Langsung ke konten utama

1931-2010. Dan di Saat Terakhir ...



Semua yang telah terjadi,
tak sepantasnya kita sesali.
Apalagi menentang, melawan takdir yang terjadi.
Karena sungguh, itulah yang terbaik dari Illahi.

Selama hampir setahun kau berjuang,
melawan kerasnya penyakit jantung yang kau dera.
Dan umur pun menjadi penyakit kedua untuk mu.
Tapi, tekad mu kuat untuk bertahan hidup.

Segala daya upaya kau lakukan,
dibantu oleh isteri, anak, cucu dan saudara.
Mereka semua ikut membantu,
walau hati tetap pesimis.
"Umur menjadi kendala", ucap mereka lirih.

Di usia senja, kematian memang semakin terlihat jelas.
Entah dengan datangnya sebuah penyakit,
atau bahkan menusuk tiba-tiba ke dalam diri.

Tapi, kita adalah manusia,
yang hanya wajib berusaha.
Bila memang mampu secara materi, kenapa tidak mencoba segala macam obat?
Karena dengan ikhlasnya kita yang membantu,
merupakan pahala yang kela karenaya kita akan dibantu.

Tapi terlepas itu semua.
Terlepas dari semua rasa pesimis yang ada.
Kau, kami tetap berjuang semangat.
Padahal tidak ada lagi cita-cita dunia yang kau kejar.
Semua telah kau dapatkan.
Bila materi bukan menjadi ukuran.

Hingga akhirnya, kau terbaring di Rumah Sakit.
Masih terus mencoba melawan sakit.
Dan aku menemani, bermaksud untuk menjadi cucu yang baik.
Tapi ternyata di saat terakhir, di malam sebelum kau tiada.
Aku tak bisa menjadi baik,
bukan karena aku tak bisa menemani.
Tapi karena sifat ku yang tak baik,
di balut ego kesenangan pribadi.

Huft...
Padahal kau beberapa kali menunjukan sayang mu padaku.
Tapi aku tak pernah bisa menunjukan itu pada mu.
Dan bahkan di saat terakhir sekalipun.

Ku memang bisa bersamamu, melihat dan memegang wajah mu,
tapi ego ku terlalu besar untuk menjadi seseorang yang baik...

Maafkan aku ya Allah..
Maafkan aku, Aki...
I really love you, I just can't say it or show it tou you. It all just because of my fuckin' ego!

Innalillahi wa inna Illaahi roji'un...



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. ...