Langsung ke konten utama

Lalu Apa? Lalu Bagaimana?

On The Way to the Parade Field
Yudicium ang. XXI ( madya )

PROSES ATAU HASIL, PROSES YANG BENAR ATAU HASIL YANG BAIK, JUJUR DAN BERPRESTASI, dan DENGARKAN CURHATKU, merupakan tulisan-tulisan saya berkenaan dengan kritik saya terhadap realita dunia pendidikan yang ada di dunia ini, atau mungkin hanya di Indonesia atau bahkan hanya ada di perguruan tinggi kedinasan tempat saya menuntut ilmu sekarang ini. Tulisan-tulisan itu juga mencerminkan sebentuk kekecewaan saya terhadap diri saya pribadi yang belum mampu untuk mendapatkan hasil seperti apa yang saya telah cita-citakan juga rencanakan. Saya masih belum mampu untuk mendapatkan suatu tatanan kehidupan ideal selayaknya teori-teori kehidupan ideal seharusnya serta sejalan dengan logika rasional manusia apa adanya.

Saya tidak akan menjadi sombong dan tak akan mau menjadi seperti itu sehingga sebelum saya berteriak lantang keluar, dengan sangat hati-hati saya terlebih dahulu bercermin secara utuh, melihat diri hingga dalam, mengevaluasi, menganalisis, berintrospeksi diri terhadap segala apa yang terjadi, apa yang telah saya lakukan, apa yang tidak saya lakukakan, tujuan saya melakukan segala hal beserta segala niatan hati yang ada menyertainya, semua dan semua saya coba kembali pikirkan hingga ke hal-hal kecil, detail tak mau sedikit pun saya lewati, saya ingin mendapatkan lengkap segala sesuatunya secara utuh sehingga mampu seimbang apa yang saya simpulkan.

Saya tidak sempurna dan semua orang pun begitu, saya tidak ingin hal itu menjadi pembenaran ketika saya berbuat salah atau pembenaran untuk bersikap pasrah tak mau berubah, tak mau berbenah menjadi lebih baik atau juga pembenaran untuk sikap kita yang nyaman hidup tenang di zona aman. Akh! Itu tindakan orang-orang yang tak berani untuk melihat ke depan, tak siap untuk menerima perubahan, tak mau untuk berdaptasi dengan perubahan sehingga bersembunyi di bailk tameng ketidaksempurnaan.
Saya tidak begitu, ya saya tidak begitu atau setidaknya saya berusaha untuk tidak seperti itu walaupun dalam beberapa kesempatan dalam beberapa pilihan tak jarang saya memilih untuk berdiam di zona yang aman, tapi itu sungguh bukan tanpa alasan.

Saya rasa, selama saya di dunia pendidikan ini, setelah terlepas lepas dari jeratan kehidupan anak remaja berbaju putih-abu, saya selalu terus berusaha untuk berbuat baik, selalu berusaha untuk mengikuti apa yang telah ditetapkan dalam setiap peraturan, bersikap sesuai dengan kondisi yang ada, berpikir untuk jauh ke depan, saya rasakan saya tidak pernah berani untuk berbuat salah atau sedikit saja melenceng dari aturan, saya menjadi orang yang kaku yang segalanya harus bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan, saya rasakan idealisme itu tumbuh dalam diri ini, terfasilitasi oleh keadaan yang ada.
Karena bukankah di dunia pendidikan adalah tempat kita mendapatkan ilmu? Tempat kita untuk berbuat salah untuk kemudian berbenah, tempat kita untuk menjadi orang yang baik dan juga benar, tempat kita menerapkan segala kehidupan ideal yang belum tentu mampu untuk diterapkan utuh dalam dunia nyata, itu-lah dunia pendidikan, iya kan?

Sehingga dengan semua hal itu, bukan maksud hati saya untuk menjadi seorang penjilat, menjadi seorang yang sok idealis, atau label negatif lainnya, saya hanya ingin melatih dan membiasakan diri saya terhadap segala hal yang benar, saya hanya ingin benar-benar memanfaatkan masa pendidikan ini dengan cara yang sebenar-benarnya, jadi ini-lah saya yang sekarang ini seseorang yang selalu berusaha untuk menaati aturan, mencoba untuk menerapkan kehidupan yang ideal.

Di sini-lah letak permasalahan itu muncul, ketika segala rasa ideal itu muncul dalam diri dan mampu untuk terpahami serta terimplementasikan nyata dalam sikap sehari-hari, segala pertentangan pun silih berganti muncul ke permukaan, dan saya pun pernah lelah dibuatnya seperti yang telah saya curahkan dalam PENYESUAIAN.
Ternyata tidak semua orang ( peserta didik ) juga berpikiran dan bersikap ideal selayaknya seorang dalam dunia pendidikan, tidak jarang bahkan kebanyakan dari mereka yang sudah memilih sejak dari dunia pendidikan untuk bersikap pragmatis dalam segala hal. Tak hanya di situ, lembaga pendidikan tempat dunia pendidikan itu diselenggarakan pun seperti memberi celah terhadap segala sikap pragmatis yang ada, sehingga tak ada “keadilan” dan “keseimbangan” di dalamnya.

Pembahasan saya kemudian tidak akan terlalu luas saya liarkan, saya hanya akan mengambil satu contoh nyata, juga satu-satunya contoh yang akan selalu saya perdebatkan, seperti apa yang telah saya tuliskan di dalam tulisan saya yang telah lalu. Seharusnya, peserta didik itu mengejar suatu pemahaman, keterampilan dan perubahan sikap dalam setiap ilmu, mata kuliah, pelatihan yang mereka dapatkan sehingga apabila mereka telah paham, terampil maka nilai bagus pun akan datang mengikuti, akan datang dengan sendirinya.
Tetapi senyatanya di lapangan, peserta didik hanya mengejar nilai bagus semata sehingga pemahaman dan keterampilan tidak terlalu mereka risaukan. Mereka jauh lebih bangga, jauh lebih merasa hebat apabila mendapatkan nilai yang tinggi tapi sebenarnya pemahaman mereka, keterampilan mereka terhadap ilmu tersebut tidak setinggi nilai yang mereka dapatkan.
Lalu bagaimana mungkin mereka mendapatkan nilai yang tinggi tanpa mempunyai pemahaman atau keterampilan yang baik dalam suatu displin ilmu?
Ini-lah yang saya sebut bahwa lembaga pendidikan pun masih bersikap pragmatis terhadap permasalahan ini, lembaga pendidikan masih “mentolerir” hal-hal yang bertentangan dengan sikap-sikap di luar sikap seorang akademisi, lembaga pendidikan masih memberikan “celah” untuk setiap peserta didik yang ada melakukan segala hal “kecurangan” itu. Contohnya? Oh, harus kah saya sebutkan apa tindakan itu? Ayo-lah kita semua telah tau apa yang biasa peserta didik lakukan untuk mendapatkan nilai yang baik tanpa melalui cara-cara yang benar!

Proses dan hasil bukan merupakan pilihan pada hakikatnya, ini merupakan sebuah sebab akibat pada seharusnya. Ketika kita berproses dengan benar maka kita pun seharusnya mendapatkan hasil yang baik dan begitu juga sebaliknya tapi kehidupan mempunyai segala rahasia di dalamnya sehingga 1 + 1 pun tidak serta merta bisa menjadi 2. Ini-lah yang sampai saat ini belum mampu untuk saya pahami serta terima, karena terlebih saya sedang berada dalam dunia pendidikan, bukan di dunia “nyata”. Keadaan ini sungguh telah membuat saya muak juga lelah, sehingga pada akhirnya saya memutuskan untuk benar-benar tidak peduli dengan segala nilai yang saya dapatkan.
Saya pikir sejak UTS semester 4 yang lalu, saya tidak lagi terlalu berhasrat untuk mengetahui nilai apa yang saya dapatkan, saya hanya perlu tau apakah nilai saya keluar atau tidak, apakah saya mempunyai masalah dengan dosen atau tidak, cukup pada hal seperti itu. Terlalu banyak kepalsuan dalam nilai yang ada!
Saya tidak terlalu merisaukan permasalahan nilai ketika saya sadar dan mengetahui bahwa saya memang telah paham atau bahkan menguasai ilmu tersebut karena setiap pribadi manusia dalam lubuk hatinya yang jauh terbebas dari godaan duniawi, kita semua telah tau nilai apa yang pantas diberikan untuk diri kita sesuai dengan apa yang kita usahakan dan kerjakan. Saya pikir kualitas diri saya tidak akan pernah mampu ternilaikan oleh angka maupun huruf semata, kualitas diri ini akan terlihat nyata oleh kinerja yang ada! Cukup dan cukup seperti itu.

Terkadang saya ingin tertawa melihat dan mendengar orang yang dengan marahnya memrotes nilai yang dia dapatkan karena dia nilai kecil atau jelek padahal sungguh kualitas dirinya jauh di bawah nilai yang telah dia dapatkan. Orang-orang kita mungkin telah gila, atau terganggu kewarasannya karena mereka tak mau dilabeli bodoh, bejat tapi sungguh perbuatan mereka sangat bodoh dan bejat, aneh ‘kan?
Hahaha

 Jadi, dengan segala pemikiran itu, menyambut hari esok atau tepatnya hari Jumat, tanggal 7, bulan September tahun 2012, yang insya Allah akan diselenggarakan kenaikan tingkat juga pangkat ( Yudicium ) bagi seluruh satuan praja IPDN, baik yang ada di Kampus Pusat maupun seluruh Kampus Daerah, saya hanya ingin berdoa untuk mampu mendapatkan segala yang terbaik dan sesuai dengan apa yang telah saya usahakan selama setahun saya menjadi Madya Praja dan semoga tak ada satupun diantara kami yang ditahan kenaikan tingkat serta pangkatnya. Saya tidak akan berharap lebih karena sekali lagi kualitas diri ini tak akan pernah mampu terwakili oleh sebuah nilai dalam balutan angka ataupun huruf.
Wish me luck!

Komentar

  1. meninggalkan pesan disini sambil nyimak berita

    BalasHapus
  2. semoga sukses gan dan dinaikan pangkatnya

    BalasHapus
  3. dunia pendidikan Indonesia memang masuk dalam masa kritis di saat ini...salam sukses selalu..semoga cepat naik pangkat ya :)

    BalasHapus
  4. @Kang Artha : silahkan kang, gratis kok hehehe

    @Hzndi : amin, terima kasih banyak ya gan! :)

    @BlogS of Hariyanto : amin, terima kasih banyak ya pak. :)

    BalasHapus
  5. Semoga pangkatnya bisa naik mas bro.. salam sukses salam kenal dari saya :)

    BalasHapus
  6. @aa Solah : amin gan, terima kasih banyak dan salam kenal juga ya! :)

    BalasHapus
  7. wah, salut buat agan. kita memang harus peduli pada dunia pendidikan, karena akan berpengaruh pada kelangsungan negeri ini

    BalasHapus
  8. kembali hadir dimari gan

    BalasHapus
  9. @Dadi Heryana : terima kasih bnayak gan! ;)

    @Hzndi : silahkan gan! ;)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadalana uliy ba’sin syadid

Selasa, 22 Juli 2014 22.00 WIB Saya akan menampilkan atau mem- posting tulisan dari Bapak Usep Romli , Pengasuh Pesantren Budaya "Raksa Sarakan" Garut. Tulisan ini merupakan tulisan di kolom Opini , harian Republika yang diterbitkan pada hari Selasa, 22 Juli 2014. Beliau menulis tentang (satu-satunya) cara untuk bisa mengalahkan zionis Israel. sehingga tulisannya pun diberi judul, Mengalahkan Zionis Israel . Berikut ini tulisannya saya tampilkan penuh tanpa ada sedikit pun saya kurangi atau tambahkan. "Mengalahkan Zionis Israel" Hari-hari ini, bangsa Palestina di Jalur Gaza sedang dibombardir pasukan Zionis-Israel. Nyaris tak ada perlawanan sama sekali, karena Palestina tak punya tentara. Hanya ada beberapa kelompok sipil bersenjata yang berusaha bertahan seadanya. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tak berdaya. Begitu pula negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak da

Hercules dan Moral

The Legend of Hercules Minggu, 9 Februari 2014 10.10 WIB Cukup lama saya tidak menonton sebuah film di bisokop. Untuk sebagian orang, hal ini merupakan sebuah pemborosan karena kondisi yang ada di Indonesia memungkinkan kita untuk bisa menonton sebuah film dengan harga yang jauh lebih murah.  Di Indonesia kita masih bisa untuk mendapatkan sebuah DVD dengan harga yang sangat murah, sekitar 6 (enam) ribu rupiah ( bajakan tentunya tapi dengan kualitas gambar yang cukup baik ), bandingkan dengan harga yang harus dikeluarkan apabila kita menonton sebuah film di bioskop, sekitar 25 ribu – 50 ribu rupiah tergantung bioskop yang kita pilih. Saya pun menyadari hal itu tapi saya tentu juga memiliki alasan. Terlepas dari alasan idealis yang sebenarnya juga masih saya miliki, alasan utama yang ingin saya kemukakan disini adalah bahwa menonton sebuah film di bioskop bagi saya adalah sebuah penyegaran, sebuah hobi untuk melepas penat dan mendapatkan lagi beberapa semangat. Ya, hobi. Mung

Wahana Wyata Praja IPDN

Sejarah Singkat Wahana Wyata Praja Wahana Wyata Praja adalah organisasi internal Praja IPDN yang pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sama dari tahun ke tahun, namun namanya berubah sesuai situasi dan kondisi pada masa angkatan tersebut. Nama organisasi praja yang terbentuk sejak awal berdirinya STPDN hingga IPDN adalah sebagai berikut: Manggala Corps Praja Angkatan I STPDN sampai dengan angkatan IV STPDN Organisasi ini bernama MANGGALA CORPS PRAJA, yang pimpinannya adalah Manggala Pati dengan tanda jabatan talikur berwarna merah, nama Manggala Corps ini hanya sampai pada angkatan IV saja, karena pada angkatan V organisasi internal Praja ini berubah nama menjadi WAHANA BINA PRAJA. Wahana Bina Praja Angkatan IV STPDN sampai dengan angkatan XVI STPDN Wahana Bina Praja ini pimpinannya bernama Gubernur Praja dengan tanda jabatan talikur berwarna biru lis kuning nestel dua, dari Wahana Bina Praja inilah mulai di bentuk berbagai instansi dan UKP yang di ang