Langsung ke konten utama

Seharusnya Kita

Dan musik beserta dengan liriknya memang selalu mampu untuk menjelma lebih dari sekedar hanya sebuah hiburan di kala duka maupun suka. Musik selalu mampu bertransformasi menjadi lebih dari sekedar musik itu sendiri dan semakin bertambah hidup bila si pencipta mampu menggabungkan keindahan perpaduan nada dan melodi dengan serangkaian kata-kata indah penuh makna, penuh arti.

Saya tak lebih dan tak kurang hanyalah sesosok manusia biasa yang hanya mampu untuk menikmati musik itu tanpa bisa mampu untuk membuat keindahan itu. Tidak, tidak sama sekali. I'm just a Music Lover!

Musik dan untuk selanjutnya saya akan memakai istilah lagu, menjadi bertambah membekas di hati bila ternyata lagu dengan jenis genre yang kita sukai mampu untuk menjelaskan siapa kita dan situasi yang sedang kita alami. Ya, sering saya alami, ketika saya dengan nyaman mendengarkan sebuah lagu sembari dengan khusyu memahani makna yang terkandung dalam lagu tersebut, seketika hati saya teriak berkata, "Damn, it's so fuckin me!! This shit describes me a lot!" dan semua kata-kata yang tak serupa tapi berarti sama seperti itu.

Tapi, memang, perasaan yang sedang kita alami atau rasakan selalu menjadi atau membuat kita kadang berselingkuh dari jenis musik yang sebenarnya tidak terlalu kita sukai, karena kadang kita selalu ingin untuk semakin memperdalam luka yang telah ada dan semakin membuat tragis suasana yang telah tercipta dengan musik sebagai penggiringnya. Begitu juga sebaliknya.

Dan inilah saya, situasi galau tak menentu yang sedang saya alami, membuat saya menjadi serasa begtu dekat dengan beberapa lagu, terlebih dengan liriknya yang memang serasa tepat.
Ya, saya akan mencoba berbagi beberapa lagu itu bersama anda semua, berharap anda pun akan merasakan rasa galau yang sedang saya alami sekrang ini :

1. Alone at Last - Mainstrem of Love
2. Alone at Last - Kisah Jejak Terhina
3. Alone at Last - Dear Love
4. All-American Reject - Back To me
5. The Script - Breakeven
6. Agnes Monica - Rindu
7. BCL - Aku Tak Mau Sendiri
8. Tipe-X - Karena Patah Hati
9. Bruno Mars - Talking To The Moon
10. D'masiv - Jangan Pergi
11. Ebith Beat*A - Cahaya Hidupku

dan dari beberapa lagu tersebut, satu yang sangat menyayat hati, satu yang terasa sangat mewakili segala rasa yang ada, penyebab segala gundah yang saya rasa :

NAFF - SEHARUSNYA KITA

Saat relung hatiku kini mulai terasa
Sepi tanpa ada cintamu dalam hidupku
Semua terasa hampa
Kala hatimu tak dapat ku sentuh

Semakin jauh asaku kini untuk ku gapai
Dalam luka batinku perih teteskan lara
Ketika dirimu jauh
Isi hatimu tlah menjadi miliknya

Seharusnya dunia ini begitu indah
Seharusnya hidupku ini penuh bermakna
Takkan gundah jiwaku bila kau bersamaku
Takkan perih batinku kini bila kaupun milikku
Saharusnya dunia ini punya kita berdua.

Seandainya kau tahu
Perih didalam hatiku
Apakah kau merasakan apa yang ku rasa

damn!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. ...