Langsung ke konten utama

PL I/PPL

Seperti yang telah saya singgung di dalam tulisan saya sebelumnya ( baca : Dengarkan Curhatku ), masa-masa yang sedang saya lewati ini atau tepatnya setelah saya melewati UAS Pengajaran, Ujian Akhir Pelatihan, Tes Kesamaptaan dan yang paling terakhir adalah Praktek Lapangan I ( PL I ) atau Praktek Pengenalan Lapangan ( PPL ), merupakan masa-masa terakhir saya sebagai seorang Muda Praja IPDN angkatan XXI atau pangkat termuda di tingkatan pertama ( tingkat satu ) di dalam dunia pendidikan tinggi kedinasan, pendidikan tinggi kepamongprajaan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri ( IPDN ). Karena pada tanggal 19 Agustus 2011 ( kabar terakhir menyebutkan akan dipercepat menjadi tanggal 18 Agustus 2011 ), saya dan 99 rekan lainnya di kampus IPDN Daerah Kalimantan Barat khususnya dan umumnya seluruh rekan satu angkatan saya di seluruh kampus daerah ataupun yang ada di kampus pusat Jatinangor, berjumlah 1500 orang, berasal dari 33 provinsi di seluruh Indonesia dan lebih dari 500 kabupaten/kota, akan melakukan Yudicium ( kenaikan tingkat sekaligus pangkat ) menjadi seorang Madya Praja, tingkat dua di IPDN. Dan tak lama setelah itu, kami semua akan mendapatkan rehat “sejenak” dari segala rutinitas kami sebagai seorang Praja dalam sebuah siklus kehidupan praja, menjadi seorang manusia biasa, dalam sebentuk “hadiah” bernama “Cuti Hari Raya Idul Fitri”, terhitung dari tanggal 19 Agustus 2011 s.d. 17 September 2011.

Dalam tulisan ini, saya tidak akan menceritakan kisah-kisah saya selama Muda Praja, tidak..tidak sama sekali. Saya tidak akan menjadi se-lebay itu, karena bagi saya pribadi, perjalanan saya masih terlampau jauh dan akan semakin terasa jauh, semakin terasa panjangnya perjalanan ini bila harus dilakukan sebuah perenungan, mengenang masa-masa yang “hanya” terlewati selama satu tahun. Biar saja, saya menganggap itu semua menjadi suatu hal yang biasa, saya biarkan itu berjalan selayaknya dan sewajarnya, saya memilih untuk menjadi biasa dan akan membuat semua hal ini luar biasa bila saya telah melewati setiap tahapan di pendidikan ini.

Di tulisan ini, saya akan bercerita panjang lebar atau mungkin singkat padat mengenai pengalaman pertama saya melewati PL I / PPL.

PL I / PPL
Saya pribadi tidak tau secara pasti istilah mana yang paling tepat untuk menyebutkan kegiatan ini, apakah PL I atau PPL ? Tapi, untuk menghindari sebuah kerancuan maka saya akan menggunakan kedua istilah itu sekaligus. Karena menurut saya kedua istilah sama-sama benar, Praktek Lapangan I dilakukan oleh Muda Praja, karena masih merupakan tingkatan yang paling bawah, maka Praktek Lapanagan ini hanya bertujuan sebagai suatu wahana pengenalan saja sehingga disebut sebagai Praktek Pengenalan Lapangan lalu karena Praktek Lapangan ini dilakukan secara berkelanjutan di setiap tingkatannnya, dan karean ini merupakan Praktek Lapangan yang pertama maka disebut lah Praktek Lapangan I. So, I prefer to call it : PL I / PPL. :)

PL I / PPL secara sederhanaya merupakan sebuah Kuliah Kerja Nyata ( KKN ) atau Praktek Kuliah Lapangan ( PKL ) bila kita coba analogikan dengan apa yang ada di Perguruan tinggi lainnya dan karena memang secara umum gambaran kegiatan yang dilakukannya memang tidak jauh berbeda. Satu hal yang berbeda, bila KKN di perguruan tinggi lainnya dilakukan di saat semseter akhir, maka di IPDN Praktek Lapangan dilakukan setiap akhir semester genap di setiap tingkatannya. Hal ini dilakuakn karena sesuai dengan tujuan IPDN itu sendiri untuk mampu menyiapkan orang-orang Ahli Pemerintahan yang siap pakai.

Berikut saya akan jelaskan secara rinci berdasarkan Buku Petunjuk Teknis Praktek Lapangan I Muda Praja Angkatan XXI IPDN Kampus Kalimantan Barat




LATAR BELAKANG PL




Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) sebagai lembaga pendidikan kedinasan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri merupakan penggabungan STPDN dan IIP berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) dengan Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) menjadi Intitut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Sesuai dengan visi IPDN, yakni “Menjadi Lembaga Pendidikan Tinggi kepamongprajaan yang terpercaya dalam mengemban tugas pengembangan ilmu, pembentukan perilaku kepamongan dan penyedia kader pemerintahan yang terampil”, maka dalam aplikasinya visi tersebut ditempuh melalui tiga jalur pendidikan yaitu pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan atau disingkat Jarlatsuh.

Praktik Lapangan (PL), sebagai upaya mengimplementasi isi pelatihan-pelatihan yang diperoleh di kampus merupakan ciri khas kegiatan IPDN yang diselenggarakan di lingkungan pemerintahan desa/kelurahan dan masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan pemerintahan desa/kelurahan tersebut. Pelaksanaan PL dilaksanakan IPDN setiap akhir semester genap dan berjenjang mulai tingkat Muda, Madya, Nindya hingga Wasana Praja. Melalui PL para Praja akan mendapatkan pengalaman belajar dari lapangan atau di luar kampus. Kedudukan praktik lapangan sebagai implementasi kegiatan pelatihan adalah wajib, artinya Praja diharuskan untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan PL tanpa terkecuali. Praja yang berhasil mengikuti PL adalah mereka yang dinyatakan LULUS oleh Pamong Pengasuh dan Pembimbing Teknis. Untuk dinyatakan berhasil atau LULUS para Praja hendaknya menunjukkan; (1) keaktifan, (2) kecakapan, (3) kemampuan bekerja sama, (4) disiplin, (5) hasil praktik, dan (6) menyelesaikan laporan kegiatan.
Praktek lapangan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat pada dasarnya merupakan pengamalan praktis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dilakukan oleh sebuah perguruan tinggi secara melembaga melalui metode ilmiah langsung kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam upaya ikut serta menyukseskan penyelenggaraan program pemerintah dan pemerintah daerah melalui transfer of knowledge, transfer of ability, dan transfer of value. Di samping itu, pengabdian kepada masyarakat juga berfungsi memberikan pengalaman belajar kepada Praja untuk hidup di tengah masyarakat dengan membantu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya melalui keterpaduan dharma pendidikan/pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat secara interdisipliner dan antar sektor.

Secara umum, beberapa pemikiran yang melatarbelakangi perlunya penyelenggaraan praktek lapangan oleh IPDN ini antara lain:
1. Keterbatasan Praja dalam menggali pengetahuan dan ketrampilan teknis maupun praktis di kampus, sehingga perlu melengkapinya dengan terjun kelapangan;
2. Perlunya keserasian antara perkembangan ilmu (teori) di kelas dengan kondisi emperik di lapangan (transfer of knowledge);
3. Perlunya proses pendewasaan Praja melalui belajar mengenal dan berhadapan langsung (interaksi) dengan segenap unsur pemerintah daerah (user) terutama pada level terbawah termasuk masyarakat (end user).

Berdasarkan pertimbangan tersebut, fungsi praktek lapangan bagi Praja utamanya adalah sebagai wahana untuk memperkaya atau melengkapi khasanah pengetahuan kepemerintahan dengan cara:
1. Memberikan pemahaman kepada Praja secara langsung mengenai berbagai aktifitas penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyarakatan;
2. Meningkatkan kemampuan Praja untuk melakukan analisis potensi dan masalah, berikut konsep pemecahannya;
3. Mmeningkatkan kemampuan Praja untuk melakukan/memperagakan/ mengikuti aktivitas manajerial kepemerintahan di lapangan;
4. Meningkatkan kemampuan Praja untuk melakukan pengadian intelektual kepada masyarakat;
5. Memberi peluang kepada para dosen, pelatih, dan pengasuh untuk sebagai pendorong dalam meningkatkan profesinya melalui kegiatan proses pembimbingan kepada Praja di lapangan;
6. Memberi motivasi bagi aparat pemerintahan desa dalam upaya menyukseskan pelaksanaan program-program pemerintah dan pemerintah daerah.

Pelatihan lapangan sebagai bentuk metode belajar sambil bekerja, sehingga dapat memberikan peluang kepada peserta untuk menguji ide dan teknik tertentu yang dipelajarinya dari kehidupan nyata sehari-hari. Adapun pendekatan yang dipergunakan dalam praktek lapangan ini meliputi;
1. Emperical Rasional Strategy
Pendekatan ini beranjak pada pengalaman/kondisi obyektif secara rasional agar dapat diterima oleh semua pihak.
2. Normatifve Reeducative Strategy
Dalam pelaksanaan praktek lapangan perlu memperhatikan norma-norma, baik norma agama, norma hukum maupun norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
3. Partisipatif
Untuk memahami pengalaman orang lain atau memperoleh masukan, perlu yang bersangkutan melibatkan diri dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang/masyarakat lain tersebut.
4. Institusionalistis
Pendekatan yang memperhitungkan keterkaitan kegiatan dengan lembaga- lembaga/organisasi.

Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaan praktek lapangan antara lain:
1. Dokumentasi dan Survei
Dilakukan dalam upaya untuk memahami gejala secara mendalam, dengan cara pengumpulan data secara sistematis dan intensif.
2. Bhakti Sosial (Baksos)
Praja ikut terjun langsung dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dengan maksud untuk memotivasi masyarakat agar berpartisasi dalam kegiatan pembangunan.
3. Diskusi
Digunakan oleh Praja dalam kegiatan bersama-sama masyarakat maupun antar Praja dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan yang muncul di lapangan.
4. Promosi
Dilakukan dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang IPDN kepada perangkat desa dan masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih dekat mengenal dan memahami keberadaan/eksistensi lembaga pendidikan IPDN.










MAKSUD DAN TUJUAN PL




1. Maksud
Praktek Lapangan I merupakan wujud implementasi tridharma perguruan tinggi, khususnya dharma pengabdian pada masyarakat.

2. Tujuan
Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penyelenggaraan Praktek Lapangan I antara lain:
a. Agar Muda Praja mengetahui, mengenal, dan membantu berbagai aktivitas kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan pada lokasi praktik sesuai program dan kegiatan pemerintah daerah dan lembaga;
b. Agar Muda Praja memiliki penguasaan, kemampuan, dan keterampilan teknis dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di desa lokasi praktik;
c. Agar setiap Muda Praja mengetahui kondisi obyektif penyelenggaraan pemerintahan di desa sebagai input sekaligus memperkaya pendalaman materi yang telah diperoleh dalam perkuliahan;
d. Agar setiap Muda Praja memperoleh bekal memadai sekaligus pembanding dalam penyelenggaraan praktik lapangan selanjutnya.










PENYELENGGARAAN PL




Sebagai sebuah tradisi akademik, sesuai dengan kurikulum dan kalender akademik IPDN dikenal adanya 5 (lima) jenis penyelenggaraan praktek lapangan, yaitu:
1. Praktek Lapangan I untuk Muda Praja (tingkat I) dilaksanakan pada semester II;
2. Praktek Lapangan II untuk Madya Praja (tingkat II), dilaksanakan pada semester IV;
3. Praktek Lapangan III untuk Nindya Praja (tingkat III), dilaksanakan pada semester VI;
4. Bhakti Karya Praja (BKP)/Latsitarda Nusantara untuk Wasana Praja (tingkat IV), dilaksanakan pada semester VII; dan
5. Magang untuk Wasana Praja dilaksanakan pada semester VIII.

Tahapan penyelenggaraan praktek lapangan disesuaikan dengan kompleksitas masalah dan tingkat kemampuan Praja, diamsusikan tingkat permasalahan yang dihadapi di lokasi praktek lapangan masih bersifat mendasar dan relatif tidak kompleks/rumit dan kemampuan pemahamanya masih terbatas, sehingga tujuan peyelenggaraaan praktek lapangan masih sebatas mengenal, mempelajari dan mengetahui aktivitas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan pada tingkat desa. Semakin tinggi tingkatan Praja berkorelasi terhadap kompleksitas masalah yang memadai sesuai dengan materi perkuliahan dan pelatihan yang sudah diproses di kelas.

Namun demikian, terkadang perencanaan yang telah disusun oleh Bagian Pelatihan tidak sesuai dengan kenyataan atau kondisi di lapangan, terutama dari pihak pemerintah desa dan masyarakat yang seolah-olah tidak mau tau atau tidak peduli dengan keterbatasan Praja selaku peserta praktek. Praja (khususnya Muda Praja) umumnya dianggap sudah mampu dan menguasai berbagai permasalahan yang dihadapi oleh keduanya. Bahkan terkadang pula masyarakat mengharapkan adanya bantuan setiap kali desa menjadi sasaran lokasi praktek. Pemahaman tersebut dilatarbelakangi karena pada umumnya peserta praktek lapangan (kuliah kerja nyata) adalah para mahasiswa yang sudah senior atau akan menyelesaikan perkuliahan, sehingga wajar pihak pemerintah desa dan masyarakat menuntut lebih karena para mahasiswa sudah diekali pengetahuan dan keterampilan yang memadai.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, koordinasi timbal balik secara intensif sangat diperlukan antara berbagai pihak, terutama antara Bagian Pelatihan selaku leading sector penyelenggaraan praktek lapangan dengan pihak pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah dapat mengkomunikasiakan secara langsung dan memberikan pemahaman menyeluruh kepada pihak pemerintah kecamatan, desa dan masyarakat mengenai keterbatasan Praja.
Pada dasarnya, sasaran lokasi praktek lapangan pada semua tingkatan Praja adalah desa maupun kelurahan. Namun demikian, mereka diberikan beban untuk mampu menguasai dan melakukan pendampingan sesuai dengan tingkatanya sebagaimana matriks berikut :
Muda Praja
Pemahaman pada Tingkat Desa/Kelurahan
Madya Praja
Pemahaman pada Tingkat Kecamatan
Nindya Praja
Pemahaman pada Tingkat Kabupaten/Kota
Wasana Praja
Pemahaman pada Tingkat Provinsi

Makna Pendampingan pada setiap penyelenggaraan praktek lapangan adalah Praja hanya mendampingi/membantu saja, sedangkan aktor utama tetap dari pihak pemda (kabupaten, camat dan kades/lurah beserta perangkatnya, untuk tingkat kecamatan dan desa/kelurahan).
Bentuk pendampingan dapat berupa keterlibatan langsung atau interaksi yang dilakukan oleh Praja dalam mendampingi aparat dalam penyusunan berbagai program dan kegiatan maupun dalam bentuk pembekalan kepada aparat oleh sebuah tim fasilitator yang terdiri dari pihak emda, bingnis dan Praja.
Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai penyelenggaraan praktek lapangan, berikut disajikan perbedaan tiap-tiap jenjangnya :

JENIS KEGIATAN SASARAN TUJUAN
Praktek Lapangan I Muda Praja Mengenal, mempelajari, dan mengetahui kegiatan administrasi pemerintahan desa/kelurahan
Praktek Lapangan II Madya Praja Mengenal, mempelajari, dan membantu kegiatan penyelenggaraan organisasi pemerintahan desa/kelurahan
Praktek Lapangan III Nindya Praja Menelaah/menganalisis secara menyeluruh permasalahan di desa/ kelurahan berikut solusinya
BKP/Latsida Wasana Praja Berlatih memberikan layanan dan pengabdian kepada masyarakat










DASAR PENYELENGGARAAN PL I/PPL MUDA PRAJA ANG. XXI IPDN KAMPUS KALBAR DI KOTA PONTIANAK




Dasar hukum yang melatarbelakangi penyelenggaraan Praktek Lapangan I Tahun Akademik 2010/2011 di Kota Pontianak antara lain:
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Keputusan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) dengan Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) menjadi Intitut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN);
3. Keputusan Presiden RI Nomor 83/M Tahun 2009 tentang Pengangkatan Prof. Dr. Drs. I Nyoman Sumaryadi, M.Si. sebagai Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2009 tentang Kurikulum Program Diploma IV Institut Pemerintahan Dalam Negeri;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri;
6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 425.12-22 Tahun 2009 tentang Lokasi Institut Pemerintahan Dalam Negeri di Daerah;
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 420/397/IPDN/2011 tentang IPDN Kampus Kalbar.
8. Keputusan Rektor tentang kalender akademik 2011 Nomor 423-232 tahun 2011
9. Surat jawaban Walikota Pontianak Nomor 423.4/584/BKD/2011 tentang Pelaksanaan Kegiatan Praktek Lapangan I Muda Praja IPDN Tahun Akademik 2010/2011;
10. Keputusan Direktur IPDN Kampuas Kalimantan Barat Nomor 423.4-162- Tahun 2011 tanggal 18 Juni tentang Penugasan Pendampingan Praja di Lapangan Dalam Rangka Praktek Lapangan I Muda Praja Tahun Akademik 2010/2011 di Kota Pontianak;
11. Surat Direktur IPDN Nomor 424/155/2011 kepada Walikota Pontianak tanggal 4 Juli 2011 Rencana Ekspos dan Survei Teknis Praktek Lapangan I Bagi Muda Praja IPDN Tahun Akademik 2010/2011;
12. Surat Penyampaian Jadwal Nomor 423.4/159/2011 tentang Pembekalan Umum dan Khusus Bagi Peserta Praktek Lapangan I;







PL I/PPL di IPDN Kampus Kalbar dilaksanakan di 10 kelurahan di 3 kecamatan di Kota Pontianak. 100 Praja, terdiri dari 73 Praja Putra dan 27 Praja Putri yang ada di kampus ini,, dibagi kedalam 10 kelompok yang terdiri dari sepuluh Orang. Sehingga satu kelurahan ditempati oleh satu kelompok saja. Setiap kelompok dibimbing oleh satu Pembimbing Teknis, setiap kecamatan dipimpin atau dikoordinir oleh satu Kasatlatcam ( Kepala Satuan Latihan Kecamatan ) dengan satu orang Petugas TU, lalu dipimpin langsung oleh satu orang Kasatlatkot ( Kepala Satuan Latihan Kota ). Setiap kelompok yang telah ditempatkan di setiap kelurahan, akan tinggal di rumah salah satu rumah warga di kelurahan tersebut atau biasa disebut dengan istilah Induk Semang ( Orang Tua Asuh ), pemilihan dan penempatan diatur sepenuhnya oleh setiap kelurahan. Hal ini bertujuan agar setiap praja mampu untuk bersosialisasasi dan belajar hidup bermasyarakat serta mendapatkan pengalaman langsung hidup di tengah-tengah masyarakat, karena dalam setiap penyelenggaraan PL terdiri dari dua program, yaitu Program Umum dan Program Khusus yang wajib serta harus dilaksanakan dengan baik oleh setiap prajanya. Program umum terdiri dari bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sedangkan program khusus adalah tugas yang diberikan oleh Bidang Pelatihan IPDN atau merupakan program kerja dari Pemerintah Daerah setempat.

Dalam PL I/PPL bagi muda praja bidang pemerintahan dan pembanguanan serta kemasyarakatannya di fokuskan pada tingakat kelurahan/desa, sehingga mereka setiap harinya akan mengenal, membantu, dan memahami tata kerja di lingkup kelurahan/desa dengan ikut bekerja/magang di kelurahan/desa setempat.

Saya sendiri masuk ke dalam kelompok IV, yang mendapatkan tugas di Kelurahan Sungai Beliung, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak dengan Pembimbing Teknis Pak Dang Dadan M., S.S.os. Saya ditempatkan di kelurahan tersebut bersama 9 rekan lainnya tediri dari 6 putra : Arif Setio Aji ( Jateng ), Ardian Anggawa P. P. ( NTB ), Riza Muntasir ( Aceh ), Calvin Bilasi ( Papua ), M. Angga S. ( Sumut ), dan Rudi Gunawan ( Jambi ) serta 3 orang Putri : Savitri ( Kalbar ), Febrian P. ( Banten ) dan Renny R. ( Kalteng ).

Beban terasa lebih berat saya rasakan dan terasa membebani pundak ini karena saya dipilih menjadi ketua kelompok IV kelurahan Sungai Beliung. Jujur saya akui, hal itu benar-benar terasa menjadi beban bagi saya, karena saya tidak terlalu mengerti tentang apa yang nantinya hendak kami perbuat di sana, apa yang harus kami lakukan. Saya masih blank dan takut. Karena ini adalah tentang hidup langsung di masyarakat dan kerja langsung di dunia kelurahan, sehingga setiap kesalahan sudah tidak bisa lagi kita lakukan, karena kesalahan pada hakikatnya hanya boleh kita lakukan di dunia pendidikan yang memang merupakan suatu dunia pembelajaran, sehingga suatu kesalahan menjadi wajar adanya. Tapi, di dunia nyata di lingkungan nyata, kesalahan sudah tidak lagi bisa dibenarkan bila kita lihat secara akademis dari sudut pandang idealis. Walaupun memang tidak begitu adanya, itu hanya bentuk pembenaran dari kekhawatiran yang saya miliki pada waktu itu.

Pembekalan yang diberikan lembaga yang bertujuan agar kita mempunyai suatu gambaran mengenai tugas kita nanti di lapangan benar-benar tidak terlalu membantu, setidaknya itu menurut saya pribadi. Karena dalam setiap pembekalan tidak ada yang menyebutkan secara pasti apa dan seperti apa, semua pemateri hanya menyebutkan gambaran secara umum, padahal secara jelas dan nyata kami ini masih tingkat pertama dan baru pertama menjalani praktek lapangan. Bahkan dari apa yang saya tangkap, pemateri menyebutkan tugas-tugas secara umum, yang saya pikir tidak sesuai dengan judul awal nya, yaitu Praktek Pengenalan Lapangan. Ya..tegang benar-benar saya rasakan!
Saya membayangkan dua minggu ( 27 Juli 2011 – 9 Agustus 2011 ) akan menjadi dua minggu terlama dan terberat yang akan saya jalani.
damn...

PELAKSANAAN PL I/PPL
Dan ternyata semua yang saya pikirkan dan rasakan memang terlalu berlebihan, dua minggu yang saya jalani menjadi dua minggu yang penuh dengan pengalaman berharga. Dua minggu itu memang berat adanaya, tapi tidak terlalu berat untuk dilewati, dua minggu itu memang lama adanya, tapi tidak terlalu lama untuk dilalui.

Di kelurahan Sungai Beliung ini, kami ( Kelompok IV ) ditempatkan di 3 Induk Semang ( untuk selanjutnya saya akan menyebutnya Orang Tua asuh ), yaitu :




ORANG TUA ASUH KELOMPOK IV




Bapak Franciscus X. Ijuk
Gg. Gandapura IA No. 26 RT/RW : 02/04
Praja yang tinggal :
1. Adima Insan Akbar Noors – 21.0431
2. Calvin Bilasi - 21.1398
3. Riza Muntasir – 21.0044

Bapak Yosef
Gg. Gandapura IA No. 18 RT/RW : 01/04
Praja yang tinggal :
1. Arif Setyo Aji - 21.0554
2. Ardian Anggawa - 21.0902
3. Rudi Gunawan - 21.0295
4. M. Angga S. - 21.0102

Bapak Haji Mahmud
Jl. Komyos Sudarso Gg. Lamtoro Jalur 3 No. 20
RT/RW : 05/05
Praja yang tinggal :
1. Febrian P. - 21.0542
2. Renny R. – 21.0796
3. Savitri – 21.0765







Di dalam penempatan Orang Tua Asuh ini saya sudah benar-benar bisa belajar bagaimana caranya hidup bermasyarakat dengan baik, karena dua orang tua asuh kami bergama nasrani. Tapi dengan sangat terbuka mau menerima kami dan bahkan rela menyiapkan makanan sahur untuk kami. Ini toleransi namanya!!

Dalam PL I/PPL ini pun saya bisa belajar banyak bagaimana gaya dan cara kepemimpinan saya masih harus banayak saya perbaiki, dengan jumlah yang hanya 10 orang saya belum mampu untuk berkonsolidasi dan memimpin rekan-rekan saya secara baik dan benar, ketika seharusnya sebuah kelompok itu disibukan oleh permasalahan tentang program kerja, tapi kelompok kami masih berkutat dengan permasalahan displin serta kebersamaan, sehingga saya akui secara fair kelompok kami sangat minimalis dalam setiap program kerja dalam setiap bidang yang ditugaskan.

Saya mersakan bagaimana susahnya mengatur 9 orang dengan watak yang berbeda berasal dari 9 provinsi yang berbeda. Sehingga saya menjadi tidak heran apabila melihat suatu pemimpin yang gagal dan juga sebaliknya saya akan memuji setinggi langit apabila ada pemimpin yang mampu memimpin dengan baik! I swear to God, it’s a hard job to do!!

Walaupun begitu, secara keselurahan kami ( Kelompok IV ) mampu melaksanakan tugas dengan baik, mampu mendapatkan apa yang menjadi tujuan dan maksud PL I/PPL ini. Setidaknya, setiap program kerja yang kami buat sendiri mampu kami kerjakan dengan baik.

Akhirnya PL I/PPL ini memang merupakan suatu pembelajaran serta pengalaman hidup yang benar-benar berharga bagi hidup dan kehidupan saya hari ini dan kedepannya nanti.
TERIMA KASIH KELOMPOK IV, TERIMA KASIH SUNGAI BELIUNG!
Don’t Forget Us!!




FOTO






















Komentar

  1. Lur blog na atos dipasang di blog item,
    kmaha yeuh kabarna blogger tanjungsari teh??
    hehehe

    BalasHapus
  2. hatur nuhun pisan bang kewok. hehehe...
    ayeuna mah blogger kalbar lur, sanes blogger tj.s deui. he...

    BalasHapus
  3. Siapa dan di mana untuk mengatur musim panas ini pada festival , iris informasi Anda.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang