Aku ini, dengan segala otak dan nurani yang ku milki,
masih terlalu normal untuk menyadari bahwa diri ini tidak berbakat untuk bernyanyi.
tapi, tak ada hak satu orang pun untuk melarang ku mengikuti seleksi.
untuk sekedar mencoba dan menguji nyali.
mencoba keberuntungan dengan tidak berharap lebih.
dan memang, aku tak bisa berlari dari realiti.
diri ini tak terpilih dan hanya bisa meratapi takdir dengan lirih.
Dan hati pun tak bisa untuk mengingkari,
ada secercak rasa iri hinggap dalam hati.
Iri karena mereka yang terpilih akan bernyanyi dan tampil dalam suatu acara yang dihadiri oleh orang nomor satu di negeri ini.
Kesempatan langka dan kecil kemungkinan untuk bisa datang dua kali.
Suatu pengalaman hidup yang benar-benar akan berbekas, tak akan pernah lepas.
Terus akan terkenang hingga nyawa kita meregang.
Huft...sudahlah, hidup sudah memilih diri ini untuk tidak terpilih.
Toh, itu adalah realita nyata tanpa ada hal yang mengada-ngada.
Dan ketika hati sedang mencoba menghibur diri dengan terus meyakinkan diri bahwa ini bukan lah potensi yang aku miliki.
Sesaat kemudian, muncul sebuah tanya, pertanyaan yang menyebabkan suatu ketakutan besar.
mengganggu sistem kerja nalar.
suatu pertanyaan yang tak pernah aku harapkan untuk ku dengar
"Kalau ini pun bukan potensi ku, lalu sebenarnya potensi apa yang aku miliki ?!"
DAMN!!
sadarkah kau sedang memperlihatkan potensimu kepada semua orang...
BalasHapusnhun pisan loer. That simple words mean a lo for me!:)
BalasHapusmiss you , loer!!
i miss all the crazy things and all the stupid jokes that we have made!
hehehe....