Langsung ke konten utama

Pertanyaan di Acara Kunjungan Kerja Ibu Sekjen Kemendagri RI


Acara : Kunjungan Kerja Ibu Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, Diah Anggraeni, S.H., M.M., ke IPDN Kampus Daerah Kalimantan Barat.
Hari, tanggal : Kamis, 5 Mei 2011
Waktu : 14.30-16.00 WIB.
Dihadiri juga oleh Rektor IPDN, Gubernur Kalbar, Wakil Gubernur Kalbar, Sekda Provinsi Kalbar, Kaban Diklat Provinsi Kalbar, pejabat -pejabat lainnya yang terkait sekaligus pejabat struktural dan fungsional IPDN kampus daerah Kalbar.

saya (Adima Insan Akbar Noors) :
"Bissmillah...Assalamu'alaikum Wr. Wb. Mohon izin kepada bapak dan ibu sekalian. Izin memperkenalkan diri, nama Adima, Npp 21.0431, pangkat Muda Praja, asal pendaftaran Provinsi Jawa Barat. Izin bertanya, tapi sebelumnya saya ingin menegaskan bahwa apa yang akan saya katakan bukanlah sebuah pertanyaan tapi lebih tepatnya merupakan sebuah pernyataan yang ingin mendapat sebuah tanggapan dari Ibu Sekjen.
Seperti yang kita ketahui, IPDN merupakan sebuah lembaga pendidikan kedinasan, yang pembiayaannya dibebankan atau ditanggung oleh APBN yang merupakan uang rakyat. Sehingga ada sebagian masyarakat yang berkata bahwa IPDN itu sebuah sekolah yang hanya menghambur-hamburkan uang rakyat. Atas dasar kenyataan itu, penilaian dan perhatian masyarakat kepada IPDN menjadi sangat lebih dan cenderung berlebihan. Banyak hal-hal kecil yang apabila terjadi di kampus-kampus pendidikan lain mungkin hanya akan menjadi suatu hal yang biasa tapi seketika menjadi suatu hal yang luar biasa apabila terjadi di IPDN ini. Media cenderung mem-blow up habis-habisan berita atau apapun kejadian yang terjadi di IPDN.
Saya akan memberikan contoh, mulai dari seleksi penerimaan Calon Praja (Capra) IPDN, banyak kabar-kabar yang beredar bahwa seleksi tersebut hanyalah sebuah formalitas belaka, bagi anda-anda sekalian yang bukan anak-anak pejabat dan bukan anak dari keluarga berduit, sebaiknya sadar diri dan sesegera mungkin angkat kaki. Karena toh pada akhirnya, jatah-jatah penerimaan Capra telah jauh-jauh hari diisi dan telah ditentukan.
Kemudian dalam hal kegiatan belajar mengajar tau siklus kehidupan praja, saya masih ingat ketika Prof. Sadu Wasistiono, wakil rektor IPDN, menanggapi sebuah insiden perkelahian yang terjadi di kampus pada waktu itu. Beliau dengan sangat bijak memberikan sebuah komentar, bukan untuk mengomentari substansi dari permasalahan itu tapi lebih ke mengkritik cara media dalam memberitakan kejadian itu, beliau berkata, "Perkelahian itu merupakan hal yang biasa terjadi dalam sebuah kelompok remaja lelaki. Tapi, hanya karena itu terjadi di lembaga pendidikan IPDN, maka hal itu menjadi suatu hal yang luar biasa."
Dan kasus yang palin baru adalah ketika beberapa hari menjelang dibukanya pendaftaran penerimaan calon praja IPDN tahun ajaran 2011-2012, ada beberapa foto bugil yang beredar luas di masyarakat melalui media internet, yang mengatakan bahwa pelaku dari foto bugil tersebut adalah purna praja atau alumni IPDN.
Dari peristiwa-peristiwa tersebut dan dari waktu terjadinya, terlihat jelas bahwa ada pihak-pihak tertentu yang tidak menyukai lembaga ini, merasa iri dan ingin membubarkan lembaga ini.
Atas fenomena-fenomena tersebut bagaimana tanggapan ibu sebagi seorang Sekjen yang dengan kata lain merupakan atasan langsung di lembaga ini?
Terima kasih banyak atas perhatiannya.
Wasssalamu'alaikum Wr. Wb."



Tanggapan :
Ibu Sekjen lebih menyukai untuk memberikan tanggapan tentang kabar atau gosip-gosip murahan yang mengatakan bahwa IPDN hanya berisikan anak-anak pejabat dan anak-anak dari orang tua yang berduit. Beliau dengan tegas menyatakan bahwa semua hal tadi tidaklah benar dan beliau berani menyatakan bahwa bila diadakan suatu pencatatan atau pendataan, maka anak-anak pejabat atau anak-anak dari kalangan berduit masih merupakan kaum minoritas di IPDN. beliau mencontohkan tentang anak ketiganya, yang merupakan Madya Wanita Praja di IPDN kampus Pusat Jatinangor. Beliau berkata bahwa anaknya masuk ke IPDN dengan murni, karena sewaktu lulus dari SMA pun mendapatkan nilai rat-rata 8,3. Anak beliau masuk tanpa embel-embel anak seorang Sekjen. Itu dibuktikan dengan ketika dia masuk dan menjadi muda praja, tak ada perlakukan khusus dari pihak lembaga dan senior sekalipun. Sedangkan untuk permasalahan terkait kemungkinan adanya pihak-pihak luar yang ingin membubarkan IPDN, beliua hanya berkata bahwa itu semua merupakan sebuah tantangan dan untuk melakukan suatu perlawanan, kita harus bertindak secara nyata dan membuktikan bahwa IPDN merupakan pencetak kader-kader pamong praja yang handal dan tidak sekedar membuang-buang uang rakyat.
Oh iya, dalam kesempatan itu juga ibu Sekjen salah dalam menyebutkan nama saya, beliau memanggil saya "Adiman". Hmmm....perasaan saya, saya merasa sudah cukup jelas dalam menyebutkan nama saya ketika perkenalan di awal pembicaraan atau pernyataan saya. But, that's okay mam. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. ...