Langsung ke konten utama

Sepak bola : Our Live In A Small Version



Sepakbola, Football, Soccer, ya..ada banyak cara untuk menyebut permainan ini. Sebuah olahraga yang sangat mendunia dan paling populer dewasa ini. Tak terkecuali, di negara kita tercinta ini, Indonesia, sepakbola (begitu biasa kita menyebutnya) adalah permainan sekaligus olahraga yang paling digemari. Secara sederhana, olahraga ini adalah sebuah permainan yang dilakukan oleh dua tim, yang masing-masing tim berjumlah sebelas orang. Dilakukan di sebuah lapangan, menggunakan sebuah bola dan setidaknya ada tiga orang wasit yang mengatur jalannya pertandingan. It's simple, isn't it?

Dan seiring perkembangan zaman, olahraga ini telah berkembang menjadi sebuah industri olahraga yang sangat menggiurkan bagi para pengusaha, bahkan untuk mereka yang tidak menegerti tentang sepak bola sekalipun. Dan, tentu saja wajah pesepakbolaan kini tak sesederhana dulu, kini telah banyak aturan yang mengatur sebuah sistem ini, entah itu yang berhubungan langsung dengan teknis sepak bola itu sendiri ataupun aturan untuk mengatur bisnis dibalik dan diluar masalah permainan ini.

Mungkin, kita bertanya-tanya mengapa sepak bola bisa begitu digemari di dunia. Tak ada jawaban pasti untuk masalah ini, karena faktor subjektifitas sangat kental di dalamnya. Tapi, saya pribadi yang secara langsung adalah penggemar berat dari olahraga sepak bola itu sendiri, mempunyai pendapat bahwa sepak bola adalah olahraga yang paling dekat dengan kehidupan kita semua. Olahraga yang sangat murah dan sangat mudah untuk dilakukan begitu pula untuk kita pahami. Dan lebih jauh lagi, Sepak bola adalah potret kehidupan kita.

Kita semua bisa mengambil banyak pelajaran dalam olahraga ini. Sepak bola mengajarkan kita agar tidak bersikap individulistis dalam menjalani hidup ini. Karena, sepak bola adalah permainan kolektif dan begitu juga hidup kita. Kita tak akan pernah lepas dari orang lain, karena disadari atau tidak, kita akan selalu membutuhkan orang lain.

Kehidupan ini bukanlah tentang hasil, tapi tentang proses yang kita lalui. Kita lihat bagaimana sepak bola begitu sangat menghargai sebuah proses daripada sebuah hasil. Itulah mengapa sepak bola menggunakan format liga, dimana sang juara didapatkan melalui waktu yang lama. Lalu, di dalam menjalani sebuah proses itu, kita harus selalu semangat, pantang menyerah walau di saat paling terakhir sekalipun. Banyak fakta, yang telah saya lihat dalam sepak bola, bagaimana sebuah tim bisa memenangkan pertandingan dan mengubah atau membalikan skor akhir, hanya dalam hitungan menit bahkan detik sekalipun!

Masih banyak pelajaran hidup ataupun potret kehidupan kita yang tersaji dalam sebuah olahraga yang bernama, Sepak Bola. Sepak bola lebih dari sekadar olahraga, sepak bola adalah sebuah pertarungan gengsi dan harga diri dengan jutaan orang sebagai saksinya. Well, ini hanyalah pendapat saya berdasarkan pemikiran dan persepsi yang saya miliki dan pengetahuan yang saya dapatkan. Tak ada paksaan, terlebih bagi anda yang tidak menyukai sepak bola. Pesan saya, bila memang anda tidak menyukai olahraga ini, jangan buat persaan tidak suka itu menjadi perasaan benci terhadap olahraga ini. Itu hak anda untuk suka ataupun tidak, tapi tetaplah melihat segala sesuatunya dari sudut pandang yang positif. Agar, bila ada hal yang positif atau berguna, anda bisa mengambil pelajaran dari itu semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. ...