Langsung ke konten utama

"KH Siddiq Amin Berpulang"

KH Siddiq Amin Berpulang, sebuah judul artikel berita pada surat kabar Republika edisi Senin 2 November, 14 Dzulkaidah 1430 H, nomor 292/tahun ke-17. Seperti biasa sepulang sekolah saya selalu menyempatkan diri untuk membaca koran, sekadar untuk memenuhi hasrat untuk membaca sekaligus menambah wawasan tentang apa yang terjadi di sekitar kita. Dan pada hari ini, Kamis, ketika saya membuka halaman 12, saya melihat judul itu dan tertarik untuk membacanya.

Berita itu termasuk berita duka, khususnya bagi dunia dakwah Islam di Indonesia. KH Siddiq Amin adalah Ketua Umum Pimpiman Pusat Persatuan Islam (Persis). Almarhum menjabat ketua umum PP Persis sejak 1999. Beliau dikukuhkan menjadi ketua umum sejak 2000 dan terpilih kembali pada 2005. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya, Sabtu (31/10), pukul 22.10 WIB, di RS Al Islam, Bandung.

Saya pribadi tidak mengenal beliau secara detail, bahkan saya baru tahu beliau dari pemberitaan di artikel tadi. Tapi, hanya dengan membaca sejarah singkat tentang beliau dari artikel tersebut, dalam sekejap timbul rasa simpati dalam diri saya. Terlebih beliau merupakan ketua umum dari Persis, walaupun saya dan keluarga saya bukan termasuk di dalam organisasi keagamaan itu. Tapi, yang jelas Persis memang dikenal sebagai organisasi keagamaan yang sangat "saklek" dalam meyampaikan syiar Islam dan beliau tentunya, sebagai ketua umum dari organisasi tersebut dikenal sebagai sosok yang cerdas dan konsisten. Banyak orang yang kagum dan merasa kehilangan dengan kepergiannya. Tak percaya? Untuk menyalatkan saja, banyak orang yang mengantri untuk itu, bahkan dilakukan lebih dari sekali untuk menyalatkan beliau.

Hmm...kematian memang sebuah topik yang selalu membuat saya merinding. Sekali lagi, kematian adalah satu-satunya hal yang pasti akan terjadi pada diri kita semua. Tapi, artikel tersebut membuat semangat lebih dalam diri saya, bahwa kematian KH Siddiq tidaklah sia-sia. Karena sungguh hidup seseorang dapat kita nilai dari kematian nya. Bila kematian seseorang sangat tidak diinginkan orang banyak, dan ketika dirinya mati ditangisi banyak orang lalu banyak diantara mereka yang ikut bersama-sama mengurusi jenazahnya dan akhirnya dengan ikhlas menyalatkannya. Maka dirinya telah berhasil dalam hidup, telah sukses memberikan hal yang posif dalam kehidupan bermasyarakat dan telah menjadi manusia yang berguna.
Dan itulah kehidupan KH SIDDIQ AMIN.

Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. ...