Langsung ke konten utama

Proses yang benar atau Hasil yang baik ?

A+ akan tetap lebih baik daripada A, A akan tetap lebih baik daripada B+, B+ akan tetap lebih baik daripada B, dan begitu seterusnya.


Kita tak bisa melawan mencoba mencari-cari alasan sebagai suatu usaha pembenaran, ungkapan sebentuk perlawanan. Itulah nilai dari suatu hasil mengeyampingkan suatu proses. ( baca : PROSES atau HASIL ? ) Karena sungguh sebuah hasil lebih mudah untuk diukur atau dinilai daripada sebuah proses. Hasil adalah segala-galanya dan sebuah nilai adalah ukuran nyata untuk menilai hasil tersebut. Tidak pernah dan tidak akan pernah melihat apa yang telah terjadi dalam proses pembuatan hasil tersebut. Padahal secara jelas, proses sangat menentukan kualitas dari hasil yang akan didapatkan. Lebih dari sekedar hasil yang tepat dan benar sesuai dengan apa yang ditanyakan atau yang diharapkan tapi dengan sebuah proses yang benar dan dengan proses yang dilakukan dengan segala hal yang positif maka hasil itu akan lebih bermanfaat, lebih bisa dipertanggungjawabkan dan lebih bisa untuk membentuk sikap, moral dan akhlaq dari pelakunya. ( baca : Manipulasi dan Kepantasan )

Tapi inilah dunia akademis, dunia pendidikan kita dan mungkin dalam segala segi kehidupan masyarakat kita dewasa ini. Hasil adalah yang terpenting dan proses tak lebih dari sekedar tahapan yang harus dilalui. Dan nilai adalah ukuran untuk itu semua. Orang hanya akan melihat apakah proses yang dilakukan itu berhasil atau gagal dari hasil yang mampu dicapai, dari hasil yang mampu untuk diwujudkan. Apapun yang terjadi dalam prosesnya bila hasilnya sesuai, tepat dan benar menurut standar serta nilai yang telah ditetapkan maka hal itu akan dianggap sebagai suatu keberhasilan.

Jadi apa yang harus saya lakukan ? dengan semua fakta dan peristiwa yang telah saya ketahui dan saya alami ?
Karena sungguh, suatu proses yang baik tak akan serta merta menghasilkan suatu hasil yang baik dan bahkan suatu proses yang buruk tidak selamanya menghasilkan suatu hasil yang buruk.

Apakah mungkin kita mengharapkan sesuatu hal yang maksimal di saat segala usaha dan persiapan kita sangat minimal?
dan apakah wajar dan patut bagi kita untuk merasa bangga dengan segala hasil baik yang kita dapatkan walaupun itu semua kita lewati dan dapati melalui sebuah proses yang buruk dan tidak mengindahkan aturan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang