Saya akui saya mempunyai pemikiran seperti ini karena didasari oleh satu hal yang amat kuat walapun bukanlah sebagai sebuah alasan utamanya, yaitu karena saya tidak mempunyai cukup uang untuk membeli benda itu. Harga yang ditawarkan atau harga yang ada terlampau jauh dari apa yang saya punyai dan terlebih lagi saya pun entah kenapa tidak begitu tertarik untuk bisa memilikinya dan kini hal itu semakin bertambah kuat, alasan untuk saya tidak menyukai benda itu semakin terus bertambah kuat.
Saya pikir bila saya memiliki dan mempunyai benda itu, saya hanya akan banyak merasakan efek negatif daripada mampu untuk menikmati sisi positifnya. Memang suatu hal yang bodoh menyalahkan sesuatu benda mati terhadap suatu hal negatif yang kita lakukan, karena bagaimanapun juga suatu benda mati akan selalu mempunyai sisi positif dan negatif dan sisi mana yang akan kita nikmati atau jelajahi terus hingga kita jadikan itu sifat dan kebiasaan diri, itu sangat tergantung dengan makhluk hidup yang memakainya, sebagai suatu subjek aktif. Sehingga segala apapun negatif yang ada ataupun postif yang ada secara hakikatnya kita manusia sebagai makhluk hidup, sebagai subjek aktif yang menggunakannya yang harus dipersalahkan, bukan justru mencaci maki benda mati yang tidak tau apa-apa, yang hanya akan berguna apabila kita gunakan.
Seperti halnya apabila terjadi suatu pembunuhan, korban dibunuh oleh si pelaku dengan menggunakan sebilah pisau, tentu kita tidak akan menjadi tolol dengan menyalahkan pisau itu, iya kan ? atau ketika kita tersandung oleh sebongkah batu di jalan, maka suatu hal yang bodoh pula bila kita memaki habis-habisan si batu tersebut. Itu sebuah logika yang harus sama-sama kita resapi dalam hati dan implementasikan dalam sikap.
Dan atas alasan itu pula, saya rasa saya belum bisa untuk mengontrol diri ini dalam menghadapi atau menghalau segala hal yang negatif yang ditimbulkan oleh benda tersebut. Dan pengalaman yang ada, melihat realita kehidupan yang ada, melihat segala yang terjadi di alam sekitar, perasaan tidak tertarik itu berganti secara perlahan tapi sangat pasti menjadi suatu persaan benci dan rasa tak suka yang begitu sangat. Tapi, saya pun mencoba untuk tetap menjaga perasaan benci itu dalam batas normal, dalam takaran yang sewajarnya, sehingga rasa benci itu tidak akan menutup mata dan pikiran saya terhadap segala positif yang ada pada benda itu, terhadap segala manfaat yang ada dalam benda tersebut, dan saya pun tak ingin dengan persaan benci yang berlebihan justru akan membuat saya tiba-tiba menjadi jatuh cinta pada benda tersebut. Jadi, apa yang coba saya lakukan dan pertahankan adalah suatu rasa benci yang teramat wajar, dalam batas yang sangat teramat normal, sehingga tidak menjadi benci yang membabi buta, menutup mata dari segala apapun yang ada, tapi cukup lah suatu rasa benci yang hadir karena murni selera dan masalah prinsip serta ego diri pribadi.
Saya menjadi benci benda itu karena benda itu sangat mahal, sehingga saya tidak bisa membelinya.
Saya menjadi benci benda itu karena benda itu memiliki fungsi kamera sehingga tidak boleh saya miliki secara normatif aturan dan kalaupun ada jenis yang tidak dilengkapi dengan fitur kamera, saya sangat tidak tertarik untuk memilikinya.
Saya menjadi benci benda itu karena dengan benda itu kita terus terhubung dengan dunia maya, terus mendapat notifikasi, sehingga terus membuat kita apatis dan autis, membuat kita sibuk sendiri, mengacuhkan semua yang nyata di kehidupan nyata, tidak mengindahkan setiap kata dari lawan bicara di dunia nyata, mengganggu setiap kegiatan kita di dunia nyata, karena kita terus disibukan dengan segala yang terjadi di dunia maya, terus sibuk menggerakan jari jemari kita membalas segala kata dari lawan bicara di dunia maya, terus melakukan kegiatan semu di dunia maya.
Saya membenci benda itu karena benda itu menjauhkan kita dari segala yang dekat di dunia nyata dan justru mendekatkan kita dari segala yang jauh di dunia maya.
Saya membenci benda itu karena hal yang pribadi menjadi cepat berubah jadi konsumsi publik, serta konsumsi publik sudah menjadi berubah untuk selalu ingin tahu apa yang terjadi pada hal pribadi disetiap pribadi.
Saya membenci benda itu karena dengan benda itu sudah tidak ada lagi istilah rahasia pribadi semuanya berubah menjadi rahasia umum.
Saya membenci benda itu karena kini orang-orang lebih suka mencurahkan segala isi dalam hati mereka pada dunia maya terhadap orang-orang dengan sejuta kata yang maya.
Saya membenci benda itu karena orang-orang lebih terbuka pada benda tersebut daripada orang-oarang nyata sebagai sahabat atau keluarga.
Saya membenci benda itu karena kini semua orang sangat menyukai suatu perhatian, suatu kepopuleran, dengan bebagai cara, dengan berbagai kata membuat suatu sensasi. ( baca : GET REAL, PLEASE ! )
Oh, my God, I hate that thing so f****** bad!!
Saya pikir bila saya memiliki dan mempunyai benda itu, saya hanya akan banyak merasakan efek negatif daripada mampu untuk menikmati sisi positifnya. Memang suatu hal yang bodoh menyalahkan sesuatu benda mati terhadap suatu hal negatif yang kita lakukan, karena bagaimanapun juga suatu benda mati akan selalu mempunyai sisi positif dan negatif dan sisi mana yang akan kita nikmati atau jelajahi terus hingga kita jadikan itu sifat dan kebiasaan diri, itu sangat tergantung dengan makhluk hidup yang memakainya, sebagai suatu subjek aktif. Sehingga segala apapun negatif yang ada ataupun postif yang ada secara hakikatnya kita manusia sebagai makhluk hidup, sebagai subjek aktif yang menggunakannya yang harus dipersalahkan, bukan justru mencaci maki benda mati yang tidak tau apa-apa, yang hanya akan berguna apabila kita gunakan.
Seperti halnya apabila terjadi suatu pembunuhan, korban dibunuh oleh si pelaku dengan menggunakan sebilah pisau, tentu kita tidak akan menjadi tolol dengan menyalahkan pisau itu, iya kan ? atau ketika kita tersandung oleh sebongkah batu di jalan, maka suatu hal yang bodoh pula bila kita memaki habis-habisan si batu tersebut. Itu sebuah logika yang harus sama-sama kita resapi dalam hati dan implementasikan dalam sikap.
Dan atas alasan itu pula, saya rasa saya belum bisa untuk mengontrol diri ini dalam menghadapi atau menghalau segala hal yang negatif yang ditimbulkan oleh benda tersebut. Dan pengalaman yang ada, melihat realita kehidupan yang ada, melihat segala yang terjadi di alam sekitar, perasaan tidak tertarik itu berganti secara perlahan tapi sangat pasti menjadi suatu persaan benci dan rasa tak suka yang begitu sangat. Tapi, saya pun mencoba untuk tetap menjaga perasaan benci itu dalam batas normal, dalam takaran yang sewajarnya, sehingga rasa benci itu tidak akan menutup mata dan pikiran saya terhadap segala positif yang ada pada benda itu, terhadap segala manfaat yang ada dalam benda tersebut, dan saya pun tak ingin dengan persaan benci yang berlebihan justru akan membuat saya tiba-tiba menjadi jatuh cinta pada benda tersebut. Jadi, apa yang coba saya lakukan dan pertahankan adalah suatu rasa benci yang teramat wajar, dalam batas yang sangat teramat normal, sehingga tidak menjadi benci yang membabi buta, menutup mata dari segala apapun yang ada, tapi cukup lah suatu rasa benci yang hadir karena murni selera dan masalah prinsip serta ego diri pribadi.
Saya menjadi benci benda itu karena benda itu sangat mahal, sehingga saya tidak bisa membelinya.
Saya menjadi benci benda itu karena benda itu memiliki fungsi kamera sehingga tidak boleh saya miliki secara normatif aturan dan kalaupun ada jenis yang tidak dilengkapi dengan fitur kamera, saya sangat tidak tertarik untuk memilikinya.
Saya menjadi benci benda itu karena dengan benda itu kita terus terhubung dengan dunia maya, terus mendapat notifikasi, sehingga terus membuat kita apatis dan autis, membuat kita sibuk sendiri, mengacuhkan semua yang nyata di kehidupan nyata, tidak mengindahkan setiap kata dari lawan bicara di dunia nyata, mengganggu setiap kegiatan kita di dunia nyata, karena kita terus disibukan dengan segala yang terjadi di dunia maya, terus sibuk menggerakan jari jemari kita membalas segala kata dari lawan bicara di dunia maya, terus melakukan kegiatan semu di dunia maya.
Saya membenci benda itu karena benda itu menjauhkan kita dari segala yang dekat di dunia nyata dan justru mendekatkan kita dari segala yang jauh di dunia maya.
Saya membenci benda itu karena hal yang pribadi menjadi cepat berubah jadi konsumsi publik, serta konsumsi publik sudah menjadi berubah untuk selalu ingin tahu apa yang terjadi pada hal pribadi disetiap pribadi.
Saya membenci benda itu karena dengan benda itu sudah tidak ada lagi istilah rahasia pribadi semuanya berubah menjadi rahasia umum.
Saya membenci benda itu karena kini orang-orang lebih suka mencurahkan segala isi dalam hati mereka pada dunia maya terhadap orang-orang dengan sejuta kata yang maya.
Saya membenci benda itu karena orang-orang lebih terbuka pada benda tersebut daripada orang-oarang nyata sebagai sahabat atau keluarga.
Saya membenci benda itu karena kini semua orang sangat menyukai suatu perhatian, suatu kepopuleran, dengan bebagai cara, dengan berbagai kata membuat suatu sensasi. ( baca : GET REAL, PLEASE ! )
Oh, my God, I hate that thing so f****** bad!!
I'm laughing at you so hard right now.
BalasHapuswah???siapa ya???
BalasHapus