*Tulisan ini telah saya posting di www.sman1sumedang.com, untuk memenuhi tugas PKn tentang pembuatan artikel mengenai dampak globalisasi.
ADIMA I.A. NOORS
XII IPA 2
(sumber : Buku Pendidikan Kewarganegaraan SMA Kelas XII, Bambang Suteng, dkk.)
PENGERTIAN
Globalisasi memiliki arti yang beragam, karena setiap ahli mempunyai cara berpikir dan pendekatan yang berbeda untuk melihat dan memahami apa itu globalisasi. Tapi itu bukanlah suatu masalah yang harus diperdebatkan, justru dengan adanya beragam pendapat mengenai pengertian globalisasi kita bisa melihat globalisasi dari beragam sudut pandang. Dan secara tidak kita sadari, dengan memahami setiap pengertian yang ada, kita telah mampu untuk berpikir kritis dan tidak membatasi ruang berpikir serta pandangan otak kita terhadap permasalahan globalisasi. Satu hal yang harus bisa kita mengerti adalah pada intinya globalisasi merupakan suatu proses menuju kehidupan global. Ini sejalan dengan fakta bahwa kata globalisasi, yang dipopularkan oleh Theodore Lavitte pada tahun 1985, berarti sebuah proses tumbuhnya kesadaran global bahwa dunia adalah sebuah lingkungan yang terbangun sebagai kesatuan utuh.
ASPEK GLOBALISASI
Globalisasi dewasa ini telah masuk ke hampir seluruh segi kehidupan umat manusia di dunia dan tak dapat kita pungkiri bahwa sebenarnya yang memainkan peranan utama dalam memberikan efek globalisasi adalah para negara maju dan yang setia menjadi objek dari itu semua adalah semua negara berkembang seperti negara kita, Indonesia.
Menurut Muhtarom (2005) ada tujuh aspek globalisasi, yaitu:
1. Globalisasi Informasi dan Komunikasi.
2. Globalisasi Ekonomi.
3. Globalisasi Hukum.
4. Globalisasi Politik.
5. Globalisasi Ilmu Penegetahuan.
6. Globalisasi Budaya.
7. Globalisasi Agama.
DAMPAK GLOBALISASI
Seperti yang telah disebutkan di awal, yang memiliki peranan utama dalam globalisasi adalah semua negara besar atau semua negara maju dan yang menjadi objeknya adalah para negara berkembang, misalnya Indonesia. Itulah kenapa proses globalisasi digerakan oleh ideologi neoliberalisme yang amat dekat dan bahkan identik dengan paham ekonomi kapitalisme. Paham kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang dikembangkan oleh Adam Smith, seorang filsuf dan ahli ekonomi dari Skotlandia. Kapitalisme memiliki ciri-ciri pokok, antara lain:
1. Sebagian besar sarana produksi dan distribusi dimiliki oleh individu.
2. Barang dan jasa diperdagangkan di pasar bebas (free market) yang bersifat kompetitif.
3. Modal baik berupa unag maupun bentuk kekayaan lainnya diinvestasikan ke dalam berbagai usaha untuk menghasilkan laba.
Dengan paham ekonomi seperti itu, kaum neoliberal yakin bahwa pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dicapai melalui persaingan atau kompetisi dan pasar bebas, tanpa adanya suatu perlindungan atau subsidi dari Pemerintah bagi para pengusaha kecil sebagai suatu bentuk perlindungan dan untuk mewujudkan keadilan sosial. Jelas paham ekonomi tersebut tidaklah sesuai dengan situasi negara berkembang dan hanya akan membuat si kaya semakin kaya dan si miskin semakin miskin.
Kita juga tidak bisa menutup mata bahwa kehidupan di negara maju telah berpengaruh banyak terhadap kehidupan di negara Indonesia. Negara maju yang pada umumnya memiliki kehidupan yang liberal, telah menimbulkan adanya degradasi moral. Karena dengan efek globalisasi gaya hidup yang mudah kita lihat dan dengar melaui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat kita tidak sungkan untuk mengikuti setiap kebiasaan liberal masyarakat negara-negara maju tanpa memerdulikan norma dan moral yang ada. Itulah yang menyebabkan terjadinya degradasi moral.
KAUM TRANSFORMATIF
Tapi itu semua janganlah membuat kita menjadi sekelompok orang yang skeptis dalam menyikapi setiap proses globalisasi yang ada. Marilah kita menjadi kaum transformatif, yang mengambil posisi tengah. Bukan berarti kita tidak mempunyai pendirian, tapi lebih kepada kita bertindak hati-hati, selektif dan kritis melihat setiap permasalahan yang ada, yang dalam hal ini permasalahan globalisasi. Bila memang globalisasi itu bisa menguntungkan negara kita, kita harus mampu memanfaatkannya. Seperti mempromosikan kebudayaan dan pariwisata negara Indonesia agar mampu dikenal luas di dunia global.
Terlepas dari itu semua, kita memang hidup di dunia yang sama yang secara kita sadari ataupun tidak, kita memang saling membutuhkan. Kita hanya perlu menguatkan fondasi dan prinsip hidup kita masing-masing secara kuat, agar mampu berintregasi secara global tanpa harus kehilangan identitas dan terbawa-bawa arus yang tak jelas.
ADIMA I.A. NOORS
XII IPA 2
(sumber : Buku Pendidikan Kewarganegaraan SMA Kelas XII, Bambang Suteng, dkk.)
PENGERTIAN
Globalisasi memiliki arti yang beragam, karena setiap ahli mempunyai cara berpikir dan pendekatan yang berbeda untuk melihat dan memahami apa itu globalisasi. Tapi itu bukanlah suatu masalah yang harus diperdebatkan, justru dengan adanya beragam pendapat mengenai pengertian globalisasi kita bisa melihat globalisasi dari beragam sudut pandang. Dan secara tidak kita sadari, dengan memahami setiap pengertian yang ada, kita telah mampu untuk berpikir kritis dan tidak membatasi ruang berpikir serta pandangan otak kita terhadap permasalahan globalisasi. Satu hal yang harus bisa kita mengerti adalah pada intinya globalisasi merupakan suatu proses menuju kehidupan global. Ini sejalan dengan fakta bahwa kata globalisasi, yang dipopularkan oleh Theodore Lavitte pada tahun 1985, berarti sebuah proses tumbuhnya kesadaran global bahwa dunia adalah sebuah lingkungan yang terbangun sebagai kesatuan utuh.
ASPEK GLOBALISASI
Globalisasi dewasa ini telah masuk ke hampir seluruh segi kehidupan umat manusia di dunia dan tak dapat kita pungkiri bahwa sebenarnya yang memainkan peranan utama dalam memberikan efek globalisasi adalah para negara maju dan yang setia menjadi objek dari itu semua adalah semua negara berkembang seperti negara kita, Indonesia.
Menurut Muhtarom (2005) ada tujuh aspek globalisasi, yaitu:
1. Globalisasi Informasi dan Komunikasi.
2. Globalisasi Ekonomi.
3. Globalisasi Hukum.
4. Globalisasi Politik.
5. Globalisasi Ilmu Penegetahuan.
6. Globalisasi Budaya.
7. Globalisasi Agama.
DAMPAK GLOBALISASI
Seperti yang telah disebutkan di awal, yang memiliki peranan utama dalam globalisasi adalah semua negara besar atau semua negara maju dan yang menjadi objeknya adalah para negara berkembang, misalnya Indonesia. Itulah kenapa proses globalisasi digerakan oleh ideologi neoliberalisme yang amat dekat dan bahkan identik dengan paham ekonomi kapitalisme. Paham kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang dikembangkan oleh Adam Smith, seorang filsuf dan ahli ekonomi dari Skotlandia. Kapitalisme memiliki ciri-ciri pokok, antara lain:
1. Sebagian besar sarana produksi dan distribusi dimiliki oleh individu.
2. Barang dan jasa diperdagangkan di pasar bebas (free market) yang bersifat kompetitif.
3. Modal baik berupa unag maupun bentuk kekayaan lainnya diinvestasikan ke dalam berbagai usaha untuk menghasilkan laba.
Dengan paham ekonomi seperti itu, kaum neoliberal yakin bahwa pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dicapai melalui persaingan atau kompetisi dan pasar bebas, tanpa adanya suatu perlindungan atau subsidi dari Pemerintah bagi para pengusaha kecil sebagai suatu bentuk perlindungan dan untuk mewujudkan keadilan sosial. Jelas paham ekonomi tersebut tidaklah sesuai dengan situasi negara berkembang dan hanya akan membuat si kaya semakin kaya dan si miskin semakin miskin.
Kita juga tidak bisa menutup mata bahwa kehidupan di negara maju telah berpengaruh banyak terhadap kehidupan di negara Indonesia. Negara maju yang pada umumnya memiliki kehidupan yang liberal, telah menimbulkan adanya degradasi moral. Karena dengan efek globalisasi gaya hidup yang mudah kita lihat dan dengar melaui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat kita tidak sungkan untuk mengikuti setiap kebiasaan liberal masyarakat negara-negara maju tanpa memerdulikan norma dan moral yang ada. Itulah yang menyebabkan terjadinya degradasi moral.
KAUM TRANSFORMATIF
Tapi itu semua janganlah membuat kita menjadi sekelompok orang yang skeptis dalam menyikapi setiap proses globalisasi yang ada. Marilah kita menjadi kaum transformatif, yang mengambil posisi tengah. Bukan berarti kita tidak mempunyai pendirian, tapi lebih kepada kita bertindak hati-hati, selektif dan kritis melihat setiap permasalahan yang ada, yang dalam hal ini permasalahan globalisasi. Bila memang globalisasi itu bisa menguntungkan negara kita, kita harus mampu memanfaatkannya. Seperti mempromosikan kebudayaan dan pariwisata negara Indonesia agar mampu dikenal luas di dunia global.
Terlepas dari itu semua, kita memang hidup di dunia yang sama yang secara kita sadari ataupun tidak, kita memang saling membutuhkan. Kita hanya perlu menguatkan fondasi dan prinsip hidup kita masing-masing secara kuat, agar mampu berintregasi secara global tanpa harus kehilangan identitas dan terbawa-bawa arus yang tak jelas.
Komentar
Posting Komentar