegang menyadarkan akan kesalahan kita yang mengakibatkan vas tersebut rusak, dengan begitu kita akan berintrosprksi diri dan mencoba berubah menjadi yang lebih baik lagi.
Hmmm...sebuah proses yang indah :)
:D
BalasHapus