WHY CAN'T YOU LIVE WITHOUT THE ATTENTION?
Jarak bukanlah masalah di zaman Globalisasi seperti sekarang ini. Dengan semakin canggihnya alat komunikasi, jarak bukan lagi menjadi sebuah halangan bagi kita semua untuk bertegur sapa. Tidak hanya dengan keluarga, teman, kekasih, bahkan dengan orang-orang yang kita tidak kenal sekalipun, komunikasi dewasa ini amat mudah kita lakukan. Tapi, layaknya dua sisi mata pisau, komunkasi yang dalam hal ini diwakili oleh situs jejaring sosial, mempunyai dua sisi yang berlawanan. Tak bisa kita pungkiri, karena itulah konsekuensi logis sebuah penemuan atau lahitnya suatu alat/barang baru.
Dan sebagai manusia, kita sudah seharusnya menyikapi kedua akibat tersebut, positif dan negatif, secara utuh dan dengan bijak. Masih hangat dalam ingatan kita, banyak bermunculan kasus kriminal, penculikan/perkosaan/dan lain senagainya, yang terjadi akibat terjadinya sebuah interaksi antara dua insan yang tak saling mengenal di salah satu situs jejaring sosial paling populer sekarang ini, yaitu Facebook dan yang cukup menyita perhatian warga Indonesia adalah kasus dimana ada siswa yang secara terang-terangan menghina dan sedikit "mengancam" akan membunuh guru mereka sendiri.
Dengan munculnya banyak kasus, masyarakat yang dalam hal ini dimobilitasi oleh dramatisasi opini media, mulai resah dengan kehadiran situs jejaring sosial. Mulai banyak orang yang berani berkoar agar dibuat aturan khusus dalam menyikapi masalah dan efek negatif dari hadirnya situs jejaring sosial tersebut dan bahkan tak sedikit yang bersifat lebih ekstrem dengan meyuarakan agar semua situs jejaring sosial, Facebook/Twitter/MySpace/Friendster/dan lain sebagainya, ditutup atau dilarang di buka dan digunakan di Indonesia.
Suara-suara keras banyak bermunculan menyikapi fenomena tersebut, ada yang mendukung dan tentu saja ada yang menolak. Yang jelas peristiwa tersebut amat mengagetkan semua pengguna situs jejaring sosial tersebut, apalagi dengan fakta bahwa pengguna situs jejaring sosial di Indonesia, Facebook khususnya, mampu mendududki peringkat ketiga dunia. Mmm...entah sesuatu yang membanggakan atau sesuatu yang justru memalukan.
Tapi, satu hal yang pasti dan harus kita sadari adalah, kita bagaimanapun juga tidak bisa dan sangat lah tidak bijak bila menyalahkan sepenuhnya pada sebuah situs jejaring sosial tersebut atas apa yang telah terjadi. Karena, apakah kita akan menyalahkan sebuah pisau bila pisau itu digunakan seseorang untuk membunuh seseorang lainnya?
Kita harus bersyukur mampu hidup atau diberi kesempatan hidup di zaman seperti ini, dimana teknologi sangat membantu kita dalam menjalani beratnya hidup. Teknologi membuat semuanya terasa lebih mudah untuk kita jalani. Begitu juga dengan situs jejaring sosial yang ada sekarang ini, situs-situs tersebut membuat kita lebih mudah mendekatkan diri dengan teman-teman kita dan lebih jauhnya berkenalan dengan orang-orang yang tentu saja awalnya tidak kita ketahui. Di dalamnya kita bisa berbagi cerita, pengalaman, saling bertukar pikiran dan mungkin menjalin persahabatan bahkan percintaan. Semua hal yang kita anggap mustahil kini menjadi sebuah hal mudah untuk kita lakukan. Dan persoalan pun muncul, ketika kata "terlalu" mulai melekat pada semua pengguna situs jejaring sosial di seluruh dunia. Mereka menjadi seperti seorang yang ketagihan untuk selalu membuka akun pribadi mereka, mereka mulai menghabiskan waktu mereka hanya untuk bersosialisasi semu dengan semua teman-teman semu nya.
Bagaimanapun juga, sesuatu hal perlu dan harus ada batasnya. Kita sebagai manusia, harus mampu mengatur "benda" tersebut, bukan justru"benda" tersebut mengatur kehidupan kita, manusia yang jelas mempunyai akal dan pikiran.
CENTER OF ATTENTION
Mulai terjadi pergeseran moral dan pembentukan karakter baru pada setiap pengguna situs jejaring sosial yang tidak mampu mengendalikan hasrat mereka. Dari awalnya mereka hanya saling berbagi sesuatu yang bersifat umum, kini mereka mulai haus dan menginginkan banyak nya perhatian dari orang, yang justru kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang tak mereka ketahui. Mereka saling berkompetisi untuk mempunyai banyak "teman", yang walaupun mereka tak kenal dan tak seditpun rasa untuk ingin saling mengenal. Tak berhenti di situ, guna mendapatkan banyak nya perhatian di dunia maya tersebut, mereka mulai berbagi atau menceritakan sesuatu hal sebetulnya sangat pribadi dan sensitif. Dan tak sedikit dari mereka justru mengambil jalan sebaliknya untuk mendapatkan perhatian itu, mereka menuliskan hal-hal yang berbau porno, menghina, kata-kata kotor penuh amarah, meghasut untuk melakukan hal-hal yang negatif dan bahkan mengumumkan setiap perilaku atau aktifitas negatif mereka yang sebetulnya amat tak layak untuk menjadi konsumsi publik, terlebih lagi kepada mereka yang tak mereka kenal.Dari sini mulai terlihat jelas, bahwa di zaman sekarang, privasi bukanlah menjadi sebuah hal yang patut kita hargai atau banggakan. Semua orang dengan bangga memperlihatkan atau memberitahukan hal-hal privasi mereka, hal-hal buruk yang mereka lakukan dan dosa yang telah mereka lakukan kepada khalayak luas, hanya untuk mendapatkan sebuah perhatian.
SEDIKIT SOLUSI
Tak ada salahnya untuk saing berbagi karena itulah hakikatnya hidup. Kita harus mampu berbagi pengalaman dengan orang lain, agar pengetahuan kita bertambah dan kita pun mampu mempelajari sesuatu hal dari pengalaman orang lain. Saling bertukar pikiran, saling memberi masukan, memberikan motivasi, menghibur dan semua kegiatan positif lainnya. Dan kita pun tak bisa memungkiri bahwasannya kita memang selalu membutuhkan sebuah perhatian. Tapi yang perlu kita ingat di sini adalah kita harus mampu menyikapi sesuatu nya secara utuh dan secara bijak, kita harus mampu berpikir panjang sebelum kita berbagi sesuatu. Apakah hal ini layak untuk diketahui orang lain? apakah hal ini tak akan menyakiti oarang lain? apakah memang hal ini tak akan menganggu hak orang lain??
Intinya, situs jejaring sosial yang ada, harus mampu membentuk kita menjadi seseorang yang bersikap dewasa. Jangan biarkan kita gadaikan privasi kita hanya untuk sebuah ketenaran di sebuah dunia tak nyata bersama semua teman-teman tak nyata kita.
GET REAL, DUDE!
PEACE and CHEERS!
Jarak bukanlah masalah di zaman Globalisasi seperti sekarang ini. Dengan semakin canggihnya alat komunikasi, jarak bukan lagi menjadi sebuah halangan bagi kita semua untuk bertegur sapa. Tidak hanya dengan keluarga, teman, kekasih, bahkan dengan orang-orang yang kita tidak kenal sekalipun, komunikasi dewasa ini amat mudah kita lakukan. Tapi, layaknya dua sisi mata pisau, komunkasi yang dalam hal ini diwakili oleh situs jejaring sosial, mempunyai dua sisi yang berlawanan. Tak bisa kita pungkiri, karena itulah konsekuensi logis sebuah penemuan atau lahitnya suatu alat/barang baru.
Dan sebagai manusia, kita sudah seharusnya menyikapi kedua akibat tersebut, positif dan negatif, secara utuh dan dengan bijak. Masih hangat dalam ingatan kita, banyak bermunculan kasus kriminal, penculikan/perkosaan/dan lain senagainya, yang terjadi akibat terjadinya sebuah interaksi antara dua insan yang tak saling mengenal di salah satu situs jejaring sosial paling populer sekarang ini, yaitu Facebook dan yang cukup menyita perhatian warga Indonesia adalah kasus dimana ada siswa yang secara terang-terangan menghina dan sedikit "mengancam" akan membunuh guru mereka sendiri.
Dengan munculnya banyak kasus, masyarakat yang dalam hal ini dimobilitasi oleh dramatisasi opini media, mulai resah dengan kehadiran situs jejaring sosial. Mulai banyak orang yang berani berkoar agar dibuat aturan khusus dalam menyikapi masalah dan efek negatif dari hadirnya situs jejaring sosial tersebut dan bahkan tak sedikit yang bersifat lebih ekstrem dengan meyuarakan agar semua situs jejaring sosial, Facebook/Twitter/MySpace/Friendster/dan lain sebagainya, ditutup atau dilarang di buka dan digunakan di Indonesia.
Suara-suara keras banyak bermunculan menyikapi fenomena tersebut, ada yang mendukung dan tentu saja ada yang menolak. Yang jelas peristiwa tersebut amat mengagetkan semua pengguna situs jejaring sosial tersebut, apalagi dengan fakta bahwa pengguna situs jejaring sosial di Indonesia, Facebook khususnya, mampu mendududki peringkat ketiga dunia. Mmm...entah sesuatu yang membanggakan atau sesuatu yang justru memalukan.
Tapi, satu hal yang pasti dan harus kita sadari adalah, kita bagaimanapun juga tidak bisa dan sangat lah tidak bijak bila menyalahkan sepenuhnya pada sebuah situs jejaring sosial tersebut atas apa yang telah terjadi. Karena, apakah kita akan menyalahkan sebuah pisau bila pisau itu digunakan seseorang untuk membunuh seseorang lainnya?
Kita harus bersyukur mampu hidup atau diberi kesempatan hidup di zaman seperti ini, dimana teknologi sangat membantu kita dalam menjalani beratnya hidup. Teknologi membuat semuanya terasa lebih mudah untuk kita jalani. Begitu juga dengan situs jejaring sosial yang ada sekarang ini, situs-situs tersebut membuat kita lebih mudah mendekatkan diri dengan teman-teman kita dan lebih jauhnya berkenalan dengan orang-orang yang tentu saja awalnya tidak kita ketahui. Di dalamnya kita bisa berbagi cerita, pengalaman, saling bertukar pikiran dan mungkin menjalin persahabatan bahkan percintaan. Semua hal yang kita anggap mustahil kini menjadi sebuah hal mudah untuk kita lakukan. Dan persoalan pun muncul, ketika kata "terlalu" mulai melekat pada semua pengguna situs jejaring sosial di seluruh dunia. Mereka menjadi seperti seorang yang ketagihan untuk selalu membuka akun pribadi mereka, mereka mulai menghabiskan waktu mereka hanya untuk bersosialisasi semu dengan semua teman-teman semu nya.
Bagaimanapun juga, sesuatu hal perlu dan harus ada batasnya. Kita sebagai manusia, harus mampu mengatur "benda" tersebut, bukan justru"benda" tersebut mengatur kehidupan kita, manusia yang jelas mempunyai akal dan pikiran.
CENTER OF ATTENTION
Mulai terjadi pergeseran moral dan pembentukan karakter baru pada setiap pengguna situs jejaring sosial yang tidak mampu mengendalikan hasrat mereka. Dari awalnya mereka hanya saling berbagi sesuatu yang bersifat umum, kini mereka mulai haus dan menginginkan banyak nya perhatian dari orang, yang justru kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang tak mereka ketahui. Mereka saling berkompetisi untuk mempunyai banyak "teman", yang walaupun mereka tak kenal dan tak seditpun rasa untuk ingin saling mengenal. Tak berhenti di situ, guna mendapatkan banyak nya perhatian di dunia maya tersebut, mereka mulai berbagi atau menceritakan sesuatu hal sebetulnya sangat pribadi dan sensitif. Dan tak sedikit dari mereka justru mengambil jalan sebaliknya untuk mendapatkan perhatian itu, mereka menuliskan hal-hal yang berbau porno, menghina, kata-kata kotor penuh amarah, meghasut untuk melakukan hal-hal yang negatif dan bahkan mengumumkan setiap perilaku atau aktifitas negatif mereka yang sebetulnya amat tak layak untuk menjadi konsumsi publik, terlebih lagi kepada mereka yang tak mereka kenal.Dari sini mulai terlihat jelas, bahwa di zaman sekarang, privasi bukanlah menjadi sebuah hal yang patut kita hargai atau banggakan. Semua orang dengan bangga memperlihatkan atau memberitahukan hal-hal privasi mereka, hal-hal buruk yang mereka lakukan dan dosa yang telah mereka lakukan kepada khalayak luas, hanya untuk mendapatkan sebuah perhatian.
SEDIKIT SOLUSI
Tak ada salahnya untuk saing berbagi karena itulah hakikatnya hidup. Kita harus mampu berbagi pengalaman dengan orang lain, agar pengetahuan kita bertambah dan kita pun mampu mempelajari sesuatu hal dari pengalaman orang lain. Saling bertukar pikiran, saling memberi masukan, memberikan motivasi, menghibur dan semua kegiatan positif lainnya. Dan kita pun tak bisa memungkiri bahwasannya kita memang selalu membutuhkan sebuah perhatian. Tapi yang perlu kita ingat di sini adalah kita harus mampu menyikapi sesuatu nya secara utuh dan secara bijak, kita harus mampu berpikir panjang sebelum kita berbagi sesuatu. Apakah hal ini layak untuk diketahui orang lain? apakah hal ini tak akan menyakiti oarang lain? apakah memang hal ini tak akan menganggu hak orang lain??
Intinya, situs jejaring sosial yang ada, harus mampu membentuk kita menjadi seseorang yang bersikap dewasa. Jangan biarkan kita gadaikan privasi kita hanya untuk sebuah ketenaran di sebuah dunia tak nyata bersama semua teman-teman tak nyata kita.
GET REAL, DUDE!
PEACE and CHEERS!
weh... marah nih... hehe... ujian ujian
BalasHapus