Langsung ke konten utama

Mimpi Besar IKN

 

Kamis, 20 Oktober 2022

12.42 WIB

 

Pada kegiatan Ibu Kota Nusantara Sejarah Baru Peradaban Baru di The Ballroom Djakarta Theater, Jakarta, Selasa (18/10/2022). Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan selama kurang lebih sepuluh menit. Dalam sambutannya itu, sangat terlihat optimisme dari Bapak Presiden menyambut hadirnya Ibu Kota Nusantara sebagai Ibu Kota baru Negara Indonesia menggantikan Provinsi DKI Jakarta.

 

Presiden Joko Widodo melalui sambutannya menegaskan bahwa pemindahan Ibu Kota, bukan hanya sekadar proyek fisik. Tapi lebih dari itu, pemindahan Ibu Kota harus menjadi titik awal perubahan budaya kerja, mindset dan basis ekonomi.

 

Budaya kerja baru di IKN yang ingin diciptakan adalah budaya kerja produktif. Adapun budaya kerja produktif tidak akan bisa terwujud tanpa didukung oleh tata kelola yang baik, manajemen yang baik, dan implementasi teknologi yang mumpuni. Oleh karena itu pendekatan yang nantinya akan diterapkan adalah smart living, smart city, dan pelayanan masyarakat melalui aplikasi. Sehingga pelayanan dasar seperti pemberian akta lahir, akta nikah bisa dilakukan dengan handphone secara paperless.

 

Adapun mindset baru dengan hadirnya IKN yaitu paradigma pembagunan yang Indonesia-sentris, bukan Jawa-sentris. IKN diharapkan menjadi sebuah kota pintar masa depan yang berbasis hutan dan alam. Selanjutnya, harapan Presiden Joko Widodo agar IKN menjadi basis ekonomi yang baru adalah sebuah keniscayaan apabila setiap langkah dalam pembangunan budaya kerja dan mindset bisa dieksekusi dengan baik.

 

Karena sebagai sebuah kota baru dengan paradigma yang kekiniaan, maka secara teori hal itu sangat seksi bagi para investor. Kemudian, bola panas itu kini berada di tangan Otorita Ibu Kota Nusantara.

 

Berdasarkan Pasal 2 Perpres Nomor 62 Tahun 2022, Otorita IKN merupakan lembaga setingkat kementerian yang bertanggung jawab pada kegiatan persiapan, pembangunan, dan pemindahan Ibu Kota Negara, serta penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara.

 

Oleh karena itu, segala harapan yang dimiliki oleh Bapak Presiden Joko Widodo harus bisa ditangkap dan ditafsirkan dengan baik oleh Otorita IKN. Sehingga tidak ada gap yang mencolok antara harapan dan realita di lapangan.

 

Sebelum jauh memikirkan segala langkah konkret dan detail yang akan dilakukan oleh Otorita IKN, hal yang pertama kali harus dipikirkan oleh Otorita IKN adalah membuat sebuah mindset dan budaya kerja baru yang berbeda dengan kementerian/Lembaga yang sudah ada saat ini.

 

Idealnya, sebagai sebuah Lembaga baru dengan amanat kerja yang besar dan visi-misi modern berbasis masa depan (future oriented), Otorita IKN harus melakukan benchmarking serta melakukan duplikasi mindset serta budaya kerja pada Lembaga swasta yang sudah dikenal sebagai Lembaga yang visioner dan modern, seperti Google atau Apple.

 

Mimpi besar IKN rasa-rasanya sulit untuk diwujudkan dengan pola birokrasi yang kini banyak dilaksanakan oleh mayoritas kementerian/Lembaga di Indonesia.

 

Apabila dilihat pada Peraturan Kepala Otorita IKN Nomor 1 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Otorita IKN, Otoritas IKN akan terdiri dari satu sekretariat, tujuh deputi, dan satu Unit Kerja Hukum dan Kepatuhan. Melalui aturan tersebut, Otorita IKN tidak memiliki struktur eselon IV dan III, sehingga nanti hanya akan diisi oleh eselon I dan II (Jabatan Pimpinan Tinggi).

 

Sehingga hal itu merupakan awalan yang baik untuk menunjukan bahwa Otorita IKN mengadopsi paradigma baru dalam menjalankan sebuah organisasi, yakni agile government. Struktur dibuat seminim mungkin, sehingga setiap pegawai bisa bergerak lebih leluasa.

 

Akan tetapi, menghilangkan struktur eselon III dan IV tidak cukup. Langkah strategis lainnya yang harus dibentuk adalah membangun kultur organisasi yang jauh dari iklim senioritas. Otorita IKN harus bisa membentuk sebuah kultur yang mengedepankan kompetensi. Sehingga tanpa memandang senioritas (masa kerja, pangkat dan golongan), pegawai yang memiliki ide dan agenda kerja yang jelas dan sesuai dengan apa yang akan dicapai oleh Otoriota IKN, maka pegawai tersebut yang layak diberikan amanat.


Pemberian amanat dalam perspektif mayoritas Pegawai ASN diartikan dengan diberikannya jabatan struktural dan hal itu jelas harus ditinggalkan. Karena kini jabatan struktural eselon III dan IV sudah dihilangkan. Maka mindset pemberian amanat sama dengan diberikan jabatan harus dihilangkan.


Bagaimana cara menghilangkannya? pembuatan tim kerja adalah solusi yang paling mudah dilakukan tapi hal itu jelas harus berbanding lurus dengan adanya kejelasan karier dan besaran tunjangan kinerja yang nantinya didapatkan. Karena tanpa adanya kejelasan karier dan besaran tunjangan, maka sulit untuk menemukan pegawai yang mau untuk diberikan tanggung jawab lebih banyak tapi dengan pendapatan yang tetap sama.

 

Tugas Otorita IKN tidak mudah. Mereka adalah Lembaga baru tapi langsung diberi tugas besar membangun sebuah Kota dengan konsep masa depan yang belum pernah ada. Maka pemerintah Indonesia harus mau memberikan tunjangan yang lebih besar dibandingkan kementerian/Lembaga lainnya. Karena apabila tunjangan yang diberikan bagi Pegawai di Otorita IKN sama atau bahkan lebih kecil dibandingkan dengan kementerian/Lembaga yang sudah ada saat ini, sangat sulit rasanya untuk bisa melihat Otorita IKN bisa terisi oleh Pegawai.

 

Terlebih lagi, Otorita IKN tidak memiliki struktur eselon III dan IV, maka tanpa tunjangan kinerja yang besar dan/atau kultur kerja yang masih sama dengan birokrasi kementerian/Lembaga pada umumnya, yaitu mengutamakan senioritas, maka Jabatan Pimpinan Tinggi harus bersiap bekerja sendiri tanpa tim.

 

Pada akhirnya, Otorita IKN adalah representasi dari IKN itu sendiri. Sejauh mana Otorita IKN membentuk mindset dan budaya kerja organisasinya, maka sejauh itu pula kita bisa menilai apakah IKN bisa benar-benar terwujud sesuai dengan janji dan harapan yang diucapkan oleh Presiden Joko Widodo.

 

Apakah akan menjadi sesuatu yang benar-benar baru atau sekadar pemindahan bangunan semata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang...