Langsung ke konten utama

UN 2009/2010

Sampai dengan hari ini, Sabtu, 14-11-2009, setidaknya ada dua artikel koran atau berita yang sangat menarik bagi saya dan siswa/siswi di seluruh Indonesia pada umumnya. Berita itu adalah berita tentang Ujian Nasional, sebuah hal yang sangat menakutkan bagi sebagian besar pelajar di Indonesia. Artikel pertama berjudul, "Menjawab Tuntutan, UN Tahun Depan Dilaksanakan 2 Kali." dan yang kedua berjudul, "UN Dua Kali bukan Terobosan." Kedua artikel itu diberitakan di koran Pikiran Rakyat berturut-turut pada tanggal 13 dan 14 November 2009.

Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2009/2010 akan dilaksanakan dua kali dan UN pertama yang disebut UN utama akan dilaksanakan pada minggu ketiga Maret 2010 (untuk SMA/MA/SMALB/SMK) dan minggu keempat Maret 2010 (untuk SMP/MTs/SMPLB). Lalu UN kedua atau yang akan disebut UN ulangan akan dilaksanakan pada minggu kedua Mei 2010 (untuk SMA/MA/SMALB/SMK) dan minggu ketiga Mei 2010 (untuk SMP/MTs/SMPLB). Dan bagi mereka yang berhalangan mengikuti UN, akan dilakukan UN susulan satu minggu setelah UN utama. Terobosan ini dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan masukan yang diterima oleh Departemen Pendidikan Nasional dan bisa dibilang inilah gebrakan yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan yang baru yaitu, M.Nuh. Jadi, bagi mereka yang gagal dalam UN utama bisa memperbaiki itu semua dan mendapatkan kelulusan dengan mengikuti UN ulangan. Tapi, bila mereka tetap gagal, mereka masih bisa mendapatkan kelulusan dengan mengikuti UN paket C.

Sebenarnya disatu sisi ini merupakan kabar gembira bagi kita semua, khusunya pelajar di seluruh Indonesia. Tapi ternyata Dan Satriana, Ketua Lembaga Advokasi Pendidikan mempunyai pendapat lain tentang hal ini. Baginya, ini bukanlah terobosan brilian dan hanya alternatif agar semua murid lulus. Dia berpendapat para menteri Pendidikan Nasional Indonesia proparadigma pendidikan liberal yang artinya mengutamakan kompetisi individu dan mekanisme pasar. Karena pelaksanaan UN sangat mencerminkan sebuah kompetisi.

Saya pribadi kurang begitu yakin harus bagaimana dalam menyikapi berita ini, apakah saya harus merasa senang? atau tetap merasa was-was? Pada dasarnya setiap pelajar tidak setuju dengan diadakannya UN dan begitu juga saya. Karena, yang saya permasalahkan adalah UN yang dijadikan sebagai tolak ukur kelulusan. Karena dengan seperti itu, berarti secara tidak langsung pemerintah telah menyama ratakan kualitas pendidikan di Indonesia dari sabang samapai merauke, dari pelosok desa hingga perkotaan. Yang secara fakta dilapangan masih terdapat gap yang cukup jauh antara pendidikan di satu sekolah dengan sekolah lain, apakah tidak lebih bermanfaat bila uang jutaan juta untuk membuat soal-soal UN digunakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia terlebih dulu?
Karena sungguh pelaksanaan UN yang Indonesia telah lakukan sangat jauh dari harapan, terutama dari segi moral. Terlalu banyak kepentingan yang bermain di dalamnya.

Dan setiap menginjak atau memasuki semester genap bagi kelas IX dan kelas XII, maka pembelajaran mereka tak akan lagi efektif dan justru terjadi pengerdilan pembelajaran, karena KBM yang terjadi adalah pembelajaran intensif dengan mengutamakan hapalan.

Tapi, kita sebgai rakyat dan pelajar tak akan bisa berbuat apa-apa, karena "merekalah" yang memiliki kekuasaan untuk membentuk sebuah aturan. Dan oleh karena itu, tak ada gunanya bagi kita untuk mengeluh yang justru membuat hati kita tak karuan dan akhirnya menjadi penyakit bagi raga kita. So, let's face it with smile and prepare ourself as best as we can!
Study harder dude!
Cheers!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. ...