Langsung ke konten utama

( masih ) D4 atau S1 ?

Ini masih tentang permasalahan yang sama, tentang tema lama yang kini kembali menghangat sehingga patut dan wajar untuk kembali saya perbincangkan. ( baca : D4 atau S1 ?, Munafik ?

Tulisan ini juga merupakan salah satu upaya saya untuk “membenarkan” teori serta pemikiran yang saya miliki berkenaan dengan D4 dan S1. 
Ini adalah upaya saya untuk semakin memantapkan hati, terus teguh terhadap idealisme yang saya miliki, berusaha untuk tidak tergerus oleh doktrin maupun pandangan umum masyarakat luas lainnya, mencoba untuk tetap yakin walau sendiri melawan dunia karena tak akan menjadi masalah untuk saya menjadi minoritas yang tertindas diantara banyaknya mayoritas berkelas, sejauh saya berada di jalur yang benar. 

Keyakinan saya adalah D4 dan S1 itu adalah dua hal yang berbeda, berbeda dalam jalur serta jenjang pendidikan, berbeda dalam hal tujuan serta hasil pendidikan yang dihasilkan. 
Jadi kenapa harus juga dipertentangkan? 
Kenapa kemudian harus ada pemahaman bahwa S1 itu setingkat lebih baik daripada D4? 
Kenapa D4 harus diidentikan dengan orang-orang yang tidak jauh lebih pintar atau cerdas daripada orang-orang yang masuk ke dalam S1? 
Kenapa? 

Pertanyaan itu dan segala pertanyaan yang sejenis itu, sungguh sangat mengganggu logika serta nurani saya, orang lain mungkin menganggap hal itu bukan suatu permasalahan yang besar, tapi bagi saya hal itu adalah suatu pembunuhan terhadap logika berpikir dan dalam pemikiran saya, segala hal yang mampu untuk membunuh logika berpikir manusia atau tidak sejalan dengan rasional serta nurani manusia maka hal itu wajib untuk dikritisi, dibenahi untuk kemudian mampu menjadi sesuai dengan logika dan nurani. 

Dan ini adalah argumen itu : 
- Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. ( Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 UU No. 12 tahun 2012 tentang PT ) 
- Pendidikan akademik merupakan Pendidikan Tinggi program sarjana dan/atau program pascasarjana yang diarahkan pada penguasaan dan pengembangan cabang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. ( Pasal 15 ayat (1) UU No. 12 tahun 2012 tentang PT ) 
- Pendidikan vokasi merupakan Pendidikan Tinggi program diploma yang menyiapkan Mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai program sarjana terapan. ( Pasal 16 ayat (1) UU No. 12 tahun 2012 tentang PT ) 
- Program sarjana merupakan pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui penalaran ilmiah. ( Pasal 18 ayat (1) UU No. 12 tahun 2012 tentang PT ) 
- Program sarjana menyiapkan Mahasiswa menjadi intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional. ( Pasal 18 ayat (2) UU No. 12 tahun 2012 tentang PT ) 
- Program diploma merupakan pendidikan vokasi yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat untuk mengembangkan keterampilan dan penalaran dalam penerapan Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi. ( Pasal 21 ayat (1) UU No. 12 tahun 2012 tentang PT ) 
- Program diploma menyiapkan Mahasiswa menjadi praktisi yang terampil untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan bidang keahliannya. ( Pasal 21 ayat (2) UU No. 12 tahun 2012 tentang PT ) 
- Program diploma terdiri atas program : a. diploma satu; b. diploma dua; c. diploma tiga; dan d. diploma empat atau sarjana terapan. ( Pasal 21 ayat (3) UU No. 12 tahun 2012 tentang PT ) 

Setelah membaca poin-poin di atas, setelah memahami itu semua, dengan segala logika dan nurani yang anda miliki, masihkah layak kita semua berpikir bahwa S1 itu lebih baik dariapada D4? 

Lalu bagaimana dengan keinginan saya? Mana yang akan saya pilih? D4 atau S1? 
Entah, secara idealisme, saya ingin mendapatkan jenjang pendidikan diploma 4 karena memang itu-lah tujuan awal saya masuk ke IPDN, saya ingin mendapatkan ilmu terapan pemerintahan. Apalagi kemudian saya juga memilki hasrat untuk bisa aktif dan berpartisipasi dalam Organisasi Keprajaan yang ada di IPDN Kampus Pusat. 
Tapi apabila nantinya ternyata saya masuk ke program S1 maka saya pun tidak akan melakukan resistensi walau hal itu tidak sesuai dengan keinginan saya, saya akan jalani dan mencoba loyal terhadap segala apa yang diputuskan oleh lembaga. 
Saya hanya ingin segala pemahaman yang salah berkenaan dengan D4 dan S1 itu bisa hilang dan lembaga pun bisa berada di garda terdepan untuk meluruskan segala pemahaman itu.

Komentar

  1. yang penting sekolah....dan mendapatkan keahlian serta skill yang bermanfaat untuk mencari rezeki .. :)

    BalasHapus
  2. @BlogS of Hariyanto : seandainya bisa sesederhana itu pak, tapi sayangnya bagi saya pribadi semua itu tidak sesederhana "yang penting ... ", segala sesuatu itu harus jelas dan pasti serta sesuai dengan aturan juga logika yang ada. :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. artikelnya bagus , sangat serasi sekali dengan tampilan blog ini.

    BalasHapus
  5. Memang kalau D4 dan S1 kalau masuk PNS golongannya 3A sahabat, tetapi yang lowongan PNS untuk D4 nya masih amat sedikit dibandingkan dengan pendidikan S1

    BalasHapus
  6. @MauTahuTidak : terima kasih banyak kawan. :)

    BalasHapus
  7. @Ferry Nurse : betul, tapi hal itu bukan substansi masalah yang saya perdebatkan gan. :) saya hanya tidak setuju ketika ada "diskriminasi" antara S1 an D4.

    BalasHapus
  8. itu sich tergantung cara pandang individu masing-masing :)

    BalasHapus
  9. Saya mahasiswa baru, bingung memilih D4 atau S1 kebidanan???

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang