Langsung ke konten utama

Donor Darah

“Setiap tetes darah anda sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan.”

“Mari budayakan sifat ikhlas, bijaksana dan dermawan”



Donor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah untuk kemudian dipakai pada transfusi darah.




Syarat-syarat teknis menjadi donor darah



• Umur 17-60 tahun( usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin tertulis dari orang tua)
• Berat badan minimal 45 kg
• Temperatur tubuh: 36,6 – 37,5 derajat Celcius
• Tekanan darah baik yaitu sistole = 110 – 160 mmHg, diastole = 70 – 100 mmHg
• Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50 – 100 kali/ menit
• Hemoglobin Perempuan minimal 12 gram, sedangkan untuk pria minimal 12,5 gram
• Jumlah penyumbangan per tahun paling banyak lima kali dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya tiga bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.
Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan:
• Pernah menderita hepatitis B
• Dalam jangka waktu enam bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis
• Dalam jangka waktu enam bulan sesudah transfusi
• Dalam jangka waktu enam bulan sesudah tato/tindik telinga
• Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi
• Dalam jangka waktu enam bulan sesudah operasi kecil
• Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar
• Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, kolera, tetanus dipteria, atau profilaksis
• Dalam jangka waktu dua minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, dan tetanus toxin
• Dalam jangka waktu satu tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic
• Dalam jangka waktu satu minggu sesudah gejala alergi menghilang
• Dalam jangka waktu satu tahun sesudah transplantasi kulit
• Sedang hamil dan dalam jangka waktu enam bulan sesudah persalinan
• Sedang menyusui
• Ketergantungan obat
• Alkoholisme akut dan kronis
• Mengidap Sifilis
• Menderita tuberkulosis secara klinis
• Menderita epilepsi dan sering kejang
• Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk
• Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya kekurangan G6PD, thalasemia, dan polibetemiavera
• Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang berisiko tinggi mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, dan pemakai jarum suntik tidak steril)
• Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan saat donor darah.








Sedikit fakta tentang darah



1. Satu kantung/labu darah (250 cc) yang kita sumbangkan, rata-rata bisa menyumbang untuk 3 kehidupan (tambahan: dan hanya awet selama 28 hari/ 4 minggu)
2. Orang dewasa yang sehat minimal 17 tahun, dan setidaknya mempunyai berat 110 lbs (+/- 45 kg), dapat menyumbangkan sekitar satu labu setiap 56 hari, atau setiap dua bulan.
3. Empat utama sel darah merah tipe: A, B, AB dan O. RH faktor bisa positif atau negatif. AB merupakan penerima universal; O negatif adalah universal donor sel darah merah.
4. Satu unit darah dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen: sel darah merah, plasma, platelets dan cryoprecipitate.
5. Sel darah merah membawa oksigen ke organ-organ tubuh dan jaringan. Sel darah merah tinggal sekitar 120 hari dalam sistem peredaran darah.
6. Platelets mempromosikan darah dan memberi mereka yang leukemia dan kanker lainnya kesempatan untuk hidup.
7. Plasma adalah kuning pucat campuran air, protein dan garam. Plasma, yang 90 persen air, membuat sampai 55 persen dari volume darah.
8. 42 hari: lamanya sel darah merah dapat disimpan. Lima hari: lamanya platelets dapat disimpan. Satu tahun: lamanya plasma beku dapat disimpan. (ini masih menjadi perdebatan karena di Indonesia usia penyimpanan Sel darah merah itu hanya 28 hari atau sekitar 4 minggu)
9. Anak-anak yang dirawat untuk kanker, bayi prematur dan anak-anak yang memerlukan operasi jantung dan darah platelets dari donor dengan berbagai jenis, khususnya jenis O.
10. Pasien penderita kurang darah memerlukan transfusi darah untuk meningkatkan tingkat sel darah merah. Kanker, transplantasi dan trauma pasien, serta pasien yang menjalani operasi jantung terbuka memerlukan platelet transfusions untuk bertahan hidup.
11. Tes tigabelas (11 untuk penyakit menular) yang dilakukan pada setiap unit darah yang disumbangkan.
12. 17 persen dari non-donor memberikan alasan “never thought about it” sebagai alasan utama untuk tidak menjadi donor, sedangkan 15 persen mengatakan mereka sudah terlalu sibuk.
13. # 1 alasan donor darah mereka berikan adalah karena mereka “ingin membantu orang lain.“
14. Jika semua memberi donor darah tiga kali dalam setahun, kekurangan darah akan menjadi peristiwa langka di dunia ini
15. 46,5 gallons: jumlah darah yang dapat disumbangkan jika anda mulai pada usia 17 dan donasi setiap 56 hari hingga mencapai 79 tahun.
16. Empat langkah mudah untuk menyumbangkan darah: sejarah medis, tes fisik cepat, donor dan makanan ringan.
17. Donor darah biasanya hanya memakan waktu sekitar 10 menit (namun bisa memperpanjang nyawa yang membutuhkan, selama bertahun2 lagi). Seluruh proses – mulai dari waktu anda masuk ke waktu yang meninggalkan – berlangsung sekitar satu jam. Setelah menyumbangkan darah, tubuh anda mengganti cairan dalam 1 jam dan sel darah merah dalam waktu empat minggu. Delapan bulan yang diperlukan untuk mengembalikan besi hilang setelah sumbangan.
18. Darah membuat sampai sekitar 7 persen dari berat badan Anda. Memberikan darah tidak akan menurunkan kekuatan.
19. Anda mendapat cek kesehatan gratis pada saat anda menyumbangkan darah.

Diambil dari : http://bloodforlife.wordpress.com/syarat-donor-darah/ yang bersumber dari http://www.bloodcenters.org/aboutblood/bloodfacts.htm








Lima Manfaat Kesehatan Donor Darah



1. Menjaga kesehatan jantung
Tingginya kadar zat besi dalam darah akan membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap penyakit jantung. Zat besi yang berlebihan di dalam darah bisa menyebabkan oksidasi kolesterol. Produk oksidasi tersebut akan menumpuk pada dinding arteri dan ini sama dengan memperbesar peluang terkena serangan jantung dan stroke. Saat kita rutin mendonorkan darah maka jumlah zat besi dalam darah bisa lebih stabil. Ini artinya menurunkan risiko penyakit jantung.

2. Meningkatkan produksi sel darah merah
Donor darah juga akan membantu tubuh mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah. Tak perlu panik dengan berkurangnya sel darah merah, karena sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah merah yang telah hilang. Hasilnya, sebagai pendonor kita akan mendapatkan pasokan darah baru setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi langkah yang baik untuk menstimulasi pembuatan darah baru.

3. Membantu penurunan berat tubuh
Menjadi donor darah adalah salah satu metode diet dan pembakaran kalori yang ampuh. Sebab dengan memberikan sekitar 450 ml darah, akan membantu proses pembakaran kalori kira-kira 650. Itu adalah jumlah kalori yang banyak untuk membuat pinggang kita ramping.

4. Mendapatkan kesehatan psikologis
Menyumbangkan hal yang tidak ternilai harganya kepada yang membutuhkan akan membuat kita merasakan kepuasan psikologis. Sebuah penelitian menemukan, orang usia lanjut yang rutin menjadi pendonor darah akan merasakan tetap berenergi dan bugar.

5. Mendeteksi penyakit serius
Setiap kali kita ingin mendonorkan darah, prosedur standarnya adalah darah kita akan diperiksa dari berbagai macam penyakit seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan malaria. Bagi yang menerima donor darah, ini adalah informasi penting untuk mengantisipasi penularan penyakit melalui transfusi darah. Sedangkan untuk kita, ini adalah "rambu peringatan" yang baik agar kita lebih perhatian terhadap kondisi kesehatan kita sendiri.

Sumber : http://female.kompas.com/read/2011/01/12/1820587/5.Manfaat.Jadi.Donor.Darah-12





***

Ini adalah artikel yang saya buat, beberapa menit atau lebih tepatnya beberapa saat setelah saya selesai mendonorkan darah saya, untuk yang pertama kalinya!! Dan seperti hal-hal lainnya yang dilakukan untuk pertama kali, entah itu positif ataupun negatif, selalu ada perasaan lebih, selalu ada adrenalin yang berbeda yang kita rasakan dan yang jelas pengalaman itu akan tertanam jelas dalam ingatan kita dan kelak akan selalu kita banggakan.
Itulah sekiranaya yang sedang saya rasakan, hal yang mungkin sepele, tapi karena ini lah pengalaman pertama dan terlebih ini merupakan hal yang positif, jadi wajar rasanya kalau saya merasa bangga, bahagia dan senang.

Donor darah bukan merupakan hal yang taboo dewasa ini, bagi saya pribadi donor darah adalah sebuah kata yang sering saya dengar walaupun memang tidak terlalu sering. Donor darah pertama kali menjadi perhatian saya atau menjadi cita-cita saya, ketika pertama kali sahabat saya, saudara/doeloer saya, Damarra Rezza, berkali-kali mengajak saya untuk bersama-sama mendonorkan darah.

Kami adalah sepasang sahabat yang sering berjalan melewati kantor PMI (Palang Merah Indonesia), yang tak lain dan tak bukan merupakan “pusat” dari kegiatan transfusi darah, karena sepengetahuan saya (koreksi jika saya salah) hanya PMI yang merupakan lembaga kesehatan internasional, independent, lepas dari birokrasi pemerintah, apalagi mencari suatu keuntungan, yang secara konsisiten bergerak di bidang kesehatan. Dan PMI pun menjadi bank darah yang secara teratur menyumbangkan darah kepada setiap Rumah Sakit, atau kepada siapa saja yang sedang membutuhkan darah. Walaupun sering terdengar ada isu negatif yang berkembang bahwa PMI memperjualbelikan darah dengan harga tinggi, tapi sudah lah, saya tidak dalam konteks untuk mempermasalahkan itu atau membawa masalah itu ke permukaan, selain karena saya memang tidak begitu tahu tentang masalah itu, artikel ini juga saya buat bukan untuk membahas tentang isu-isu negatif tersebut. So, let’s back to our main business!
Masa-masa SMA saya habiskan di kabupaten Sumedang, tepatnya di SMA negeri 1 Sumedang. Sedangkan saya tinggal di Tanjung Sari (sekitar 24 km dari SMA saya) dan Damarra tinggal di daeah Margahayu ( mungkin sekitar 30 km dari SMA), hal itu membuat kami selalu pulang bersama, dan kebetulan kami pun berada dalam satu kelas. Mobil umum yang kami gunakan adalah sebuah mobil angkutan perkotaan (angkot) 04 jurusan Sumedang-Jatinangor dan terkadang kita pun pulang menggunakan Bis. Intinya angkot yang akan kami naiki, tidak melewati sekolah kami, tapi kami harus terlebih dulu naik angkot jurusan lain, untuk akhirnya turun di tempat biasa angkot 04 tersebut berhenti menunggu penumpang (ngetem). Dengan berbagai pertimbangan, kami selalu memutuskan untuk berjalan kaki, karena memang jaraknya tidak terlalu jauh dan kami pikir bisa membuat kami lebih sehat dan menghemat uang jajan. Singkat cerita jalan yang kami lalui itu melewati sebuah kantor PMI, entah karena itu atau karena faktor lainnya, Damarra menjadi orang yang sangat semangat untuk mendonorkan darahnya tapi sayang ketika itu saya belum terlalu berani dan mempunyai niat yang kuat untuk mendonorkan darah, alhasil segala bujuk rayu yang dia keluarkan belum mampu untuk menghasut saya agar mau mendonorkan darah. Akhirnya, di suatu hari pada suatu masa, dia mendonorkan darahnya dan saya ikut menemani, hanya ikut menemani. Hehehe.... Beberapa menit registrasi, akhirnya proses itu dimulai. Saya tidak melihat, saya hanya menunggunya di ruang depan kantor itu, menunggu sekitar 15 menit dan akhirnya Damarra keluar ruangan dengan muka sumringah agak pucat dan membawa snack, yang berisi makanan ringan, susu, dan pil (multivatamin) penambah darah. ( pada akhirnya saya mengetahui bahwa sanck itu bernama snack donor )
“gimana rasanya, Mar ?”, tanya saya seiring kami berjalan pergi meninggalkan kantor itu.
“biasa aja, gak kerasa apa-apa!”, jawabnya penuh semangat.

Dan akhirnya sepanjang perjalanan, kami isi dengan sebuah percakapan bertemakan “donor darah”. Kalimat yang membuat saya tertegun dan semakin meyakinkan saya bahwa dia memang merupakan orang dengan jiwa sosial tinggi adalah ketika dia berkata mantap,
“akh, pengen lagi gw donor darah! Pokoknya setiap 3 bulan sekali gw harus rutin mendondorkan darah!”
Niat yang tulus, walaupun entah bagaimana dengan impementasinya sekarang. He..

*catatan : percakapan dilakukan dalam bahasa sunda, tapi demi kenyamanan pembaca dan memperhatikan bahwa tidak semua pembaca berasal dari daerah Sunda, maka saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hahahaha.....


Itulah sekelumit kisah yang membuat saya bercita-cita dalam hati, bahwa saya pada saatnya nanti harus bisa mendonorkan darah, HARUS!!

***

Waktu berjalan dengan cepatnya dan akhirnya kesempatan itu datang di depan mata. Dalam rangka memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad Saw. ( baca : Isra Miraj ), pada tanggal 29, bulan Juni, tahun 2011 ini. Rohis IPDN Kampus Daerah Kalimantan Barat, melakukan serangkaian kegiatan untuk menyambut kegiatan puncak peringatan Isra dan Miraj, yang satu diantaranya adalah kegiatan donor darah bekerja sama dengan PMI Kota Pontianak. Ya, ini lah kesempatan bagi saya untuk mewujudkan cita-cita saya, agar tak menguap hilang begitu saja. Rasa takut itu ada karena wajar sebagai sesuatu hal yang baru akan kita lakukan untuk pertama kali, tapi kalah dengan rasa takut tidak selalu berdampak baik bagi psikis kita, terlebih bila rasa takut itu menghambat kita untuk berkembang menjadi seseorang yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Jadi saya mantapkan hati dan bulatkan tekad, bahwa saya harus mendonorkan darah.

Akhirnya hari itu datang juga, hari Sabtu, tanggal 25, bulan Juni, tahun 2011, sekitar pukul 14.30, setelah dilakukannya kegiatan seremonial pembukaan kegiatan donor darah, yang dibuka langsung oleh Plt. Direktur IPDN Kampus Daerah Kalimantan Barat, Bapak H. Hasbullah Hassan, saya pun menjadi orang kedua yang melakukan donor darah. ( Oh ya, jangan anda bayangkan acara seremonial ini dengan bayangan sebuah acara seremonial mewah, tidak sama sekali!) Langkah yang saya lewati adalah mengisi sebuah lembaran berwarna kuning, diukur berapa tekanan darah yang saya milki (saya lulus), kemudian ditest apakah Haemoglobin dalam tubuh saya berada dalam batas yang normal (saya pun lulus), lalu diberilah saya tempat penyimpanan darah, berbaring dalam kasur empuk bersepraikan putih bertuliskan IPDN, dan petugas PMI pun mulai melakukan tugasnya untuk mengambil darah dalam tubuh saya. Jarum saya rasakan masuk manis menghujam nadi dalam lengan, dan darah pun mengalir deras keluar dari tubuh ini menuju tempat penyimpanan itu. 3 atau 5 menit telah terlewat dan akhirnya tempat itu penuh terisi oleh darah saya. Yupz, it ends and it didn’t as scary as i thought! Dengan ramahnya petugas PMI itu mengucapkan terima kasih dan memberi saya snack donor. Saya pun berjalan pulang menuju wisma diiringi tanya dari teman-teman saya yang belum melakukan donor dan masih ragu bahkan takut untuk mendonorkan darah.











***

Rasa takut memang sangat wajar untuk keluar di saat-saat seperti itu, apalagi bagi mereka yang mempunyai ketakutan lebih terhadap jarum suntik, jadilah donor darah menjadi sesuatu hal yang sangat mengerikan untuk mereka dengar apalagi jalani. Tapi, bagi saya pribadi, seperti yang telah saya kemukakan, tidak selalu berdampak postif apabila kita selalu kalah oleh rasa takut, terlebih dalam hal-hal yang positif. Pertama saya akan bicara sebagai kapasitas sebagai seorang praja (mengutip dan mengolah dari kata-kata sambutan yang diucapkan oleh bapak Direktur), IPDN merupakan perguruan tinggi kedinasan ( baca : IPDN 2010/2011 ), yang segala biaya pendidikannya ditanggung oleh uang negara yang tak lain merupakan uang hasil jerih payah rakyat Indonesia, yang diantaranya tentu adalah orang tua kami disini. Negara berani “menghabiskan” bermiliar-miliar uangnya bukan tanpa maksud dan tujuan, tapi mereka berharap mampu menghasilkan birokrat-birokrat pemerintahan yang berdaya guna, berilmu tinggi, berskill mumpuni dan berakhlak mulia sehingga mampu memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat dan mewujudkan suatu kesejahteraan sosial bagi rakyat Indonesia. Tujuan utama yang harus kita garis bawahi adalah untuk menjadi Pelayan yang Prima! Suatu tujuan yang teramat berat memang, tapi bukan merupakan suatu hal yang mustahil. Dengan berbagai harapan itu, wajar bila negara rela untuk membayar mahal pendidikan kita disini. Dengan fakta seperti itu, dari dunia pendidikan inilah kita mulai dilatih untuk bertindak serba teratur penuh perhitungan, karena sungguh teramat besar amanah yang kita pikul, sekali saja kita berbuat kesalahan fatal maka kita telah berbuat dosa untuk berjuta-juta orang yang ada di Indonesia. Tujuan yang saya ucapkan tadi merupakan tujuan akhir yang hanya bisa kita lihat setelah kami lulus dari dunia pendidikan tinggi kepamongprajaan ini, akan tetapi semenjak dini, dari sekarang pun kita bisa “mencicil” membayar segala hutang kita kepada negara, khususnya kepada rakyat Indonesia. Kita bisa lakukan itu dengan cara menjadi praja yang baik, dengan menaati segala aturan yang ada, menerapkan segala ilmu yang kita dapati dan belajar rendah hati, hal lain yang bisa kita lakukan adalah ini dia, Donor Darah. Hal kecil, yang berarti nyata bagi kehidupan masyarakat Indonesia, ini merupakan salah satu diantara banyak perbuatan baik yang bisa kita lakukan untuk membayar segala hutang kita pada negara ini.

Kedua : persoalan darah terkesan masalah yang kecil, tapi sebenarnya merupakan persoalan yang cukup besar. Di Kalimantan Barat saja, di pontianak khususnya memerlukan kurang lebih 60 kantong darah setiap harinya, dengan realita di lapangan pendonor hanya ada sekitar 6 orang setiap harinya. Hey, ini adalah fakta yang ada di hanya lingkup Kota Pontianak, tidak di seluruh daerah di Indonesia, tidak juga dengan fakta yang ada di seluruh penjuru dunia! Mari kita sama-sama membuka mata dan batin kita, mari kita untuk lebih peka dengan kedaan di sekitar, hidup ini bukan hanya tentang kau dan orang yang ada di sekitar badan mu saja, tapi hidup ini tentang bermiliar-miliar orang yang ada di seluruh pelosok dunia, dengan berbagai masalah yang mereka dera. Apakah kita kan diam saja? atau pura-pura tidak peduli? Atau hanya berusaha untuk selamat sendiri? Donor darah , sekali lagi saya katakan adalah salah satu dari sekian banyak hal baik yang bisa kita lakukan untuk menolong sesama kita, siapapun dia.

Jadi, masihkah anda mempunyai suatu pembenaran untuk rasa takut itu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. ...