Langsung ke konten utama

Hiduplah Pada Hari Ini

“Ketahuilah, bahwa kehidupan pada batas-batas hari ini bukanlah berarti sama sekali tidak memikirkan masa yang akan datang atau tidak mempersiapkan diri buat masa depan. Karena menaruh perhatian dan memikirkan hari esok adalah pertanda akal sehat.”
Dr. Muhammad Al-Ghazaly


Hiduplah pada hari ini merupakan salah satu judul bab dari buku yang berjudul Perbarui Hidupmu ( Jaddid Hayatak ) karya Muhammad Al-Ghazaly. Buku yang menurut saya merupakan sebuah buku motivasi, yang memberikan kita banyak petuah tentang bagaimana sebaiknya dan seharusnya kita menjalani hidup ini sebagai seorang manusia, seorang muslim sesuai dengan fitrahnya. Buku ini juga mencoba memberikan jalan keluar bagi setiap muslim atau siapa saja yang membacanya untuk mengatasi segala problem kehidupan yang dihadapi sehari-hari.

Dalam buku Perbarui Hidupmu, seperti yang dikemukakan oleh al-Ghazaly dalam bab Mukadimah, dia menyebutkan bahwa buku ini mengemukakan perbandingan antara ajaran-ajaran Islam sebagaimana yang telah sampai kepada kita dan kebudayaan barat yang paling benar dan paling bersih yang juga sampai kepada kita tentang adab jiwa dan tingkah laku. Antara keduanya terdapat kemiripan dan kemiripan bahkan persamaan itu menimbulkan kekaguman. Adapun dalam hal ini al-Ghazaly mencoba membandingkan ajaran Islam dengan isi dari buku karya Dale Carnegie yang berjudul How To Stop Worriying and Start Living.

Selain sebagai sebuah buku motivasi, perbandingan yang dilakukan oleh al-Ghazaly juga bermaksud untuk membuktikan kebenaran segala firman Allah Swt. Dan sabda Rasulullah Saw. karena ternyata Islam itu memang mengajarkan cara hidup yang paling baik sehingga konsep kehidupan yang baik hasil dari pemikiran seorang non-Islam, yang sama sekali tidak mengenal atau mengetahui firman Allah dan sabda Rasul pun ternyata sangat menyerupai konsep kehidupan yang diajarkan oleh Islam. Dan dalam buku ini al-Ghazaly dengan sangat cerdas membuktikan itu semua.

Akan tetapi dalam akhir Mukadimah, al-Ghazaly pun mengatakan, “tetapi bukan maksud kami untuk membandingkan agama Allah dengan usaha manusia, hanya saja usaha yang terpuji itu dimaksudkan untuk menjadi contoh atas kaidah-kaidah yang telah dibentangkan Islam sebelumnya.”

Buku Perbarui Hidupmu sebenarnya sampai dengan hari ini, Selasa, tanggal 25, bulan Oktober, tahun 2011 sampai dengan saat ini saya menulis tulisan ini belum saya baca sepenuhnya. Saya ( hingga detik ketika saya menulis tulisan ini ) baru membaca buku ini sampai dengan bab XVIII, masih ada enam bab lagi yang harus saya baca. :)
Dan sedikit informasi juga, buku ini sebenarnya bukanlah milik saya, bahasa halusnya, saya masih berstatus meminjam, walaupun sebenarnya lebih mirip dengan mencuri. Singkatnya, saya telah meminjam buku ini dari teman saya, Irfan Azka Maula, saat kami duduk di bangku SMA kelas XII, akan tetapi karena satu dan lain hal saya belum bisa selesai membaca keseluruhan isi dari buku tersebut. Hingga setiap kali Irfan menagih buku tersebut saya selalu berkelit dengan alasan lupa dan itu terus berlanjut hingga akhirnya sekarang ini.
Hehehehe....
maaf ya Loer! ;)

Dari 28 bab yang telah saya baca, bab II berjudul Hiduplah Pada Hari Ini merupakan bab yang sangat saya sukai, setidaknya penafsiran saya terhadap isi di bab tersebut sesuai dengan konsep hidup yang saya yakini. Ya, secara umum, Hiduplah Pada Hari Ini berarti kita harus fokus untuk jalani saja apa yang harus kita jalani pada hari ini, tidak usah khawatir dengan segala apa yang telah lalu dan cemas terhadap apa yang akan terjadi nanti di masa depan. Karena kita hidup itu pada hari ini, tidak di hari kemarin dan tidak juga di masa depan. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita akan hidup di masa depan apalagi bisa mengulang ke masa lalu.

Karena terkadang kita dengan sombongnya selalu menunda-nunda suatu pekerjaan atau kesempatan untuk merubah hidup ini menjadi lebih baik lagi. Kita selalu menunggu datangnya suatu moment besar untuk merubah hidup atau bahkan untuk sekedar melakukan tugas. Sekali lagi itu terlalu angkuh untuk kita lakukan. Karena apabila kita menunggu datangnya suatu peristiwa, suatu moment untuk kita jadikan alasan atau semangat untuk kita berubah atau bergerak, maka kita tidak lain hanya berharap pada sesuatu hal yang semu, yang tidak jelas. Karena pada hakikatnya apa yang kita bayangkan serta rencanakan di masa depan adalah sesuatu hal yang semu, lebih semu dari kehidupan itu sendiri dan kita telah menjadi sombong karena dengan begitu, berarti kita telah yakin bahwa kita akan hidup untuk waktu yang lama dan apabila segala pikiran itu yang kita punyai maka kita akan sangat dekat dengan sikap lalai.

Hal yang pasti bagi kita tidak lain adalah hari ini, saat ini, jam ini, menit ini dan detik ini. Sedangkan detik nanti, menit nanti, jam nanti, saat nanti dan hari nanti adalah semu. Tak ada jaminan bagi kita untuk tetap bisa bernafas dan hidup di bumi ini. Sehingga kenapa kita harus risau dan cemas dengan hari esok yang belum pasti? Yang belum tentu datang apalagi terjadi. Bukankah jauh lebih baik untuk kita fokus dan dengan penuh semangat menjalani hari ini, di saat kita tau bahwa darah itu masih mengalir dalam nadi, nafas itu masih kita hirup dan jantung ini masih setia berdetak.

Akan tetapi konsep hidup seperti ini sering kali disalah artikan oleh sebagian orang sebagai suatu konsep hidup yang penuh dengan sikap pesimis, yang mengekang mimpi dan segala cita-cita. Sungguh suatu pemikiran yang keliru!
Mimpi dan cita-cita itu wajib kita miliki karena tanpa itu kita tidak lebih dari sebongkah mayit yang hidup. Mimpi dan cita-cita adalah penyemangat hidup kita, karena dengan mereka lah kita bersemangat untuk menjalani hari ini. Tapi yang harus kita garis bawahi di sini adalah kita harus membedakan antara menaruh perhatian pada masa depan dan cemas memikirkannya, antara mempersiapkan diri bagi masa depan dan hanya tenggelam di dalamnya. ( baca : Realistis, bukan Pesimistis, Piala Dunia 2022 dan Mimpi Indonesia )

Saya akan mencoba memberikan pada anda sebuah contoh sederhana. Ada seseorang yang bermimpi serta bercita-cita untuk menjadi seorang yang kaya raya, apabila dia menaruh perhatian dan mempersiapkan diri untuk masa depan, untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang yang kaya maka dia akan bekerja keras pada hari ini, menjalani apa yang menjadi pekerjaannya hari ini dengan penuh semangat, sembari hidup hemat rajin menabung dan menjauhi segala bentuk pemborosan. Beda halnya dengan seseorang yang hanya memikirkan menjadi seorang yang kaya, dia hanya sibuk dengan segala angan tentang apa saja yang akan dia lakukan apabila dia telah menjadi kaya nanti, terus liar memikirkan semua itu hingga dia terlena dengan hidup pada hari ini, dia disibukan dengan pemikiran segala bayangan besar di masa depan, tapi meninggalkan hal kecil yang ada dan seharusnya dia kerjakan pada hari ini. Dan sungguh hal itu sangat merugi!

Jadi, kita semua memang harus menggantungkan mimpi dan cita-cita itu setinggi mungkin karena itu merupakan motivasi bagi diri kita. Tapi sesaat kemudian kita harus sadar dan kembali ke dunia nyata dengan cara mewujudkan segala mimpi yang lebih kecil dulu dengan cara menjalani hari ini dengan penuh semangat. Jangan pernah kita merasa cemas dengan segala hal yang belum terjadi atau yang telah terjadi karena kita hidup pada hari ini, jadi mari HIDUPLAH PADA HARI INI!

“Kenapa anda begitu semangat dengan apa yang akan terjadi di masa depan padahal itu semua belum pasti? Dan anda justru menjadi lalai dengan segala apa yang harus anda lakukan pada hari ini, padahal itu sungguh sedang terjadi?”

“Disini terdapat perbedaan antara menaruh perhatian pada masa yang akan datang dan cemas memikirkannya. Antara mempersiapkan diri bagi masa depan dan hanya tenggelam di dalamnya. Antara kesadaran menggunakan hari ini dan ketakutan yang samar-samar yang adakalanya berguna buat hari esok. “
Dr. Muhammad Al-Ghazaly

Komentar

  1. mantab sekali postingnya gan, dng demikian maka akn membuat kita lbh semangat utk hidup hari ini...maju trs utk blog agan :)

    BalasHapus
  2. betul gan, masa lalu itu biarkan menghilang yang penting itu hari ini utk masa depan. :)
    makasih gan! :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da...

D-IV atau S1 ?

Suatu malam pada hari Sabtu , tanggal 14, bulan Januari , tahun 2012, berlatar tempatkan teras masjid Al-Ilmi IPDN Kampus Kalimantan Barat, terjadi satu percakapan ringan sangat sederhana tapi kemudian mampu untuk membuat otak ini menjadi rumit karena terus memikirkan substansi dari apa yang diperbincangkan itu, terlalu rumit sehingga saya pikir perlu untuk dituangkan dalam sebuah narasi penuh kata, tidak berpetuah dan tidak juga indah. Tapi cukup-lah untuk sekedar berbagi ide dan informasi yang pastinya tidak sesat. Dan ini-lah percakapan singkat itu : HP ( inisial teman saya ) : “Dim, kamu lebih milih mana, S.IP atau S.STP ?” Saya : “mmm….pengennya sih S.IP” HP : “Kenapa, Dim? Kata orang kan kalo S.STP tuh lebih baik buat karir dan kata orang juga S.IP tuh lebih condong buat jadi dosen.” Saya : “Wah gak tau sih kalo masalah yang kayak gitunya, tapi saya ingin S.IP karena yang saya tau S.IP itu lebih mudah untuk nantinya kita mau nerusin ke S2, nah kalo S.STP itu gak semua unive...

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. ...