JUMAT, 5 JUNI 2013
13.51 WIB
Saya ingin mampu untuk membedakan mana yang bisa untuk saya rubah dan mana yang memang sudah ketentuan Allah Swt., saya butuh kebijaksanaan untuk itu, dan saya harus mengusahakannya.
Saya ingin selalu mampu menempatkan diri pada pola dan gaya hidup positif optimis. Melihat peluang dari setiap tantangan yang ada serta mensyukuri setiap peluang yang mampu dihasilkan.
Ahh, betapa sangat klisenya.
Ya, itu semua (kata-kata di awal tadi) hanya bentuk penjabaran dari apa yang diperintahkan dan apa yang menjadi larangan Allah. Tak lebih. Tapi nafsu-lah yang membuat semuanya menjadi melewati batas.
Jadi, harapan saya akan selalu sama, tidak berarti stagnan, tapi merupakan wujud dari pemahaman diri, bahwa hidup itu harus senantiasa lebih baik dan lebih bermanfaat. Kuantitas dan kualitas itu yang selalu berubah. Tapi substansinya tetap satu dan sama : ISTIQOMAH.
Terakhir, saya ingin mentup segala harapan positif yang saya harapkan ada dalam tubuh saya dengan balutan satu sikap yaitu konsistensi.
Muhammadiyah
13.51 WIB
![]() |
http://indahnyahidupku.files.wordpress.com/2010/08/ramadhan5nu81.jpg |
Alhamdulillah!
Akhirnya dalam beberapa hari ke depan, saya dan seluruh umat Islam yang ada di dunia akan kembali dipertemukan dengan bulan penuh berkah, yaitu bulan Ramadhan. Walaupun dalam beberapa hari kedepan apapun bisa terjadi dan tak ada jaminan saya bisa bertemu dengannya. Tapi tak ada salahnya bagi saya untuk tetap menuliskan perasaan serta harapan saya apabila nantinya kembali bersua dengan bulan Ramadhan.
Pertama dan yang utama, saya ingin terlebih dahulu memohon ampun kepada semua orang yang pernah tersakiti oleh lisan, tulisan, sikap, dan pola pikir saya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Saya sungguh meminta maaf! Karena 1000 sahabat tak akan pernah cukup tapi satu orang musuh sungguh terlalu banyak.
Saya pun lantas tak berharap lebih agar semua orang bisa menyukai saya seutuhnya tapi cukup-lah semua orang itu tidak menjadi musuh bagi saya.
Lalu harapan saya di bulan Ramadhan 1434 H ini, tentu saya ingin menjadikan bulan tersebut sebagai momentum perubahan diri ini menjadi jauh lebih baik lagi serta mampu untuk lebih bermanfaat bagi orang lain. Saya ingin mampu untuk bersikap seimbang serta selaras dalam hubungan saya dengan Allah, sesama serta diri saya sendiri dan lingkungan alam sekitar.
Saya ingin menjadi adil, menempatkan segala sesuatunya sesuai dengan tempat dan porsinya.
Saya ingin mampu untuk membedakan mana yang bisa untuk saya rubah dan mana yang memang sudah ketentuan Allah Swt., saya butuh kebijaksanaan untuk itu, dan saya harus mengusahakannya.
Saya ingin selalu mampu menempatkan diri pada pola dan gaya hidup positif optimis. Melihat peluang dari setiap tantangan yang ada serta mensyukuri setiap peluang yang mampu dihasilkan.
Ahh, betapa sangat klisenya.
Ini semua hanya permainan kata, hanya membolak-balikan kalimat. Pada akhirnya semua bermuara pada satu : menjadi manusia yang menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ya, itu semua (kata-kata di awal tadi) hanya bentuk penjabaran dari apa yang diperintahkan dan apa yang menjadi larangan Allah. Tak lebih. Tapi nafsu-lah yang membuat semuanya menjadi melewati batas.
Jadi, harapan saya akan selalu sama, tidak berarti stagnan, tapi merupakan wujud dari pemahaman diri, bahwa hidup itu harus senantiasa lebih baik dan lebih bermanfaat. Kuantitas dan kualitas itu yang selalu berubah. Tapi substansinya tetap satu dan sama : ISTIQOMAH.
Terakhir, saya ingin mentup segala harapan positif yang saya harapkan ada dalam tubuh saya dengan balutan satu sikap yaitu konsistensi.
Eh, bagaimana dengan segala perbedaan yang ada? perdebatan antara hisab dan rukyah yang kembali mengemuka? ah, kita sudah cukup dewasa. Media kini (untuk kesekian kalinya saya sebutkan) tidak lagi dalam posisi untuk memberi informasi, tapi menggiring opini.
Celakanya, tindak tanduk kita pun amat dekat untuk diperselisihkan. Solusinya? Ada yang mau mengalah, menundukan ego. Ada yang berani menjadi pemersatu. Pasti bisa.
Lalu sikap kita sekarang? jangan taklid dengan satu pemahaman, mari satukan semua pendapat yang ada. Toh, kita semua punya akal dan nurani. Sepanjang kita masih bisa membedakan mana tiang listrik dan mana pena, kita pasti cukup dewasa untuk memilih mana yang berargumen kuat dan mana yang lemah.
Ya, itu tadi, kuncinya ada pada konsistensi, jangan memprovokasi, dan jangan malu untuk mengevaluasi.
Selamat bulan Ramadhan 1434 H dan selamat menjalankan ibadah shaum.
#PMA all day, guys! ;)
silahkan membaca juga :
Sidang Itsbat
Muhammadiyah
marhaban yaa Ramadhan,
BalasHapusbila ada salah kata salah perbuatan,
salah baca salah nonton dan salah komentar,
mohon dimaafkan ya.... lahir dan batin...salam :-)
iya pak @BlogS of Hariyanto, sama2 ya pak. :)
BalasHapustetap saling mendukung sebagai sesama blogger. ;)